Selasa, 27 November 2012

DAKWAH ISLAM DALAM MASYARAKAT KOTA


DAKWAH ISLAM DALAM MASYARAKAT KOTA
(Suatu Tinjauan Pola Interaksi Antar Jama’ah)
Oleh : Anis Purwanto

Masyarakat sebagai lingkungan atau sebagai sasaran dakwah senantiasa mengalami dinamika perubahan pola interaksi yang menuju pada arah tertentu, yang dapat menimbulkan dampak social maupun fisik. Tata masyarakat yang mapan mengalami perubahan. Semua dasar eksistensi kemasyarakatan terganggu. Bahkan perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh, mencakup semua aspek kehidupan, termasuk system kelembagaan Negara, lembaga social, keluarga. Akhirnya mempengaruhi akar kepribadian sebagai dasar system eksistensi diri paling fundamental.
Proses transpormasi social budaya yang terus menerus dalam masyarakat kita ini sering membawa dampak negative, baik dalam sisi psikologis maupun sosiologis. Kecenderungan masyarakat perkotaan yang hidup ‘nafsi-nafsi’, menjadi trend dan cap yang hampir pasti. Dampak yang lebih jauh, manusia merasa seperti kehilangan kasih saying saudara, hubungankeakraban pribadi sudah hilang di tengah-tengah kebisingan deru kenadaraan dan mesin-mesin pabrik, serta polusi udara yang menyesakkan dada.
Untuk mewujudkan benang merah Islam, maka esensi dakwah Islam dalam system sosio cultural adalah memberikan arah perubahan. Merubah struktur masyarakat dan budaya dari kedhaliman kearah keadilan, kebodohan kearah kecerdasan, kemiskinan kea rah kemakmuran, serta perubahan kearah positif lainnya, yang kesemuanya dalam kerangka meningkatkan derajat manusia, kearah puncak kemanusiaan (taqwa).
Pada dasarnya manusia selalu ingin berinteraksi antar manusia, antara satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Interaksi berarti pula proses komonikasi, yang didalamnya akan terbentuk pola-pola interaksi antar anggota kelompok. Dalam kaitannya dengan masyarakat perkotaan yang menonjolkan individualism, materialism dan berpangkal pada wawasan rasional-empirik. Maka komonikasi yang efektif adalah komonikasi yang berbentuk ‘bintang lingkarang’ yang menggambarkan tidak adanya orang pusat, tetapi tiap anggota masyarakat dengan bebas dan langsung dapat saling berkomonikasi. Sebab dengan interaksi lansung antar anggota masyarakat secara bebas, dimungkinkan dapat terpupuk rasa solidaritas dan sebagai langkah terapi dari penyakit individualism.
Karakteristik pokok dari proses perubahan yang terus menerus di Negara kita ini, membawa implikasi dan dampak yang sangat luas. Stu sisi arus perubahan demikian cepatnya, di sisi lain pelaku serta obyek perubahan belum siap. Sehingga disana-sini terjadi kesenjangan yang terus melebar, baik yang bersifat idiologis sampai kepada hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang akibatnya sebagai kelompok masyarakat tidak mampu berkomonikasi dalam system interaksi social. Sehingga mereka terpinggirkan dan seakan menjadi masyarakat asing di kotanya. Sebab ikatan social tradisional digantikan peranannya oleh hubungan-hubungan yang didasarkan kepada rasional, empiric, legal dan kontraktual.
Agar Islam sebagai konsep hidup universal yang dating dari Allah SWT, harus direalisir pada dataran kenyataan hidup bermasyarakat. Dalam proses aktualisasi ajarannya, dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks, menyangkut aspek kehidupan manusia (sasaran dakwah). Dinamika masyarakat yang selalu berubah tersebut, menurut kreativitas para pelaku dakwah, sehingga kedinamisan ajaran Islam dapat terwujud.
Dalam masyarakat perkotaan, dimana faham individualis yang materialism lebih dominan disbanding pola social tradisional, sehingga membelenggu kehidupan masyarakat tanpa memperhatikan akidah yang seharusnya dimiliki dan tertanam kuat dalam hati setiap individu, makin mempertinggi jurang pemisah antara kelompok kaya dan miskin. Hal ini tidak dapat dipungkiri, sebab system kapitalisme memang menanamkan faham demikian. Dan disadari atau tidak, masyarakat Islam akan juga terpengaruh atau terbawa arus pada kehidupan masyarakat tersebut ‘perlahan tapi pasti’. Oleh karenanya Islam dating dengan seperangkat konsep keselarasan/keseimbangan. Manusia sebagai kalifah Allah di bumi mendapat tugas mengolah potensi alam dengan akal dan pikirannya untuk kesejahteraan hidup. Keseimbangan yang diharapkan adalah tidak mengesampingkan kebutuhan uhrowi, disamping mengembangkan akal budi.
Konsekuensi logis yang dipikul manusia selama berkiprah sebagai khalifah Allah di muka bumi, dituntut adanya pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Tiap-tiap individu bertanggung jawab  atas hasil kerja yang dilakukannya. Kaitannya dengan masyarakat Islam menghendaki keutuhan kelompok. Dengan demikian maka setiap warga masyarakat wajib menjaga dan melestarikan hubungan natar sesame anggota masyarakat.
Khususnya dalam masyarakat perkotaan, dimana tiap individu kurang memperhatikan hubungan kelompok dan lebih memikirkan hubungan yang saling menguntungkan. Maka para pelaku dakwah perlu mengadakan perombakan dan pemurnian akidah secara total, dengan menemukan suatu bentuk interaksi antar jamaah yang tepat, didalam mempertahankan akidah, moralitas serta ukhuwah Islamiyah didalam masyarakat kota.
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi yang efektif dapat digunakan disini adalah komonikasi yang memberikan kebebasan hubungan dan kontak langsung antar sesame jamaah, dengan sendirinya akan tercermin keutuhan kelompok masyarakat yang Islami. Hasil yang dapat dirasakan lebih jauh, Islam dapat memberikan rasa aman dalam pribadi masyarakat. Hal ini juga merupakan realisasi iman yang telah meresap pada diri pribadi. Dengan demikian perintah Allah kepada manusia sebagai mahkluk social untuk selalu menciptakan hubungan kekeluargaan pada setiap strata kehidupan tetap terjaga. Di lain pihak tanggung jawab moral dan ikatan social jamaah utuh. Hal tersebut dapat diwujudkan, misalnya ditengah-tengah kesibukan individu dapat dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk mendalami Islam, kelompok yasinan, kajian tasawuf, memperbanyak dzikir dan berdoa kepada Allah SWT, merenungkan kembali fitrah manusia, barang kali lebih efektif disbanding dengan mengadakan seminar tentang Islam dengan biaya yang sangat mahal, tapi hasilnya hanya ditumpuk di meja kerjanya.
Inilah sekelumit dakwah Islam dalam masyarakat kota, yang ditinjau dari pola interaksi antar jamaah, dengan jalan perlu diciptakannya bentuk interaksi yang bebas dan langsung, dimana setiap anggota masyarakat dapat saling mempengaruhi dan saling menguntungkan kea rah perubahan yang lebih positif. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar