Sabtu, 03 November 2012

EFEKTIVITAS METHODE DAKWAH


EFEKTIVITAS METHODE DAKWAH
Oleh : Anis Purwanto

            Methode dakwah Islam memang sangat wajar apabila dipersoalkan. Mengapa ? Karena, banyak kasus dan dari banyak fakta dakwah, kita melihat tanda-tanda betapa “maslahatul ummat” (jamaah) tidak merupakan suatu yang obyektif atau dengan kata lain belum mampu diwujudkan oleh gerakan dakwah (da’i).
            Ungkapan diatas merupakan salah satu problematika dakwah dari sisi pelaksana dakwah (da’i), dimana sebagian aktivitas dakwah belum mampu menterjemahkan persoalan yang dihadapai umat secara rinci,  untuk kemudian dicari jalan keluarnya dalam dalam kontek dakwah (Islam). Ungkapan itu tidak bermaksud mencemoohkan para da’I. Sebab betapaun rendahnya kualitas seorang da’I, umumnya umat Islam (obyek dakwah) menyadari bahwa ia (da’i) tetap merupakan figure sentral dari gerakan dakwah. Da’I merupakan “agent of change”, juga sebagai leader atau pemimpin bahkan “sayyidul qaum”. Da’I merupakan unsure yang dominan dalam usaha pelaksanaan dakwah, bahkan lebih dari itu ia merupakan pemegang kunci yang terpenting terhadap sukses atau tidaknya pelaksanaan dakwah. Sedang gerakan dakwah Islam, adalah gerakan yang dapat merubah segala bentuk kehidupan jahiliyah (kendatipun di abad modern), baik dalam persoalan adat, gagasan, system social, perundangan serta masih banyak lagi masalah-masalah umatiyah.
            Melihat persoalan umat yang semakin komplek tadi, dakwah sebagai tindakan yang direncanakan amat dirasakan betapa pentingnya menggali kembali system dakwah yang selama ini telah dipedomani oleh aktivis dakwah. Sebab pesatnya perubahan social dewasa ini, disatu fihak telah membawa efek positif bagi kehidupan keagamaan dan dilain fihak berekses negatif bagi eksistensi dakwah Islam. Ketika arus perubahan social ini berjalan tanpa keseimbangan, antara aspek material dan aspekspiritual, maka justru etos dakwah Islam semakin melembek, yang akibatnya dakwah Islam yang seharusnya menjadi penyangga tata kehidupan Islam menjadi kabur eksistensinya.
            Sistem dakwah yang sering terabaikan dalam proses pelaksanaan dakwah adalah segi method, sehingga gerakan dakwah Islam dalam arti luas berjalan kurang metodologis. Bahkan penelitihan tentang dakwah dari aspek method ini (khususnya para da’i) masih sangat langka. Hal ini mengakibatkan gerakan dakwah kurang mencapai sasaran.
            Dalam setiap usaha pelaksanaan dakwah diperlukan tata method dakwah yang baik dan efektif, dengan segala kebijakan dan sesuai dengan kemampuan penerima dakwah. Sebab, method merupakan unsur yang paling dominan terhadap keberhasilan kegiatan dakwah. Fungsi method dakwah merupakan alat untuk mempermudah pencapaian tujuan. Sehingga methode yang akan memimpin dan menunjukkan arah gerak laju dakwah dari awal hingga akhir pencapaian tersebut. Bahkan, method yang kurang tepat walaupun sarana penunjang lainnya baik, akan membawa hasil yang kurang mencapai sasaran. Untuk menentukan cara yang tepat tergantung pada perencanaan yang dibuat, yaitu rencana untuk menghasilkan method yang efektif. Hal ini berarti mempertimbangkan keadaan, waktu dan tempat obyek dakwah.
Restrukturisasi Methode.
            Bila sang da’I menyadari betapa pentingnya peranan method dalam proses pelaksanaan dakwah, maka persoalan dakwah akan menjadi jelas jalan pemecahannya. Akan tetapi realita dakwah Islam dewasa ini, khususnya dikalangan masyarakat pedesaan mulai ditandai oleh ketidaksadaran para da’I didalam pelaksanaan gerakan dakwah secara metodologis, terutama didalam menentukan benang merah ditengah kewajiban mereka. Lantaran, surat Ali Imran ayat 110, menegaskan “Kamu adalah umat yang paling baik, yang dilahirkan bagi manusia. Kamu menyuruh melakukan yang benar dan melarang yang mungkar, dan kamu beriman kep[ada Allah”, maka sudah sewajarnya jika umat yang dimaksud didalam ayat tersebut (da’i) mulai mempersoalkan dakwah Islam. Mempersoalkan dalam hal ini, bukan mempersoalkan ajaran Islam, akan tetapi melakukan restrukturisasi atas method-methode dakwah yang dipergunakan, disamping beberapa factor lain yang mempengaruhi kesuksesannya, dengan pemahaman yang mendalam terhadap kata “hikmah” didalam surat An Nahl ayat 125, yang memberikan pedoman bagaimana cara pelaksanaan dakwah yang dikehendaki oleh Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. Sebab, petunjuk inipun masih sangat global dan masih perlu dijabarkan serta disesuaikan dengan keadaan obyek dakwah sekarang ini.
            Dalam kontek itulah maka hubungan yang serasi antara subyek dakwah dengan obyek dakwah memang sangat mutlak demi terwujudnya tujuan dakwah yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa subyek dakwah (da’I) dituntut untuk benar-benar menguasai methode dakwah, apalagi dengan pesatnya arus informasi serta peralatannya yang serba canggih, sudah saatnya segera memanfaatkannya, dan sudah selayaknya apabila kemudian timbul persoalan baru didalam persesuaiannya dengan methode dakwah. Sebab memang pada dasarnya method dakwah selalu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
            Oleh karena itu selain kemampuan da’I untuk memanfaatkan alat modern secara effisien, suatu hal yang perlu diperhatikanjuga didalam penggunaan alat komonikasi massa dalam aktivitas dakwah adalah penyesuaiannya dengan situasi dan kondisi maupun obyek dakwah itu sendiri. Sebab, tidak semua media dakwah ada dan dapat dipergunakan pada semua golongan masyarakat, terutama dalam masyarakat pedesaan.
Efektivitas Methode.
            Semakin kompleknya persoalan yang dihadapi oleh para da’I didalam pelaksanaan dakwah, justru akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Sebab dengan begitu, da’I berusaha memotivasi diri dengan banyak melihat, mendengar dan membaca teori-teori yang berkaitan dengan masalah dakwah. Justru yang sangat dirasakan perlu mendapat perhatian bersama adalah bagaimana meretas method dakwah yang benar-benar efektif. Sedang dalam kenyataan di lapangan, dakwah banyak diwarnai oleh kaifiyah bil-lisan, sehingga hubungan antara da’I dengan obyek dakwah kurang terjadi umpan balik, yang pada gilirannya pelaksanaan dakwah hanya bersifat formalitas. Dan tujuan utama dakwah yang menjadi titik tuju menjadi terkaburkan, kurang sistematis dan keberhasilan dakwah hanya diukur oleh banyaknya pengunjung ataupun adanya gelaktawa para pengunjung.
            Kalaupun begitu adanya, bagaimana kaifiyah bil-lisan dengan segala kebaikan dan kelemahannya ini menjadi penghantar kearah tujuan yang dikehendaki. Maka salah satu jalan yang dianggap sangat perlu adalah meneliti kembali efektivitas method tersebut untuk diterapkaan dalam kondisi dakwah sekarang ini, agar ajaran Islam dapat difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh obyek dakwah. Efektif berarti adanya efek, akibat atau pengaruh dan kesannya, yaitu terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan.
            Secara umum ukuran efektif suatu method memang masih perlu diperbincangkan kembali, sebab para da’I mempunyai kecenderungan dan anggapan tersendiri didalam pemilihan dan penggunaan method dakwah yang efektif. Akan tetapi method yang efektif paing sedikit harus memenuhi lima unsur pokok, pertama; method tersebut (dakwah) harus dibawakan dengan cara yang menarik, baik bil-lisan ataupun bil-hal. Sebab, sesuatu yang disampaikan dengan cara yang menarik mendorong obyek untuk segeraingin tahu. Kedua; harus dapat difahami dengan mudah oleh obyek dakwah secara menyeluruh. Ketiga; materi dakwah yang disampaikan harus disesuaikan dengan keadaan atau keinginan obyek. Terhadap sesuatu yang diingini seseorang iasanya akan berusaha sekuat perhatian untuk merealisasikan, seperti halnya pelaksanaan dakwah yang disampaian dengan memperhatikan apa yang menjadi keinginan atau kebutuhan obyek akan membawa dampak yang sangat diharapkan, baik dari segi perhatian maupun adanya bekasan. Sehingga untuk yang keempat ini menyangkut bekasan atau kesan yang mendalam dihati sanubari para obyek dakwah, yang akhirnya (lima); dapat dilaksanakan oleh obyek dakwah. Sehingga efektivitas methode dakwah menjadi tumpuan terhadap keberhasilan tujuan dakwah, yang hal ini berarti dakwah telah mempergunakan prinsip “mencapai sasaran yang dikehendaki (kwalita maupun kwantita) dengan usaha atau perbuatan (biaya, tenaga dan waktu) yang minimal.
            Tumpuan pokok dalam masalah ini akan kembali kepada para da’I sebagai penggerak utama dakwah, mengingat sudah sedemikian kompleknya kehidupan manusia, menuntut para da’I agar pandai-pandai memasang “stratyegi dakwah”, terutama didalam mimikirkan dan penggunaan method dakwah. Karena hakekatnya method dakwah adalah suatu pelayanan, suatu jalan atau alat untuk mencapai tujuan. Sejauhmana pemahaman para da’I terhadap realita masyarakat yang dihadapi (baik di kota atau di pedesaan), dan penguasaan dalam penggunaan method secara luas menarik untuk segera ditinjau kembali. Sebab apa, tidak sedikit para da’I yang sangat fanatic terhadap satu method yang disenangi dan kurang memperhatikan prinsip efektivitas, bahkan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan method dakwah dapat menjadi batu sanding gagalnya gerak aktivitas dakwah itu sendiri. Wallau a’lam.

1 komentar:

  1. syukran atas masukanny mengenai artikel efektifitas dakwah..... boleh share beberapa judul buku yg berhubungan?

    BalasHapus