Senin, 29 Desember 2014

KHUTBAH JUM'AT : EVALUASI DAN INSTROSPEKSI AKHIR TAHUN



KHUTBAH JUM’AT
EVALUASI DAN INSTROSPEKSI AKHIR TAHUN
oleh : Anis Purwanto
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Sejenak marilah kita menghubungkan segenap jiwa dan raga kita dengan Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita. Sebagai wujud rasa syukur itu marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT agar kehidupan kita mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Shalawat dan salam senantisa kita aturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.
Alhamdulillah , hari ini kita telah memasuki Tahun Baru 2015. Panjang  jalan telah kita lalui, banyak pengalaman yang kita alami, suka dan duka telah kita jalani. Kini, perjalanan kehidupan panjang terbentang didepan. Banyak harapan kita gantungkan, setinggi langit cita akan kita raih. Tapi, apapun harapan dan cita yang akan kita raih nanti, dalam situasi memasuki tahun baru seperti sekarang ini, yang kita harapkan adalah adanya perubahan kearah kebaikan dan keutamaan. Paling tidak peristiwa pergantian tahun baru dapat  kita jadikan  sarana untuk evaluasi dan instrospeksi.
Apabila dapat kita umpamakan, amal kita yang telah lalu bagaikan sebuah buku yang berisi catatan-catatan , kini telah kita tutup dengan sempurna dan siap membuka buku baru dengan catatatan-catatan baru. Dengan buku lama itu,  maka dalam mengisi lembar-lembar buku baru nanti diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang dapat dijadikan guru yang paling baik , sehingga didalam catatan buku baru nanti hanya akan tercatat warna sejarah kehidupan yang baik saja.

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr:18). 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
          Malah, layaknya orang yang “bebakulan”, waktu-waktu akhir atau setelah menutup warungnya, biasanya lantas dipergunakan untuk menghitung-hitung lagi dagangannya, satu hari tadi jualannya untung apa rugi. Apabila rugi apa sebabnya, dan bila untung, untung berapa dan bagaimana caranya meningkatkan keuntungannya dihari-hari berikutnya. Demikian juga, didalam kehidupan ini, mestinya kita juga bisa menghitung -hitung amal kita salama satu tahun yang lalu, iman dan taqwa kita bertambah atau malah berkurang, kesadaran dan semangat beribadah kita meningkat atau malah melemah, banyak baiknya apa salahnya. “Barang siapa hari ini kehidupan dan amalnya lebih baik dari pada hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini kehidupan dan amalnya sama dengan yang kemirin, maka dia termsuk orang yang merugi (tertipu). Dan barang siapa yang kehidupan dan amalnya hari ini lebih jelek dari pada hari kemarin, maka dia termasuk orang yang dilaknati oleh Allah SWT”.
          Karenanya, menghitung-hitung amal sangat besar manfaatnya, terutama bagi kita yang mempunyai niat adanya peningkatan  disegala bidang, baik urusan dunia apalagi dalam urusan keakhiratan.
وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ كَأَن لَّمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةً۬ مِّنَ ٱلنَّہَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيۡنَہُمۡ‌ۚ قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ
“Dan ( ingatlah ) akan hari ( yang di waktu itu ) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu ) seakan-akan meraka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari ( di waktu itu) meraka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan meraka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus:45).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
          Ayat tersebut kemudian bisa kita jadikan pedoman untuk mengukur dan menghitung bagaimana iman, ilmu dan amal kita. Sebab hidup ini menurut perhitungan Allah hanya “sesaat saja di siang hari” (illa ngatam minan nahari).  Hidup di dunia ini apabila dibandingkan dengan hidup kita di akhirat kelak, hanya “sekejab” waktu yang hanya cukup untuk saling berkenalan di waktu itu. Oleh karena itu setelah mengetahui bahwa hidup ini hanya “sakkeclapan” saja, maka semestinya kemudian kita segera bergegas memikirkan amal yang dapat membawa kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.
          Sebetulnya semua kita sudah sama-sama mengerti bahwa semua amal kebaikan itu baik, baik menurut pandangan manusia maupun menurut pandangan Allah. Namun terkadang karena kurangnya kesadaran, kebaikan itu menjadi terlewatkan, sebab dianggap tidak penting, tidak ada manfaatnya, apalagi bia di ukur secara materi, waktu yang dipergunakan untuk beribadah merasa terbuang sia-sia. Akan tetapi meski bagaimanapun juga, bila kita mau jujur,  kita ini masih mempunyai iman, mempunyai keinginan agar ibadah kita khusuk, shalat kita tidak “gothang”. Pendek kata, kita ingin melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
          Mestinya kita telah bisa menilai diri sendiri, juga terhadap semua amal, baik yang berkaitan dengan urusan dunia ataupun keakhiratan, sudah berhasil apa belum, sudah membawa manfaat apa belum. Hasil dari perhitungan itulah yang akan kita jadikan modal utama di dalam melangkah ke depan. Sebab, meski sedikit kita yakin bahwa kita telah berbuat kebaikan dan itu pasti ada manfaatnya bagi hidup dan kehidupan kita. Semua itu mesti disyukuri, karena kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menapaki tahun 2015 ini.
          Inilah pentingnya mengapa kita melakukan evaluasi dan instrospeksi kepada apa yang telah kita lakukan, tentunya evaluasi tersebut kita tujukan kepada diri kita sendiri. Artinya, amal usaha kita yang lalu itu kita evaluasi terus sepanjang masa, agar supaya amal usaha kita diwaktu-waktu yang akan datang menjadi lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan amal usaha diwaktu yang lalu. Sebab kita hanya berkewajiban berusaha dan berdoa, perkara berhasil atau belum, amal kita diterima oleh Allah apa ditolak, itu adalah hak Allah.
          Sekali lagi, mumpung kita masih dipertemukan kembali dengan tahun baru 2015, mulai sekarang kita lantas “segera” merubah kekurangan kearah kebaikan, demi kesempurnaan diwaktu-waktu yang akan datang. Evaluasi dan istrospeksi ini menjadi sarana untuk memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan yang telah baik.  Sehingga diharapkan kita menjadi orang-orang yang beruntung.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Jika seandainya penduduk negeri itu sama beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi jika mareka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa meraka disebabkan perbuatannya”. (QS.Al A’raf : 96).

Dan akhirnya kita meyakini dengan sesungguhnya bahwa agama mempunyai peran penting yang mampu mempengaruhi individu, masyarakat, bangsa dan Negara dalam mencapai cita-citanya, bahagia di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Minggu, 16 November 2014

EMPAT SIFAT MANUSIA



EMPAT SIFAT MANUSIA
Catatan : Anis Purwanto

1.    Mengeluh dan kikir
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh” (QS. Al-Ma’arij : 19 ).

قُل لَّوۡ أَنتُمۡ تَمۡلِكُونَ خَزَآٮِٕنَ رَحۡمَةِ رَبِّىٓ إِذً۬ا لَّأَمۡسَكۡتُمۡ خَشۡيَةَ ٱلۡإِنفَاقِ‌ۚ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ قَتُورً۬ا
“Katakanlah (muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. Dan manusia itu memang sangat kikir.  (QS. Al-Isra’ : 100 ).
2.    Lemah (lemah fisik dan lemah menahan hawa nafsu).
 ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٍ۬ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٍ۬ قُوَّةً۬ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٍ۬ ضَعۡفً۬ا وَشَيۡبَةً۬‌ۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ‌ۖ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa”. (QS Ar-Rum : 54 )
يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمۡ‌ۚ وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفً۬ا
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah”. (Q. An-Nisa’ : 28 ).
3.    Zalim dan bodoh
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَہَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡہَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَـٰنُۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ ظَلُومً۬ا جَهُولاً۬
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikulkanlah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”. (Q. Al-Ahzab  : 72 ).
4.    Tidak adil.
وَيَـٰقَوۡمِ أَوۡفُواْ ٱلۡمِڪۡيَالَ وَٱلۡمِيزَانَ بِٱلۡقِسۡطِ‌ۖ وَلَا تَبۡخَسُواْ ٱلنَّاسَ أَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ
“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu berbuat kejahatan di bumi dengan berbuat kesusakan”. (Q. Hud : 85 ).
*(Diambil dari beberapa tulisan tentang empat karakter manusia dalam Al-Qur’an)



Kamis, 13 November 2014

KHUTBAH BAHASA JAWA : TUMUJU DHATENG HIDAYAHIPUN ALLAH SWT



KHUTBAH JUM’AT
 TUMUJU DHATENG HIDAYAHIPUN ALLAH SWT
Dening: ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

Wonten ing kesempatan Jum’at siyang sapunika, sumangga kita aturaken puja puji syukur ing ngarsa dalem Allah SWT, awit ngantos ing detik punika Alhamdulillah kanthi karunianipun Allah SWT, kita taksih kabimbing iman lan Islam sarta kesadaran kagem nindakaken kewajiban ibadah Jumat. Mugia shalawat lan salam atur dumateng junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sahabat lan sedaya penderekipun, kalebet kita sedaya. Amin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Mboten wonten perkawis ingkang langkung wigatos ingkang kedah tansah kita gatosaken katimbang kaliyan hidayahipun Allah SWT. Hidayahipun Allah mboten saged kita ijolaken kanthi donya lan punapa kemawon ingkang dados isinipun. Wondene marginipun dhateng hidayah punika estunipun kathah sanget. Sak thek kliweripun panggesangan ingkang arupi punapa kemawon punika estunipun saged dados pancadipun lampah dhateng pangresepipun hidayah . Mila namung tiyang ingkang anggadhahi iman lan taqwa kemawon ingkang saged waskitha dhateng ayat-ayatipun utawi tanda-tanda kuwaosipun Allah SWT.  Kasebat ing Al-Qur’an Surat Al-Insyiqaq ayat 6 :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدۡحً۬ا فَمُلَـٰقِيهِ
“He para manungsa kabeh, satemene sira lagi toh raga mbudi daya tumuju marang Pangeranira nganti kepati-pati, mula sira bakal nemoni Pnjenengane”. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Ayat punika tetela paring pemut, bilih punapa kemawon ingkang kita ayahi wonten ing ngalam ndonya punika, sae ingkang ngremenaken utawi ingkang ndamel susah, sedaya punika minangko margi ingkang badhe nglantaraken kita dhumateng ngarsanipun Allah SWT. Awit rahmatipun Allah punika langkung agung lan langkung ageng tinimbang donya lan isinipun. Sifatipun pagesangan ingkang arupi kadonyan mboten wonten ajinipun manawi sih katresnanipun Allah mboten dipun paringaken dhateng kita, sedaya punika mila namung badhe dhawah percumah. Badan wadhak ketawis gesang, ananging estunipun namung awujud raga ingkang pejah. Kasebat ing Al-Qur’an Surat Al-Anfal  ayat 24 : 

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيڪُمۡ‌ۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥۤ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ÇËÍÈ  
“He wong-wong kang padha iman ! Tetepana kanggo Allah lan kanggo Utusane , menawa Allah lan Utusane iku ngajak-ajak sira kabeh marang perkara kang bakal nguripake sira. Lan sira padha ngertia, manawa Allah iku ndunungake wates ing antarane manungsa lan atine, lan satemene mung marang Panjenengane sira kabeh bakal dikumpulake ”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Allah SWt tetela sampun paring jaminan bilih tujuan gesang ingkang hakiki inggih punika gesang mligi kangge nggayuh ridhanipun Allah lan ndhedhepe dhumateng Panjenenganipun. Awit jaminanipun Allah mila leres saestu, “wa maa ‘indallohii khoirun  wa abqa” , lan apa bae kang ana ing sisine Allah iku mujudake kanikmatan kang luwih apik lan luwih langgeng”. Kanthi kanikmata ingkang langkung sae, langkung sekeca lan langkung abadi, kabandhing kaliyang kanikmatan ing ngalam ndonya punika,
            Pramila saking punika Hidayahipun Allah saestu awis sanget reginipun, kados punapa hebadipun saha gebyaripun pagesangan kadonyan kita, manawi mboten pikantuk hidayah sedaya punika  badhe muspra. Sahingga sampun sakmestinipun bilih hidayahipun Allah ingkang arupi  iman lan taqwa punika kedah kita syukuri lan ugi kita ugemi dados landhesan gesang kita punika. Puna[a malih kita jejeripun kawula ingkang anggadhai sifat remen dhumateng gebyaripun lan kesenengan kadonyan, malah saben-saben tiyang mesti mboten uwal saking pagesangan , sahingga kita lajeng berjuang sekuat tenaga kangge mbudidaya nggayuh panggesangan ingkang langkung sae.  Kasebat ing Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 97 :

مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا مِّن ذَڪَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ ۥ حَيَوٰةً۬ طَيِّبَةً۬‌ۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Sapa wonge sing nindakake amal saleh, lanang utawa wadon, ana sajrone kahanan iman, temenan bakal Sun paringi marang dheweke kauripan kang becik, lan temena Ingsun bakal paring piwales marang dheweke kanthi ganjaran kang luwih becik tinimbang apa-apa sing wis ditindakake dening dheweke”.
            Kathahipun kita nggadhahi pemenggih bilih pagesangan ingkang sae punika dumunung wonten kathahipun pagesangan, khususipun ing babagan bondo donyo, inggilipun pangkat lan drajat. Bilih punika dadon ukuranipun, tartamtu kathah sanget tiyang ingkan iman taqwa sarta gesangipun istiqomah ing ndalem nindakaken sedaya dhawuhipun Allah SWT, mboten saget ngraosaken pagesangan ingkang langkung sae, pramila lajeng ukuranipun mboten makaten, ananging sedaya dumunung wonten ing hidayahipun Allah SWT. Ingkang kuncinipun :
Setunggal, nindakaken amal shaleh ,inggih punika sedaya amal kesaenan ingkang saged nuwuhaken manfaat utaminipun kagem badan kita piyambak, keluawarga dalah masyarakat.  Ingkang angka kalih, iman. Amargi sedaya amal kesaenan manawi mboten dipun landesi iman ingkang kiyat, sedaya mboten wonten ajinipun. Mila ing akhiripun sumangga kita gayung pagesangan ingkang langkung sae, kanthi lelandasan hidayahipun Allah SWT, tetap ing ndalem nindakaken amal shaleh, nindaken sedaya dhawuhipun lan ninggalaken awisanipun. Kangge nggayuh kawilujengan ing ndonya dalah ing akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Kamis, 09 Oktober 2014

KHUTBAH JUM'AT BAHASA JAWA : ENTHENG ING BABAGAN KESAENAN



KHUTBAH JUM’AT
ENTHENG ING BABAGAN KESAENAN
Dening : ANIS PURWANTO

Hadirin Jamaah Jum’ah, rakhimakumullah.
            Kagem pambukaning khutbah, sumangga kita aturaken puja puji syukur ing ngarsa dalem Allah SWT, ingkang sampun paring rahmat saha hidayah dhumateng kita sedaya, sahingga wanten ing siyang punika kita sedaya saget nindakaken ibadah jum’ah, kanthi ihklas krana Allah SWT. Mugi-mugi kita saget manggih kawilujengan ing donya dalah ing akhirat. Shalawat saha salam katur dhumateng junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
Hadirin Jamaah Jum’ah, rakhimakumullah.
            Dinten Jum’ah punika dinten ingkang kawitan saksampunipun kita nindakaken sawerninipun kegiatan magepokan kaliyan mangayubagya ariyadin Idul adha, malah sakderengipun kita sampun sesarengan mangayubagya Idul Fitri. Pramila saking punika ateges sampun jangkep anggen kita sesarengan ngraosaken mongkok dalah gumbiraning manah. Selajengipun mestinipun kita lajeng ancang-ancang miwiti sawenehipun kesaenan, sae ing babagan pagesangan ing ngalam ndonya, langkung-langkung pagesangan kita ing akhirat mbenjang, ngantos dhatengipun kalih ariyadin, Idul fitri lan Idul Adha tahun ngajeng.
            Mila ing ngriki kita lajeng dipun engetaken dhateng satunggalipun nasehat, bilih miwiti sawenehipun pedamelan kanthi sae, ateges sampun ngrampungaken sepalih pendamelan punika kalawau. Jumbuh kaliyan conto luhur Kanjeng Nabi Muhammad SAW, ing saben-saben enjang panjenenganipun atur panyuwun : “Allahumma inni as aluka ‘ilman naa’imaan wa rizqon thoyyiban wa ‘amalan mutaqobbalaan”. Ingkang artosipun : “Ya Allah, estu kawula nyuwun dhumateng Paduka ilmu ingkang manfaat, rezki ingkang sae, lan amal ingkang dipun tampi”. (Sunan Ibnu Majah).
Hadirin Jamaah Jum’ah, rakhimakumullah.
            Manawi hadis punika kita taliti, pranyata Kanjeng Nabi SAW negesaken panyuwun werni tiga ing saben-seben enjang, inggih punika, ilmu, rizki lan ketampinipun sedaya amal kesaenan. Saestu kita mboten selak, inggih tigang perkawis punika mujudaken perkawis ingkang inti wonten ing salebetipun gesang. Saben-saben manungsa mesti mbetahaken tambahan ilmu, ilmu punapa kemawon, langkung-langkung ilmu agami, ingkang minangka sarana kagem sampurnanipun ibadah kita. Ingkang ongko kalih, kita mesti mbetahaken rizki, rizki ingkang sae dalah halal, minangka kebetahan pokok agesang, utaminipun babagan pangan, sandang dalah papan. Lan ingkang penting malih, kita kepingin sedaya amal dipun tampi dening Allah SWT. Ingkang menika mujudaken perkawis ingkang paling penting.
            Allah SWT sampun paring pemut, engkang kasebat ing Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 65 :

وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَٮِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ
 “Wis tenan-tenan diparingake minangka wahyu marang sira lan marang wong-wong (para Nabi lan Rasul) sakdurungira (kang paring dhawuh) : “Yen sira tumindak syirik, mula mesti bakal pedhat amalira (saka ganjarane), lan sira mesti bakal dadi golongane wong-wong kang rugi”.
            Mila saking punika, sumangga kita estu-estu niyataken kangge nanem kesaenan sakathah-kathaipun kangge diri, keluwarga lumeberipun dhumateng masyarakat. Kuncinipun, dumunung wonten ing ilmu ingkang manfaat, rezki ingkang berkah lan halal, saha katampinipun sedaya amal kita. Sedaya punika kedah dipun wiwiti saking badan kita piyambak-piyambak, kagem anggayuh kautamen lan ridha saking ngarsanipun Allah, kanthi taat sataat-taatipun dhumateng Rasulullah SAW.
            Atur makaten punika jumbuh kaliyan pangandikanipun Allah SWT, ingkang kasebat wonten ing Surat Al-Hasyr ayat 7 :
وَمَآ ءَاتَٮٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَہَٮٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ        
 “Lan tampanen (tindakna) apa bae kang ditekakake Rasul marang sira, lan tinggalna apa bae kang Rasul penging tumrapira. Lan padha taqwa-a sira marang Allah, satemene Allah iku abot banget pasiksane”.
Hadirin Jamaah Jum’ah, rakhimakumullah.
            Kangge anggayuh karidhoaan Allah dalah taat dhumateng Rasulullah SAW punika, kedah kita bayar kanthi pengorbanan ingkang mboten entheng. Sapunika kantun kita piyambak-piyambak, suwarga punika mila awis reginipun, lan kedah dipun perjuangaken kanthi punapa kemawon, wekdal, tenaga, pikiran, bondho donya, lan bilih perlu, saget ugi kanthi nyorohaken nyawa. Kita ihklas nindakaken sawerninipun kesaenan kagem anggayuh kabekjan lan kamulyan ing donya dalh ing akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.