Selasa, 19 Juni 2012

UNDANGAN ALLAH SWT


KHOTBAH JUM’AH
UNDANGAN ALLAH SWT
Oleh : Anis Purwanto

Jamaah Jum’at Rohimakumullah.
            Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita selaku insan yang beriman senantisa memuji Allah, mengucapkan syukur dan selalu taat kepadaNya. Karena sampai detik ini alhamdulillah kita masih dalam naungan Allah. Kita masih tetap dalam keadaan iman dan Islam.
            Kedua kalinya, sebagai rasa cinta kita kepada Rasulullah Muhammad SAW senantiasa kita mengucapkan sholawat  dan salam kepada beliau. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat kelak. Amin.

Jamaah Jum’at Rohimakumullah.
            Inya Allah, minggu akhir bulan Juli ini kita sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana kita diwajibkan untuk melaksanakan ibadah. Oleh karena itu sudah sepantasnya apabila umat Islam selalu merasa gembira setiap datangnya bulan Ramadhan. Sebab bulan Ramadhan dipandang sebuah bulan yang sangat istimewa, karena satu bulan dimana Allah menebarkan semua kebaikan dimuka bumi. Perasaan ini selalu “deg-degan” laksana seorang gadis yang menanti datangnya seorang kekasih yang bertandang “apel” di malam minggu. Di dalam hati sanubari bergejolak, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Rasa gugup, cemas, senang, penuh dengan pengharapan, tetapi juga terselip rasa cemas yang tidak terhingga. Demikian halnya kehadiran  bulan Ramadhan, perasaan yang sangat manusiawi  itu merupakan pertanda dimana umat Islam sangat mengharap akan menjadikan Ramadhan sebagai tonggak sejarah pembaharuan iman dan taqwa kepada Allah. Ramadhan sebagai undangan Allah bagi seluruh umat manusia yang beriman kepada Allah SWT.  Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 185 : 
  
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌

”Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir dinegeri tempat tinggalnya dibulan ini, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.

Sedang tujuan disyariatkan puasa bagi umat Islam yaitu untuk  meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur”an dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 :

ٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai orang-orang yang beriman , diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Jamaah Jum’at Rohimakumullah.                                                                                                    

            Undangan Allah SWT untuk orang yang beriman tentu mengandung maksud bahwa Allah SWT sangat cinta kepada umat-Nya. Oleh karena itu undangan yang mengandung pengharapan umat agar mendapat rahmat dan ampunan Allah SWT, menjadi momentum yang sangat penting dalam proses pencapaian kualitas manusia: “Barang siapa berpuasa Ramadhan yang didasarkan iman dan mengharap rahmat Allah, akan diampuni segala dosanya yang telah lalu”.
Pengampunan akan dosa sampai batas yang tidak terhingga (yang telah lalu) , membuktikan bahwa Allah SWT benar-benar mempunyai perhatian dan kasih sayang kepada Allah SWT. Paling tidak dapat dipergunakan sebagai pembuktian adanya pengorbanan yang tulus dari hamba kepada sang kholik.
            Bulan Ramadhan oleh umat Islam sering difahami mempunyai tingkatan mulai dari ‘rahmat’ tengahnya ‘maqhfirah’ dan akhirnya ‘itqun mina-n-naar’. Pemahaman yang demikian itu meski mengandung maksud, hikmah dan perhatian yang sangat penting. Sebagaimana orang yang baru menaiki tangga, kita mesti menapak anak tangga yang paling bawah  terlebih dahulu, kemudian seterusnya sampai akhirnya pada tataran yang tertinggi. Akan tetapi esensi terpenting dari disyariatkan puasa adalah tercapainya kualitas ketaqwaaan kepada Allah SWT.

Jamaah Jum’at Rohimakumullah

            Undangan resmi Allah kepada semua orang yang beriman, bertujuan merajut komonikasi yang  yang sangat erat dengan Allah SWT. Oleh karena sangat merugi bagi umat manusia yang mengaku beriman kepada Allah SWT tidak memanfaatkan kesempatan luas, yang hanya terjadi satu kali dalam satu tahun itu. Sudah siapkah kita menerima kehadiran tamu ‘Ramadhan’ ?. Apakah kita sudah menyiapkan ‘uba rampe’ untuk menyambut dan ‘mangayubagya’ pertemuan kita dengan syahrun mubaarak, bulan yang diberkahi. Menyiapkan fisik yang sehat agar ringan didalam melaksanakan tugas ilaiah. Mempunyai semangat yang tinggi didalam melaksanakan semua amaliyah Ramadhan , termasuk menyiapkan jiwa dan mental agar kuat menghadapi godaan.
           
            Apabila dapat kita ibaratkan, kita akan kedatangan seorang tamu “agung”, seorang tokoh yang kita anggap sebagai panutan atau pimpinan yang berlefel pejabat tinggi ,tentunya kita akan merasa senang dan mendapat kehormatan yang sangat tinggi. Semua akan kita siapkan untuk menyambut dan menjamu tamu kita itu ‘saguh, gupuh, lungguh dan suguh’. Tak terkecuali semua kerabat kita ajak agar dapat menyaksikan tamu itu. Paling tidak kita akan merasakan enaknya oleh-oleh yang dibawa sang tamu. Demikian juga Ramadhan, kita sambut, kita nikmati hasil dari keihklasan kita dalam menjalankan ibadah puasa. Apalagi yang namanya bulan Ramadhan bagi umat Islam adalah bulan yang sangat istimewa. Bulan Ramadhan ditempatkan sebagai peristiwa yang sangat ‘pethingan’, sebab didalamnya membawa bermacam-macam kebaikan dari Allah SWT, dunia dan akhirat. Bulan Ramadhan laksana jembatan bahkan jalan tol yang mempermudah proses “kemesraan” antara umat yang beriman dengan Allah. Selain itu Ramadhan menjadi ‘terop agung’ dan gapura   masuknya orang mukmin ke surga. Karena kedekatan kita dengan Allah terjalin sangat mesra, apapun yang kita minta akan dipertimbangkan oleh Allah. Malah syetan dan jin yang diidentikkan dengan godaan menjadi tak berkutik, “ Apabila malam pada Bulan Ramadhan, syetan-syetan dan jin yang durhaka dan sangat engkar itu dibelenggu. Pintu neraka ditutup rapat, tak satupun yang terbuka. Dan pintu-pintu surga semua dibuka, tak satupun yang ditutup” (HR.Tirmidzi).

Jamaah Jum’at Rohimakumullah
            Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, Ramadhan tahun bagi kaum mislimin masih dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Dari segi ekonomi sudah menjadi kepastian umum, setiap akan memasuki bulan Ramadhan pasti ada kenaikan harga kebutuhan pokok. Hal ini sedikit banyak akan sangat mengganggu konsentrasi umat Islam didalam melaksanakan ibadah. Mestinya disaat kita melaksaksanakan puasa, perhatian kita terfokus dengan “berfastabikhul qoairat”, memperbanyak amalan-amalan Ramadhan, tidak dipusingkan dengan hal-hal yang akan menjadi sumber fitnah, yang justru dapat mengurangi nilai ibadah puasa.
            Disisi amar makruf nahi mungkar, kita masih belum mendapat dukungan dari berbagai pihak. Restoran dan warung makan tetap bukak di Bulan Ramadhan. Tempat-tempat ‘maksiat’ masih semarak, tidak “thedheng aling-aling” dengan apa yang diharapkan oleh umat Islam, ibarat anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, Ramadhan datang maksiat jalan terus. Sehingga wajar saja bila sebagian teman-teman kita, dari ormas-ormas keagamaan misalnya ada yang ngamuk ‘ngamuk’, turun tangan membersihkan sarang maksiat, misalnya di pusat pelacuran, klap malam, perjudian, sarang

mabuk-mabukan dan pesta narkoba. Kegarangan organisasi-organisasi Islam tersebut bukan tanpa alasan atau bukan karena sok suci dengan mereka yang masih senang berbuat maksiat, akan tetapi mengharap suasana Ramadhan ini benar-benar menjadi suasana yang damai, penuh dengan kasih sayang, bukankah kita terkenal dengan bangsa yang religius.  Selain itu kita tidak mengharapkan adanya cap, yang menganggap umat Islam Indonesia ini umat yang terlihat “fasek”, puasa ya maksiat jalan terus. Padahal kemaksiatan itu dilakukan hanya sebagian dari jutaan umat Islam yang mayoritas penduduk Indonesia.

            Makanya sangat rugi apabila momentum ibadah di Bulan Ramadhan , yang merupakan undangan Allah ini tidak mendapat jawaban positip dan dukungan semua lapisan masyarakat di Indonesia. Mestinya dalam setiap detiknya kesempatan ini bisa kita manfaatkan untuk kebaikan, meningkatkan jumlah amal shaleh dan mohon terampuninya segala dosa.

Jamaah Jum’at Rohimakumullah
Demikian khotbah yang dapat saya sampaikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan hidayahnya kepada kita sekalian, sehingga kita betul-betul menjadi seorang mukmin yang mau berupaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, taqwa yang membawa kita bahagia di dunia dan di akherat. Amin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar