Kamis, 05 Juli 2012

MEMACU PRESTASI DUNIA AKHIRAT


KHUTBAH JUM’AT
 MEMACU PRESTASI DUNIA AKHIRAT
Oleh : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Marilah kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang datang dari Allah SWT. Dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Secara sederhana, ada sesuatu yang mesti kita tetapkan dalam benak kita sebelum memulai sebuah kegiatan, yakni tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini dalam bahasa yang agak keren disebut dengan visi, yaitu cara pandang ke depan untuk meraih sasaran yang akan dicapai.
            Dalam merumuskan tujuan tentu saja dapat dimulai dari hal-hal yang berskala kecil, seperti seorang guru yang akan mengajar mesti merumuskan terlebih dahulu tujuan dari yang akan diajarkan. Seorang pimpinan proyek harus menentukan dulu tujuan seperti apa yang akan dicapai dari pembangunan yang akan dilaksanakan, pemerintah mesti merinci sasaran dari dana bantuan yang akan diberikan ke berbagai pihak terkait. Begitupun kita mesti merumuskan terlebih dahulu tujuan hidup di dunia ini.
            Sejalan dengan hal ini, pertanyaan yang mmendasar yang mesti dijawab adalah : Sudahkah masing-masing dari kita merumuskan tujuan hidup kita ?. Untuk menjawab itu, Allah telah memberikan gambaran kepada kita bahwa sasaran yang akan dicapai adalah kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Hal ini sesuai dengan do’a yang saban hari kita panjatkan kepada Allah SWT :
“Rabbana atina fidun ya khasanah wa fil akhirati khasanah wa qina ‘adzabannar”  artinya “ Ya Allah berikanlah kepada kami kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
        Untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentu dengan prestasi. Untuk dunia, umur panjang adalah prestasi, badan sehat, jabatan tinggi, harta yang banyak, pendidikan tinggi semuanya adalah prestasi. Begitu pula, kebahagiaan akhiratpun mesti diraih dengan prestasi. Bagaimana cara menentukan prestasi akhirat ?. Hal ini, sebagaimana telah disebutkan didalam Al-Qur’an Surat Al Qashash ayat 83 :
وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ (٨٣)

Dan dengan redaksi sedikit berbeda disebutkan pada surat Hud ayat 49 :
إِنَّ ٱلۡعَـٰقِبَةَ لِلۡمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”.
            Jadi cara menentukan prestasi akhirat adalah dengan prestasi taqwa. Taqwa adalah kehati-hatian dalam memelihara diri dari pelanggaran terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga terlepas dari siksa Allah SWT dan tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
            Sehubungan dengan itu, Islam tida mengajarkan kepada umatnya untuk memisahkan antara kebahagiaan dunia dan akhirat, tetapi Islam menggadengkan kedua sisi kehidupan ini. Karenanya, prestasi dunia yang telah kita raih mesti dipayungi oleh kesadaran ketaqwaan. Bagaimana umur yang panjang sebagai prestasi, bias diisi dengan hal-hal yang positif dalam kerangka taqwa, bukan malah sebaliknya. Bagaimana drajat malah pangkat yang tinggi bias diperuntukkan kepada sesuatu yang bernilai ibadah. Bagaimana harta yang banyak bias dimanfaatkan sebagaimana keperuntukannya, dan bagaimana pula pendidikan yang tinggi bias merubah manusia semakin tawadhuk kepada Allah SWT. Jadi untuk meraih kebahagiaan tadi, dunia dan akhirat, apapun posisi dan aktivitas kita, mesti selalu dipandu oleh rambu-rambu ketaqwaan kepada Allah SWT.
            Pertanyaan berikutnya adalah apakah dengan mengikuti rambu-rambu taqwa, berbagai prestasi di dunia dapat diraih ? Kenyataan menunjukkan, memang tidak selamanya akan sesuai dengan harapan. Sering sekali orang yang berpedoman kepada rambu-rambu ketaqwaan pun ada yang justru tertinggal dengan orang lain. Sering sekali pula, demi meraih prestasi duniawiyah, seseorang menghalalkan segala cara, mereka rela menggadaikan kehidupan akhiratnya demi kepentingan duniawinya. Terhadap orang yang model begini Allah telah memberikan gambaran di dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 86 :

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا بِٱلۡأَخِرَةِ‌ۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنۡہُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ (٨٦)

“Itulah orang-orang yang menggadaikan kehidupan akhirat demi kehidupan dunia, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong”.
 Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Ketika kita dihadapkan dengan situasi dekotomi diatas, maka bagaimana sikap kita, apakah mengikuti kesenengan dunia dengan menggadaikan kehidupan akhirat atau sebaliknya. Al-Qur’an telah memandu kita , sebagaimana termaktub dalan Surat Ad Dhuha ayat 4:

وَلَلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ (٤)

“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan”.
            Bukankah kita dalam kehidupan ini selalu melihat dan memperhitungkan yang akhir, bukan yang awal, baik yang akhir itu sejalan dengan yang awal atau tidak. Dulu kita kaya dan sekarang kitapun kaya, bukankah kita tidak pernah teringat lagi dengan kekayaan yang dulu. Dulu kita miskin kini kaya, bukankah kita tidak pernah ingin tahu bagaimana keadaan kita dulu sebelum kaya; dulu kita sakit kini sehat, bukankah kita seolah tak ingin tahu lagi bagaimana kita dulu sakit; atau dulu kita sehat, segar bugar dan sekarang sakit-sakitan, lalu kemanakah kesehatan yang dulu, bukankah apa yang kita alami sekarang itu hasil yang selalu kita perhitungkan; bagaimanapun agaknya kehidupan akhirat yang abadi jauh lebih baik ketimbang kehidupan dunia ini, yang sifatnya hanya sementara saja. Karenanya hanya orang-orang yang bersungguh-sunggguh dan tangguhlah yang mampu bersaing didalam mengarungi kehidupan, sebab untuk meraih kesuksesan ini agaknya kita selalu mempedomani sebagaimana yang telah dilangsir oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an Surat Muhamamad ayat 31 :

وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَـٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّـٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ

 “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang bersungguh-sungguh dan orang yang tangguh diantara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”.
            Melalui ayat ini Allah menginstrukksikan kepada kita sekalian bahwa paling tidak ada dua hal yang menjadi motivator atau penggerak agar prestasi di dunia dan prestasi di akhirat dapat diraik dengan sukses yaitu pertama dengan cara bersungguh-sungguh. “apabila selesai satu tugas kerjakan yang lain”.

فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ

 “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS Alam Nasyhroh : 7).
            Dan yang kedua tidak bermalas-malasan, karena Islam tidak pernah mengajarkan yang demikian. Kedua sikap inilah yang mesti kita tanamkan dengan kesadaran yang tinggi setiap kita, didalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Demi tercapainya tujuan kita bahagia di dunia dan di akhirat.
            Demikian khotbah yang bias kami sampaikan, semoga bermanfaat, dan selanjutnya kita mohon kepada Allah SWT semoga kita digolongkan orang-orang yang selalu mengedepankan nilai—nilai taqwa sebagai motivator penggerak didalam mengejar semua prstasi di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar