Minggu, 22 Juli 2018

KHUTBAH JUM’AT : BERHALA ZAMAN NOW


KHUTBAH JUM’AT
BERHALA ZAMAN NOW
Ed.  : ANIS PURWANTO

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Di hadapan para sahabatnya yang mulia, Rasulullah SAW tercinta menuturkan dauh nubuwwatnya, sebuah sabda yang kontennya menjangkau saat ini. "Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka."
Para sahabat menyimak penuh khidmat. Lanjut Sang Nabi, "Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Alquran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah-Nya).       

Apakah betul dauh nubuwat itu sudah terjadi pda zaman sekarang ini, wllahu a’lam bishowab. Yang pasti, yang kita rasakan sekarang ini telah terjadi fenomina dan perubahan yang luar biasa terhadap sikap KEBERAGAMAN dan KEBERAGAMAAN kita. Maka apa ini yang disebut zaman now ?.
Bahkan seekarang ini juga, sering disebut juga zaman digital. Dimana kita sudah tidak dapat dipisahkan dengan apa yang bernama androit, gijet, HP. Bahkan dengan perangkat elektronik canggih ini, seakan kita mampu menggenggam dunia, “DUNIA ADA DI GENGGAMAN KITA”. Namun, jika tidak memiliki basis ilmu dan informasi yang benar, maka dapat tersesat oleh terbukanya arus informasi yang hampir tidak ada filter,  terkecuali praktis oleh diri kita sendiri.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Yang menjadi misi kerasulan Muhammad Saw. bukan hanya kerisauannya terhadap ratusan berhala yang tergantung memenuhi pada dinding-dinding ka’bah , akan tetapi telah terjadinya perubahan gaya hidup yang mencolok masyarakat Mekkah pada saat itu. Kemakmuran yang mereka capai dengan menjadikan Mekkah sebagai pusat perdagangan yang ramai selama tahun-tahun terakhir abad ke-6 telah menjadikan mereka kehilangan orientasi dan makna hidup sejati; semangat komunal (kesukuan) dan egalitarianism (persamaaan) yang selama itu menjadi kultur mereka, berganti menjadi pola-pola hidup yang individualistis dan kecenderungan system ekonomi yang kapitalis, mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri di atas kepentingan sukunya, menumpuk harta pribadi, tidak peduli lagi dengan nasib kaum yang miskin dan lemah.
Misi risalah tauhid yang digaungkan Nabi Muhammad Saw kemudian bukan hanya untuk menegaskan akan eksistensi Tuhan Esa sebagai realitas tunggal, akan tetapi yang lebih penting dari itu, Nabi Saw datang sebagai pemberi peringatan dan mengingatkan akan nilai-nilai kepercayaan kuno mereka yang sudah mereka tinggalkan
Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman yang tercantun dalan surat Luqman ayat 25 :
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ‌ۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” , katakanlah “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Berkaca pada problem sosial masarakat Mekkah di atas, maka apa yang terjadi pada masyarakat kita dewasa ini relatif menemukan kesamaannya. Kemajuan tekhnologi dan tren globalisasi telah mewarnai kultur masyarakat modern saat ini,  yang semakin menjauhkan kita dari nilai-nilai sejati dan orientasi hidup yang semakin materialistis. Pola hidup yang hedonis, konsumtif dan pragmatis mewabah bukan hanya pada level masyarakat kelas menengah atas, celakanya menjangkit pula pada level-level masyarakat kelas bawah. Hidup sekarang bagai berpacu dengan nafsu, berburu gengsi, tak peduli mampu atau tidak mampu yang penting bisa mengikuti tren abad ini dan tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Inikah berhala pada zaman now ?.  Berbagai barang-barang skunder yang memenuhi isi rumah kita tak ubahnya seperti berhala-berhala yang menggantung pada dinding-dinding ka’bah pada masa Nabi dulu,   yang semua itu  menjauhkan kita dari nilai-nilai hidup sejati; kesederhanaan, kebersahajaan, hemat dan kepedulian kita terhadap sesama. Sungguh Allah swt menistakan orang-orang yang memperturutkan dan tunduk terhadap hawa nafsunya sebagaimana firman Allah SWT, yang tercantum di dalam Al-Qur’an Surah Al-Furqon ayat 43-44 :
أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً (٤٣) أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَ‌ۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ‌ۖ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلاً (٤٤)
Terangkanlah tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu).
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Maka misi tauhid Nabi akan kembali menemukan relevansinya untuk terus kita dakwahkan. Tauhid yang artinya meng-Esakan Allah seharusnya berimplikasi pada totalitas perbuatan kita yang hanya mencari ridha Allah. Ketika syahadat sudah kita ikrarkan, berarti kita siap menjadi saksi-saksi kebenaran ilahi, dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai. Merealisasikan kehendak ilahi lewat perilaku kita yang diridhai berarti kita dapat menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sebaliknya, ketika perilaku kita jauh dari apa yang Dia kehendaki, berarti kita mengenyampingkan Tuhan dalam kehidupan kita. Dan apabila ini terjadi, berarti syahadat kita hanya merupakan pengakuan tanpa bukti, seperti halnya pengakuan masyarakat arab tempo dulu, mengakui Allah sebagai pencipta tapi tidak mampu menghadirkan Allah dalam perilaku mereka sehari-hari.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba yang mampu menjadi saksi-saksi kebenaran ilahi,  dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



Senin, 16 Juli 2018

KHUTBAH JUM’AT BAHASA JAWA : TUMUJU RIDLANIPUN ALLAH


KHUTBAH JUM’AT BAHASA JAWA :
TUMUJU RIDLANIPUN ALLAH
Dening  : ANIS PURWANTO
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Langkung rumiyin, sumangga kita sami nyaosaken puja puji syukur ing ngarsa dalem Allah SWT, ingkang sampun paring nikmat, rahmat sarta hidayah dhumateng kita sedaya. Sahingga kanthi ijin Allah SWT, kita saget nindakaken ibadah dhumateng Allah SWT. Kita nyuwun dhumaateng Allah SWT mugi-mugi ibadah kita ing siyang punika saget katampi dening Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.
            Shalawat saha salam mugia katur dhumateng Gusti Rasul, Nabi Agung Muhammad SAW, ingkang sampun mbimbing dhumateng sedaya kaum muslimin, tumuju margi ingkang utami. Mugi-mugi kita sedaya pikantuk syafaatipun mbenjang wanten ing yaumul kiyamah, bekja fiddun ya wal akhirah, amin ya rabbal ‘alamin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Wanten ing gesang lan pagesangan kita punika, kita mboten kendel-kendel ambudidaya murih sedaya tindak tanduk kita selaras kaliyan syari’at Islam. Ingkang makaten punika mila sampun dipun tegasaken wanten ing Al-qur’an Surat Al-Baqarah ayat 208 :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِى ٱلسِّلۡمِ ڪَآفَّةً۬ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٲتِ ٱلشَّيۡطَـٰنِ‌ۚ إِنَّهُ ۥ لَڪُمۡ عَدُوٌّ۬ مُّبِينٌ۬
He wong-wong Mukmin, sira kabeh padha mlebua ana sajrone agama islam kanthi sampurna ! lan sira kabeh aja padha manut tingkah lakune syetan. Awit satemene syetan iku mujudake mungsuhira kan cetha”.
            Saking ayat punika kita lajeng saget njabaraken dados amalan-amalan kita, sae ingkang wanten hubunganipun urusan kadonyan, langkung-langkung amalan-amalan keakhiratan.   Awit kalih-kalihipun kedah kita tindakaken kanthi selaras lan seimbang, awit Kanjeng Nabi Muhammad SAW piyambak ugi sampun paring dhawuh makaten :

لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا

فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ

Dudu wong sing paling pethingan ing antarane sira kabeh wong sing ninggalake urusan khirate kanggo kepentingane urusan ndonyane, lan ora ninggalake urusan donyane kanggo kepentingane urusan akhirate, sahingga bisa nyakup loro-lorone, sebab donya iku dalan sing tumuju marang akhirat. Mula saka iku sira kabeh aja dadi beban tumrape manungsa”.
Wanten ing Kitab suci Al-qur’anul Karim, Surat At Taubah  ayat 72 nerangaken janjinipun Allah dhateng tiyang-tiyang mukmin, inggih punuka dhawuh:
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَا وَمَسَـٰكِنَ طَيِّبَةً۬ فِى جَنَّـٰتِ عَدۡنٍ۬‌ۚ وَرِضۡوَٲنٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
Allah wis njanjekake marang wong-wong mukmin lanang lan wadon, yaiku janji dilebokake ana ing suwarga kang ing njerone milimkali-kaline, wong-wong mau langgeng ana sajrone suwarga Aden. Lan keridlan saka Allah iku luwih gedhe. Mangkono iku kabegjan kang agung”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Tiyang-tiyang mukmin ingkang sejatos punika temtu kemawon tansah ambudidaya lan ikhtiar murih gesangipun pikantuk ridlanipun Allah. Mila pancen kasinggihan sanget bilih ridlanipun Allah punika ingkang dados tujuaning gesangipun. Salajengipun manawi kanugrahan saha ridlanipun Allag SWT sampun kaparingaken , gesangipun tartamtu badhe istiqomah. Makaten ingkang dipun ngendikakaken  dening allah wanten ing al-Qur’an Surat Al-Ahqof ayat 13 :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
Satemene wong-wong kang ngucap Pangeraningsun iku Allah, wusana wong-wong mau banjur padha istiqomah, wong-wong mau ora bakal ketaman rasa kuwatir utawa wedi lan wong-wong mau uga ora padha susah”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Pramila minangka kesimpulan atur, sumangga gesang saha pagesangan kita ing ngalam ndonya punika kita tujokaken mligi dhumateng satunggaling tujuan utami, inggih punika anggayuh ridlanipun Allah SWT. Lan supados kita saget kasil tumuju dhumateng ridlanipun allah, sumangga kita sami ningkataken iman lan taqwa kita dhumateng Allah SWT
Wondene tiyang-tiyang ingkang pikantuk ridlanipun punika tiyang imanipun saha taqwanipun tansah tambah-tambah, lan tiyang punika anggadhahi piyandel lan keyakinan bilih ingkang nyekapi piyambakipunmboten wanten sanes kajawi namung Allah, dzat ingkang Maha Wicaksana lan Maha Pelindung.
فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٍ۬ لَّمۡ يَمۡسَسۡہُمۡ سُوٓءٌ۬ وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٲنَ ٱللَّهِ‌ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ
Mula wong-wong mau padha bali kanthi nggawa kanikmatan lan kanugrahan kanga gung saka allah. Dheweke ora ketaman musibah apa-apa, jalaran dheweke iku tansah ngupadi karidlane Allah. Lan Allah iku kagungan kanugrahan kang agung”(QS Ali Imran:174).
            Makaten panegasan Allah SWT, mugi-mugi kita sedaya kagolongaken tiyang-tiyang ingkang kaparingan karidlaan Allah SWT , saget manggih kawilujengan ing ndonya ngantos ing akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Kamis, 12 Juli 2018

BERHALA ZAMAN NOW


BERHALA ZAMAN NOW
Oleh : Anis Purwanto
 (Saudara pendengar Mimbar Agama Islam Rokhimakumullah).

Di hadapan para sahabatnya yang mulia, Rasulullah SAW tercinta menuturkan dauh nubuwwat, sebuah sabda yang kontennya menjangkau peristiwa yang akan datang. "Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka."
Para sahabat menyimak penuh khidmat. Lanjut Sang Nabi, "Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Alquran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah-Nya).       

Apakah betul dauh nubuwat itu sudah terjadi pda zaman sekarang ini, wllahu a’lam bishowab. Yang pasti, yang kita rasakan sekarang ini telah terjadi fenomina dan perubahan yang luar biasa terhadap sikap KEBERAGAMAN dan KEBERAGAMAAN kita. Maka apa yang  terjadi pada zaman yang sering disebut zaman now, bahkan yang sekarang disebut zaman digital, sungguh luar biasa. Semua serba CEPAT, MUDAH dan PRAKTIS.
            Bahkan ramalan para sesepuh : Besuk aka nada zaman dimana “wong sugih dadi buruh nutu “Slep padi” bahkan sekarang ada yang killing “slep killing” ke kampong-kampung. CEPET, MUDAH dan  PRAKTIS. Besuk aka nada zaman dimana  “Wong sugih dadi buruh umbah-umbah / mencuci”. Sekarang maraknaya loundre bahkan sudah sak setlikanya.  CEPAT, MUDAH dan PRAKTIS. Besuk aka nada zaman dimana “Wong sugih dadi buruh mluku “. Dalam bidang pertanian diamana bila dahulu mluku/nggaru  bahkan macul , dengan di tarik kerbau/sapi tetapi sekarang dengan digantikan traktor, CEPAT, MUDAH dan PRAKTIS. Apakah ini juga berhala di zaman Now itu ? wollohu a’lam.
Sekarang ini juga, sering disebut juga zaman digital. Dimana kita sudah tidak dapat dipisahkan dengan apa yang bernama androit, gijet, HP. Bahkan dengan perangkat elektronik canggih ini, seakan kita mampu menggenggam dunia, “DUNIA ADA DI GENGGAMAN KITA”. Namun Gawai / androit, gijet, dan perangkat elektronik yang makin canggih saat ini jika disalahgunakan dapat menjadi berhala zaman now. Makin tersedianya segala hal di dunia maya yang berada dalam genggaman dapat menjadi ancaman serius bagi generasi zaman now dan mendatang. Jika tidak memiliki basis ilmu dan informasi yang benar maka dapat menjadi tersesat oleh terbukanya arus informasi yang hampir tidak ada filter terkecuali praktis oleh diri kita sendiri.
Misalnya :
-          Ada seorang ibu atau ayah  yang ketika di sapa anaknya , tidak ditanggapi dengan baik karena asyik dengan HP/ WA/FB nya, tidak memperdulikan anaknya.
-          Disaat kita sudah terdengar suara adzan maka yang kemudain kita dahukukan aadalah memenuhi panggilan Allah SWT, meski hp kita sedang ada panggilan.
-          Saking asyiknya juga terkadang kita sering tidak dapat menempatkan mana yang lebih penting, disaat rapat, mendengarkan khutbah. Bahkan ketika berada di sekitar Ka’bah pun sempat-sempatnya berselfi ria.
Jika berhala zaman old berupa patung-patung dan semacamnya sangat boleh jadi secara tidak sadar generasi zaman now menempatkan ilmu, teknologi, uang dan kekuasaan sebagai berhala yang dengannya kemudian merasa dapat melakukan apapun dan menjadi sangat risau jika kehilangan dan atau berjauhan dengannya.
Oleh karenanya, yang  menjadi misi kerasulan Muhammad SAW. bukan hanya kerisauannya terhadap ratusan berhala yang tergantung memenuhi pada dinding-dinding ka’bah , akan tetapi telah terjadinya perubahan gaya hidup yang mencolok masyarakat Mekkah pada saat itu. Kemakmuran yang mereka capai dengan menjadikan Mekkah sebagai pusat perdagangan yang ramai selama tahun-tahun terakhir abad ke-6 telah menjadikan mereka kehilangan orientasi dan makna hidup sejati; semangat komunal (kesukuan) dan egalitarianism (persamaaan) yang selama itu menjadi kultur mereka, berganti menjadi pola-pola hidup yang individualistis dan kecenderungan system ekonomi yang kapitalis, mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri di atas kepentingan sukunya, menumpuk harta pribadi, tidak peduli lagi dengan nasib kaum yang miskin dan lemah.

Misi risalah tauhid yang digaungkan Nabi Muhammad Saw kemudian bukan hanya untuk menegaskan akan eksistensi Tuhan Esa sebagai realitas tunggal, akan tetapi yang lebih penting dari itu, Nabi Saw datang sebagai pemberi peringatan dan mengingatkan akan nilai-nilai kepercayaan kuno mereka yang sudah mereka tinggalkan.
Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Sebagaimana Allah berfirman yang tercantun dalan surat Luqman ayat 25 :
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ‌ۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” , katakanlah “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Mereka percaya kepada Allah Tuhan yang Maha tinggi, yang mengatur alam raya, yang memberi mereka segala macam kebutuhan. Persoalannya adalah mereka tidak menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan; dari Allah lah mereka berangkat dan kepada-Nyalah mereka akan dikembalikan. Keridhoan Allah lah yang menjadi barometer segenap tindak tanduk mereka di dunia. Kesadaran semacam ini yang tidak ada pada  mereka. Hingga mereka melampaui batas; kufur nikmat, melakukan berbagai pelanggaran dan penyelewengan, merasa memiliki segalanya, egois dan sombong.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Berkaca pada problem sosial masarakat Mekkah di atas, maka apa yang terjadi pada masyarakat kita dewasa ini relatif menemukan kesamaannya. Kemajuan tekhnologi dan berbagai tren globalisasi telah mewarnai kultur masyarakat modern saat ini,  yang semakin menjauhkan kita dari nilai-nilai sejati kehidupan dan orientasi hidup kita yang semakin materialistis. Pola hidup yang hedonis, konsumtif dan pragmatis mewabah bukan hanya pada level masyarakat kelas menengah atas, celakanya menjangkit pula pada level-level masyarakat kelas bawah. Hidup sekarang bagai berpacu dengan nafsu, berburu gengsi, tak peduli mampu atau tidak mampu yang penting bisa mengikuti tren abad ini dan tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Inikah berhala pada abad modern itu? Berbagai barang-barang skunder yang memenuhi isi rumah kita tak ubahnya seperti berhala-berhala yang menggantung pada dinding-dinding ka’bah pada masa Nabi dulu- yang semua itu  menjauhkan kita dari nilai-nilai hidup sejati; kesederhanaan, kebersahajaan, hemat dan kepedulian kita terhadap sesama. Sungguh Allah swt menistakan orang-orang yang memperturutkan dan tunduk terhadap hawa nafsunya sebagaimana firman Allah SWT, yang tercantum di dalam Al-Qur’an Surah Al-Furqon ayat 43-44 :

أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً (٤٣) أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَ‌ۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ‌ۖ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلاً (٤٤)

Terangkanlah tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu).
.
Maka misi tauhid Nabi akan kembali menemukan relevansinya untuk terus kita dakwahkan, untuk kita suluhkan. Tauhid yang artinya meng-Esakan Allah harusnya berimplikasi pada totalitas perbuatan kita yang hanya mencari ridha Allah. Ketika syahadat sudah kita ikrarkan, berarti kita siap menjadi saksi-saksi kebenaran sejati ilahi dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai. Merealisasikan kehendak ilahi lewat perilaku kita yang diridhai berarti kita dapat menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sebaliknya, ketika perilaku kita jauh dari apa yang Dia kehendaki, berarti kita mengenyampingkan Tuhan dalam kehidupan kita. Dan apabila ini terjadi, berarti syahadat kita hanya merupakan pengakuan tanpa bukti, seperti halnya pengakuan masyarakat arab tempo dulu, mengakui Allah sebagai pencipta tapi tidak mampu menghadirkan Allah dalam perilaku mereka sehari-hari.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba yang mampu menjadi saksi-saksi kebenaran sejati ilahi,  dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.