Rabu, 29 November 2017

KHUTBAH JUM’AT : MAULID NABI MUHAMMAD SAW



KHUTBAH JUM’AT
MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Ed : Anis Purwanto
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Kecintaan kita kepada Allah SWT, dapat diukur dengan kadar rasa syukur kita atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Semakin tinggi kadar rasa syukur kita, maka akan semakin tinggi pula kecintaan kita kepada Allah SWT, sehingga Allah pun akan semakin cinta kepada kita. Dalam keadaan seperti inilah manusia akan menemui hakekat diri, menjadi insan paripurna, yang kelak akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Sebaliknya, semakin kecil rasa syukur kita akan nikmat Allah, akan semakin mendekatkan kita kepada kekufuran, dan kekufuran akan menjauhkan kita dari barokah dan karunia Allah SAW. Bila ini terjadi, maka adzab pedih kehidupan dunia dan akhirat pasti akan menimpa.
Kunci dari terbukanya pintu kecintaa Allah adalah kecintaan dan ketaatan kita kepada baginda Rasulullah SAW. Allah berfirman, dalam Surat Ali Imran ayat 31 :
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
“Katakanlah : “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
            Oleh karenanya, Rasulullah merupakan representasi syariah Islam yang universal dan utuh. Maka logis  ketika ditanya oleh para sahabat tentang bagaimana ahklak Rasulullah, Aisyah istri beliau, dengan tegas menjawab :”Ahklak beliau adalah Al-Qur’an”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Bahkan keagungan ahklak Rasulullah  telah dimulai sejak beliau masih belia, beliau mendapat gelar “al amin”. Hal itu berkat ketaatan dan ketegaran beliau dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran, dan kebijaksanaan beliau dalam menyelesaikan problema sosial pada waktu itu banyak mengundang kekaguman masyarakat Makkah. Kemuliaan ahklak beliau saat itu menjadi bak bunga nan harum, yang aromanya dapat dinikmati oleh siapapun. Apalagi ditengah kehidupan masyarakat Arab yang jahili saat itu, maka kehadiran beliau ibarat sebuah mata air ditengah padang pasir yang tandus.
            Namun saudara, bagi para pembela kemungkaran, para pemuja berhala, kehadiran beliau merupakan ancaman bagi eksistensi berhala-berhala mereka, sehingga berbagai tipu mslihat hingga ancaman terhadap nyawa beliau, dilakukan oleh para kuffar untuk mengendorkan dakwah beliau. Tetapi Muhammad adalah manusia pilihan, berbagai tekanan yang dilakukan kaum kuffar sama sekali tidak mengendorkan usaha beliau. Keyakinan bahwa perlindungan Allah akan senantiasa menaungi, membuat beliau yakin, bahwa tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan Allah, dan apabila ia berkehendak tak ada tangan mahklukNya yang mampu menahan qadrah dan iradahNya. Seluruh jiwa dan raga siap beliau korbankan dalam menjaga amanat Allah sebagai penyempurna ahklak manusia :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahklak yang mulia”
            Keteguhan dan keyakinan semacam itu tentunya harus dimiliki oleh setiap penyeru kebajikan. Apalagi ditengah kehidupan saat ini, dimana egoisme tumbuh bak jamur di musim hujan, materialisme menjadi madzhab banyak orang, dan sinisme sering menjadi penyakit dalam pergaulan sosial, tak pelak kadang mengajak kepada kebajikan sama sulitnya dengan mengurai benang kusut.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Salah satu nilai lebih dari dakwah Rasulullah adalah kemampuan beliau didalam mensinergikan kekuatan dakwah lisan dan amal. Beliau bukanlah seorang yang banyak bicara tetapi miskin amal, tetapi beliau adalah seorang yang senantiasa menyertai kata-kata dengan amal  nyata. Sehingga pantaslah bila kemudian Allah memerintahkan kepada kita untuk menjadikan beliau sebagai uswatun hasanah. Sebagaimana termaktub didalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut asma Allah”.
            Didalam perjalanan melaksanakan risalah kenabian, beliau disamping disukai dan dicintai kawan, beliau adalah sosok yang ditakuti dan disegani lawan. Maka wajarlah dalam waktu kurang 23 tahun, beliau berhasil mengubah tatanan masyarakat yang biadab menjadi tatanan yang beradab, dari tatanan yang congkak menjadi tatanan yang santun, dan dari tatanan yang anti pati terhadap kebenaran menjadi tatanan yang simpati terhadap kebenaran.
            Disamping itu beliau berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan sosial ekonomi yang kuat, menyatukan pluralitas masyarakat Madinah, dan mendamaikan kelompok-kelompok yang sebelumnya bermusuhan.  Sehingga Madinatun Naby, sanggup menjadi barometer bagi dinamika berbagai bidang kehidupan bagi negara-negara sekitarnya.
            Memperhatikan berbagai realitas kongkrit yang telah kami sebutkan diatas, ada baiknya jika saat ini, dengan menggunakan moment peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kita kembali menyegarkan ajaran-ajaran Nabi sebagai resep penyembuhan bagi berbagai macam penyakit sosial yang menghinggapi masyarakat kita.  Dan kita perhatikan peringatan Allah dalam Surat Al Hasyr ayat 7 :
وَمَآ ءَاتَٮٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَہَٮٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan apa yang diperintahkan oleh Rasul kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya”.
            Akhirnya, semua tentu berpulang kepada kita, sebagus apapun sebuah konsep ajaran, apabila kita tidak mau melaksanakannya maka ia tidak akan mampu memberi bias bagi kehidupan kita, dan tetap saja kebatilanlah yang akan memimpin arah mata hati kita.
            Senyampang waktu masih terbuka, marilah kita memulai langkah baru, berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan Rasulullah sebagai penuntun langkah kita, kita kembali kepada manhaj Rasul, kita kembali kepada Islam. Insya Allah dengan demikian harapan kita akan munculnya sebuah masyarakat dan generasi beradab akan menjadi kenyataan.
            Semoga Allah SWT memberi hidayah dan taufiqNya bagi setiap langkah kita untuk mengikuti perintah dan menjauhi laranganNya. Amin ya rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Senin, 16 Oktober 2017

KHUTBAH JUM’AT BAHASA JAWA : AMAL SHALEH



KHUTBAH JUM’AT BAHASA JAWA
AMAL SHALEH
Dening : Drs. Anis Purwanto

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Minangka pambukaning atur, sumangga kita ngaturaken puja puji syukur ing ngarsa dalem Allah SWT, ingkang sampun paring taufik sarta hidayah dhumateng kita sedaya, sahingga ing siyang punika kita saget nindakaken ibadah jum’at kanthi iklas krana Allah SWT. Kita nyuwun dhumateng Allah SWT, mugi-mugi ibadah kita saget katampi dening Allah SWT, wilujeng ing ndonya ngantos ing akhirat.
Shalawat dalah salam kunjuk dhumateng junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, ingkang kita antu-antu syafaatipun mbenjang ing yaumul kiyamah, amin ya rabbal ‘alamin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Tiyang ingkang nindakaken amal shaleh, dipun jamin dening Allah SWT kanthi dipun paringi panggesangan ingkang ngremenaken wonten ing ndonya, lan ing akhirat mbenjang badhe dipun papanaken wonten swarganipun Allah SWT, minangka ganjarang ingkang paling ageng. Bab punika kadasaraken dhawuh Allah SWT ingkang kahemot ing Kitab Suci Al-Qur’an :

مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا مِّن ذَڪَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ ۥ حَيَوٰةً۬ طَيِّبَةً۬‌ۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ
 “Sapa wonge kang nindakaken amal saleh, lanang utawa wadon, lan dheweke iku wonh iman, temenan Ingsun mesthi paring panguripan kang becik marang dheweke, lan Ingsun mesthi paring piwales marang dheweke kanthi kang luwih becik tinimbang apa-apa kang wis ditindakake dheweke”. (Q.S. An-Nahl : 97).

مَن كَفَرَ فَعَلَيۡهِ كُفۡرُهُ ۥ‌ۖ وَمَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِأَنفُسِہِمۡ يَمۡهَدُونَ 


"Sing sapa wonge engkar marang Allah, dheweke dhewe sing mesthi nanggung akibat saka kekafirane iku. Lan sing sapa wonge nindakake amal saleh, ateges kanggo dheweke dhewe wong-wong mau padha nyiapake papan-panggonan kang becik, yaiku swarga.” (Q.S. Ar-Ruum : 44).
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Sedaya punika minangka piwalesipun Allah SWT dhateng tiyang-tiyang ingkang nindakaken amal shaleh. Lan dhumateng tiyang ingkang nindakaken pakaryan ing lelawanan kaliyan dhawuh pangandikanipun Allah SWT, Gusti ingkang Maha Wicaksana ugi paring piwales selaras kaliyan punapa ingkang dipun tindakaken. Allah SWT sampun ngendika :

مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا‌ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ
Sing sapa wonge nindakake amal saleh, ganjarane amal saleh mau kanggo awake wong sing nindakake amal saleh dhewe. Lan sing asapa wonge nindakake tumindak ala, dosane uga ditanggung dheweke dhewe. Lan babar pisan Pangeranira iku ora nganiaya marang kawula-kawulane.” (Q.S. Fush-shilat: 46).
            Makaten para sedherek, sawatawis ayat al-Qur’an ingkang nerangaken kawontenanipun  tiyang ingkang nindakaken amal saleh lan amal awann. Sapunika kantun gumantung kaliyan kita, pundi ingkang kita pilih, jer kita sampun dipun paring kebebasan milih, milih ingkang sae punapa miling ingkang awon.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Selajengipun para sedherek, sumangga kita sami lelomban ing babagan kesaenan utawi amal shaleh, kanthi sesorah FASTABIQUL KHAIRAT. Mangga sedaya dhawuhipun kita tindakaken kanthi nyuwun kekiyatan lahir lan batos dhumateng Allah SWT, lan nyuwun hidayah saha taufiq dhumateng Panjenenganipun. Kanthi tetep nindakaken sedaya dhawuhipun lan nilaraken sedaya awisanipun Allah SWT. Awit, sejatosipun ing rikala kita nindakaken satunggalipun urusan ingkang dipun dhawuhaken, punika sami kaliyan nindakaken kosok wangsulipun. Dados, dhawuh nindakaken amal shaleh punika sami kaliyan ngawisi nindakaken kejahata. Pramila saking punika sumangga tuntunanipun agami Islam punika kita amalaken kanthi kebak keihklasan lan ketaatan.
 Akhiripun, mangga kita tingkataken semangat kagem nindakaken amal shaleh. Mugi-mugi Allah SWT maringi kekiyatan lahir lan batos dhumateng kita sedaya, sehingga kita kagolong umat ingkang iman lan taqwa, ingkang setia tuhu mundhi sedaya dhawuhipun  lan nilaraken sedaya awisan. Begja mulya donya akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



Kamis, 21 September 2017

KHUTBAH JUM’AT



KHUTBAH JUM’AT
TAHUN BARU : 1 MUHARAM 1439 HIJRIYAH
Oleh : Anis Purwanto
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Sejenak marilah kita menghubungkan segenap jiwa dan raga kita dengan Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita. Sebagai wujud rasa syukur itu marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT agar kehidupan kita mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Alhamdulillah , Kemarin kita telah memasuki Tahun Baru Hijriyah 1 Muharan 1439. Panjang  jalan yang kita lalui, banyak pengalaman yang kita alami, suka dan duka telah kita jalani. Kini, perjalanan kehidupan panjang terbentang didepan. Banyak harapan kita gantungkan, setinggi langit cita akan kita raih. Tapi, apapun harapan dan cita yang akan kita raih nanti, dalam situasi memasuki tahun baru seperti sekarang ini, yang kita harapkan adalah adanya perubahan kearah kebaikan dan keutamaan. Paling tidak peristiwa pergantian tahun baru dapat  kita jadikan  sarana untuk evaluasi dan instrospeksi.  Sebab,  peristiwa hijriyah ini mengandung banyak nilai yang perlu kita kenang dan kita kembangkan dalam rangka pembinaan diri dan pembangunan umat, sekarang dan yang akan datang.  Sebab Hijrah yang berarti meninggalkan, berpindah atau berubah, adalah perbendaharaan umat yang paling bersinar. Hijrah adalah semanat perubahan yang tak kenal henti. Ia bagaikan ombak samodra yang terus menerus menggempur pantai. Hijriyah adalah etos kerja untuk meraih cita-cita dan kedudukan mulia (maqomam mahmudah). Hijrah adalah pedang kelewang yang akan menebas segala kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan kebatilan. Dengan semangat hijriyah itu pula, kita akan mengubah nasib dan melepaskan topeng buruk yang menutupi keindahan wajah dan jati diri.
Akan tetapi, hijrah tidaklah berdiri sendiri. Hijrah adalah senyawa iman dan kesungguhan :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٲلِهِمۡ وَأَنفُسِہِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ‌ۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَآٮِٕزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya disisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (QS At Taubah:20).
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
            Iman, hijrah dan jihad adalah rumus sukses untuk meraih tujuan.  Kini, peristiwa hijrah yang didalamnya tersimpan suatu kebijaksanaan sejarah atau sunatullah, agar membuka tutup mata kita untuk senantiasa mengambil hikmah, meneladani dan mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah SAW dalam konteks kekinian.
Pertama, adalah transformasi keummatan. Bahwa nilai penting atau missi utama hijrah Rasulullah beserta kaum muslimin adalah untuk menyelamatkan nasib kemanusiaa. Betapa serangkaian peristiwa hijrah itu, selalu didahului oleh fenomena penindasan dan kekejaman. Dan tujuan dari hijrah, dalam visi Al-Qur’an itu, agar manusia dapat mengenyam kebebasan. Jadi tidak semata-mata perpindahan fisik, melainkan lebih dari melibatkan hijrah mental-spiritual, sehingga mereka memperoleh kesadaran baru bagi keutuhan martabatnya. Maka halangan, hadangan, tipu daya bahkan ancaman pembunuhan dapat dihadapi, demi terwujudnya tatanan masyarakat berdasarkan moral utama (makarimal akhlaq), suasana tenteram penuh persaudaraan dalam pluralitas (ukhuwah) dan mengedepankan misi penyejahteraan rakyat (al-maslahatul al-ra’iyah), dan mengharap rahmat  Allah SWT :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ‌ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalah Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al-Baqarah:218).
Kedua, adalah transformasi kebudayaan. Hijrah dalam konteks ini telah mengentaskan masyarakat dari kebudayaan jahili menuju kebudayaan Islami, yakni mengembalikan keutuhan moral dan martabat kemanusiaan secara universal (rahmatan lil alamin). Sebab martabat atau hak-hak asasi, yang merupakan pundamen utama suatu kebudayaan .
Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah, yang didalam konteks hijrah, dapat dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan dakwah rasulullah. Dimana Rasulullah selalu mengedepankan ukhuwah.
            Demikianlah Islam, mengajarkan kepada kita prinsip hijrah yang pada dasarnya bertujuan untuk kebaikan dunia dan akhirat kita, yakni hijrah yang terkait dengan situasi, kondisi dan keadaan, seperti hijrah dari situasi jahiliyah yang mendominasi system dan gaya kehidupan (life style) kita, kondisi dimana kemungkaran dan kemaksiatan merajalela, sebagai akibat system jahiliyah yang diterapkan, dan dalam kondisi penjajahan modern dan dominasi asing dalam berbagai lapangan kehidupan. 
            Hijrah adalah solusi dari berbagai kondisi pahit. Hijrah adalah jalan kemerdekaan dari belenggu dan penjajah system jahili. Karena hijrah adalah system nilai yang datang dari Allah, maka hijrah tersebut akan bernilai di mata Allah dan menghasilkan berbagai manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
            Karenanya, ditengah laju jaman yang melesat cepat ini , nilai hijrah tetap relevan bagi umat Islam, sampai kapanpun dan dimanapun.
وَمَن يُہَاجِرۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُرَٲغَمً۬ا كَثِيرً۬ا وَسَعَةً۬‌ۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُ ۥ عَلَى ٱللَّهِ‌ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورً۬ا رَّحِيمً۬ا
 “Dan barang siapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rizki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudia kematian menimpanya , maka sungguhpahalanya telah ditetapkan disisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS An-Nisa’ ayat 100).
            Semoga kita ditetapkan sebagai seseorang yang selalu berkeinginan untuk berhijrah dijalan Allah SWT, demi meraih sukses dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.