Senin, 14 April 2014

TUNTUNAN PRAKTIS SHOLAT JENAZAH



TUNTUNAN PRAKTIS SHOLAT JENAZAH

Niat                   :   Usholli ‘ala hadzal MAYYITI (lk-lk) / MAYYITATI  
                              (perempuan) arba’a takbirotin fardhol kifayati
                              (ma’muman) lillahi ta’ala.
Takbir ke I       :  Allahu Akbar
Baca do’a        :  Alfatikhah
Takbir ke II       :  Allahu Akbar
Baca do’a        :  Sholawat Nabi
Takbir ke III     :  Allahu Akbar
Baca do’a        :  Allohummagfirlahu warkhamhu 
                             Wangafihi wakfunganhu.
Takbir ke IV    :  Allahu Akbar.
Baca do’a        : Allohumma latakhrimna ajrohu
                            Walataftina bakdahu waghfirlana
                Walahu birohmatika ya  
                Arkhamarokhimin.

Jika mayit anak-anak do’anya sbb :
                            Allohummaj’alhu farathan li-abawaihi wa-salafan
                            Wadzukhron wa’izhatan wa’tibaaron wasyafii’an
                            Watsaqqil bihi mawaaziinahumaa
                            Wafrighishshobro ‘alaa quluubihimaa walaa
                            taftinhumaa ba’dahu walaa Tahrimnaa ajrohuma.
Salam                        : Salam kiri kanan sambil melepaskan tangan. 
                       
Keterangan :
1.    Do’a “HU” apabila  mayitnya perempuan diganti “HA”, apabila mayitnya dua diganti “HUMA”, apabila lebih dua diganti “HUM”
2.    Setelah salam sudah selesai, akan tetapi apabila ditambah do’a, silakan.

Sumber :
Moh. Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap ,CV.Toha Putra, Semarang, 1976.

Kamis, 10 April 2014

KHUTBAH JUM’AT : MEMILIH WAKIL RAKYAT YANG ISLAMI



KHUTBAH JUM’AT
MEMILIH WAKIL RAKYAT YANG ISLAMI
Ed. : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Sebuah dinamika kehidupan hanya dapat kita nilai manakala kita mau merenungkan langkah-langkah kita dimasa lalu dan kemudian memikirkan apa langkah kita dimasa-masa yang akan datang. Maka alangkah baiknya pada kesempatan mulia ini kita merenung dan menghitung diri kemudian berusaha untuk terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, melaksanakan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, sehingga kualitas kehidupan kita di masa datang akan lebih baik dari masa lalu. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan bernegara.
Disinilah  sebenarnya letak hakekat taqwa yang merupakan kunci sukses bagi seorang hamba Allah untuk mendapatkan tempat tertinggi disisiNya. Semoga kita termasuk diantara hamba-hamba Allah yang muttaqin.
Kaum Muslimin Rakhimakumullah.
            Sebagai agama yang menurut Allah menjadi “rahmatan lil ‘alamin, atau rahmat bagi alam semesta, Islam memiliki ajaran yang sempurna dimana ia tidak hanya mengatur hubungan ubudiyah semata, tetapi ia juga mengatur hubungan muamalah.
            Kebahagiaan hidup sejati hanya dapat diperoleh manusia manakala ia mampu menjaga kedua jenis hubungan ini. Dalam hal ini Allah telah berfirman :
ضُرِبَتۡ عَلَيۡہِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيۡنَ مَا ثُقِفُوٓاْ إِلَّا بِحَبۡلٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبۡلٍ۬ مِّنَ ٱلنَّاسِ
 “Mereka akan ditimpa kehinaan hidup dimanapun mereka berada, kecuali mereka mampu menjaga hubungan baik dengan Allah dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia”. (QS Ali Imran : 112).
            Dalam konteks ini tidak berarti bahwa ubudiyah harus diletakkan dalam posisi berlawanan dengan muamalah seperti yang terjadi di negara-negara sekuler, tetapi keduanya harus berjalan serasi dan seimbang dalam sebuah kesatuan langkah. Artinya, sejauh apapun polarisasi dan dinamisasi kegiatan muamalah kita, kita harus tetap berada dalam lingkaran ubudiyah kepada Allah, sehingga selonggar apapun pengawasan manusia terhadap aspek-aspek sosial kita, kita tetap berada pada rel kebenaran, sebab kita merasa bahwa mata Allah tidak pernah tidur dan berpaling dari kita sedikitpun.
            Prinsip ini harus menjiwai setiap elemen bangsa kita, termasuk para pemimpin kita, baik dalam level nasional ataupun regional sekalipun.  Dan al hamdulillah kita telah mengadakan Pemilu Legeslataif, yang memilih wakil-wakil kita yang duduk di parlemen, kemarin Rabu Pon tanggal 9 April 2014.  Namun disini kita tidak akan menghitung siapa yang menang, siapa yang unggul atas siapa, tetapi lebih kepada melihat kembali bahwa event pemilu kemarin seharusnya kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk memilih wakil kita,  yang mestinya setiap tindak langkahnya selalu dijiwai oleh semangat niat ubudiyah kepada Allah SWT. Dan sebagai masyarakat awam, kita menganggap wakil kita diparlemen itu juga sebagai pemimpin kita, yang akan memberikan arah perjalanan bangsa dan negara pada jenjang lima tahun kedepan. Pemimpin semacam ini dalam Islam diberi lebel dengan sebutan “al imaamul aadilu” atau imam yang adil.
            Kata kunci dari pemimpin ideal menurut Islam adalah “Adil”. Maka pemimpin yang adil adalah pemimpin yang mampu memandang setiap permasalahan dari berbagai sudut yang tepat, mampu berpikir secara obyektif rasional dan mampu meletakkan setiap permasalahan bangsa secara proposional.
            Untuk menjadi seorang yang yang bertitel wakil rakyat tentu harus memiliki berbagai persyaratan yang tidak mudah. Kepintaran saja tidak cukup untuk menjadi bekal bagi seorang anggota dewan, sebab bisa jadi karena kepintaran yang tidak dilandasi keimanan yang cukup lantas ia menjadi apa yang disebut dalam bahasa jawa “minteri” orang-orang yang berada di bawahnya.
            Dalam Islam seorang pemimpin harus memiliki ciri-ciri khusus antara lain yang pertama adalah jujur. Dan yang kedua adalah amanah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS An Nisa’ :58 :
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا
 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”.
            Bagi seorang anggota dewan, apa yang menjadi harapan dari rakyat yang memilihnya adalah sebuah amanah yang harus dilaksanakan, sehingga setiap kebijakan yang keluar dari pikirannya harus berpihak kepada kepentingan rakyat yang telah memilihnya, bukan sebaliknya dimana kedudukan yang diraihnya hanya digunakan untuk mencari sebesar-besar kepentingan pribadinya.
            Ciri berikutnya adalah cerdas,  atau fatonah yang juga merupakan salah satu sifat Nabi SAW. Cerdas disini tidak bisa hanya diartikan “pintar” saja sebab pintar saja tidak cukup bagi seorang anggota dewan, tetapi cerdas merupakan gabungan antara “kepintaran” dan “kebijaksanaan”, sehingga setiap gagasan yang cerdas akan mampu mengatasi setiap permasalahan secara proposional.
Jamaah Jumah Rakhimakumullah.
            Demokratis adalah merupakan ciri berikutnya. Disamping itu seorang anggota dewan juga harus mempunyai ciri bertanggung jawab atas apa yang diembannya. Dalam istilah sekarang sering kita dengar kata-kata public accaountability, atau sering disebut juga akuntabilitas publik, dimana seorang harus mampu mempertanggungjawabkan hasil kepemimpinannya pada masyarakat umum. Dalam konsep Islam permintaan pertanggungjawaban tidak hanya dilakukan dalam kehidupan di dunia saja tetapi di akhirat kelak, seorang wakil rakyat juga harus mempertanggungjawabkan perwakilannya di hadapan Allah SWT.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rakhimakumullah.
            Mendasar ciri-ciri diatas, insya Allah berbagai bentuk krisis dan berbagai bentuk persoalan yang dihadapi bangsa ini akan dapat kita atasi. Oleh karenanya, siapapun yang menjadi wakil kita yang duduk sebagai anggota dewan nanti, merupakan  pemimpin masa depan, yang nanti akan kita serahi kemudi kapal bangsa dan negara ini. Semoga siapapun pilihan kita di pemilu kemarin adalah merupakan pilihan terbaik. Sehingga kita tidak menyerahkan kemudi kapal kita kepada nahkoda yang yang keliru, yang tidak mampu membawa kapal kita menuju arah dan tujuan yang benar.  Tetapi sebaliknya malah membawa kapal kita menuju ombak yang lebih besar yang akan menghancurkan kapal kita, sehingga kita akan tenggelam bersamanaya. Bila demikian kejadiannya, maka kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran yang kita idam-idamkan hanyalah akan menjadi mimpi di siang bolong. Marilah kita ingat sebuah sabda Rasulullah : “Apabila sebuah permasalahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.
            Mengakhiri khubah kali ini, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita sekalian. Semoga Pemilu kemarin dapat menghasilkan wakil-wakil kita yang  mampu membawa negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofuur. Amin ya rabbal ‘alamin.