Senin, 19 Juni 2017

KHUTBAH JUM’AT : MENGAKHIRI PUASA RAMADHAN



KHUTBAH JUM’AT
 MENGAKHIRI PUASA RAMADHAN
Oleh : Anis Purwanto
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah SWT yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan bernegara.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Perputaran hari ternyata bergerak begitu cepat, bahkan terasa lebih cepat dari pada kilat, hari-hari dimana kita memiliki kesempatan untuk mengisinya dengan ketaatan kepada Allah SWT,. ternyata Ramadhan ini tinggal beberapa hari lagi, insya Allah Ahad depan kita sudah memasuki Idul Fitri 1 syawal 1438 H. Namun kita masih terasa banyak berkubang dengan rutinitas pribadi yang ujungnya hanya berorientasi pada kepentingan duniawiyah. Malah terkadang kita begitu gampang terlena dengan madu-madu kenikmatan duniawi, kita juga mudah lupa bahwa sebenarnya sekarang ini kita berada dalam sebuah perjuangan yang sangat berat, yakni upaya meningkatkan kualitas ibadah guna menggapai predikat muslim sejati. Bahkan jiwa kitapun terkadang masih belum bisa merasakan nikmatnya Ramadhan, belum bisa merasakan kegembiraan Ramadhan. Pertanyaan kita adalah sudahkah dengan Ramadhan ini kita telah mendapat apa yang seperti Allah SWT kehendaki ?
            Untuk itu marilah kita coba merenungi sabda Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan mengharap pahala, maka dosa-dosa sebelumnya akan diampuni” 
            Inilah titik awal yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada kita, beliau telah meletakkan dasar yang paling penting, yang menjadi koidah untuk setiap amalan yang kita lakukan, sebab setiap amalan itu dengan niatnya, dan setiap yang didapati orang muslim sesuai dengan apa yang diniatkan.         
            Bulan Ramadhan dengan segala kebaikan didalamnya alhamdulillah masih bersama kita, meskipun dalam kenyataannya Ramadhan ini terasa begitu cepat berakhir. Karenanya sebelum Ramadhan benar-benar berakhir, keistimewaaan bulan ini mari kita raih dengan penuh kesadaran akan dahsyatnya nilai yang terkandung dalam ibadah puasa. Sebab banyak dari kita yang bertanya, kenapa setelah masuk bulan Ramadhan dan setelah keluarnya dari Ramadhan, kondisi kami biasa-biasa saja, iman kami sama dengan sebelum mengerjakan puasa Ramadhan. Padahal dengan jelas Allah berfirman :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
 Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan, maka tugas seorang mukmin yang paling berat adalah memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah puasa selesai nampaknya kita harus tetap puasa. Sebab tugas memelihara ini justru lebih berat ketimbang melaksanakan perintah puasa itu sendiri. Sebab selama bulan suci Ramadhan, ada banyak faktor pendukung yang sangat menguntungkan, sehingga kita kuat menghadapi godaaan dan ujian iman. Karena seluruh kaum muslimin serentak melaksanakan ibadah puasa, taraweh rame-reme, tadarus bersama, begitu pula lingkungan sekitar kita, ikut menghormati bulan suci Ramadhan, misalnya warung makan tidak semata-mata buka di siang hari, dan lain-lain, bahkan seluruh tayangan TV  sangat sarat dengan muatan dakwah, berbagai paket acara yang bernuansa Ramadhan pun disajikan. Seakan tiada hari tanpa dakwah. Sehingga selama Ramadhan kita merasakan suasana yang sangat Islami, jauh dari aroma mungkarot yang kerap mewarnai kehidupan kita.
            Selama Ramadhan dorongan hawa nafsu kita pasung, irama dzikir selalu mengiringi langkah kita, kemanapun kaki melangkah akan kita temukan nuansa Ramadhan yang sangat semarak, anak-anak bermain riang menanti saat berbuka puasa. Telinga kita tak hentinya selalu diperdengarkan  lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Mulut kita tak hentinya mengagungkan asma Allah, kita sucikan asma Allah. Seakan kita dalam belaian mesra tangan Allah, tidur kitapun  akan nyenyak bersama mimpi akan keindahan dan kenikmatan surgawi.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Sayangnya situasi itu hanya terjadi dibulan Ramadhan, setelah Ramadhan usai, semuanya kembali kepada posisinya masing-masing. Seakan tidak pernah dilalui Ramadhan. Ibadah puasa dan qiyamul lail tidak nampakkan bekasnya. Sehingga benarlah sinyalemen Rasulullah SAW bahwa : “Sesungguhnya kita baru pulang dari perang kecil menuju perang yang lebih sahsyat, yaitu perang melawan hawa nafsu”, menjadi kenyataan.
            Kita memang masih harus puasa lagi setelah puasa usai. Buah nilai puasa yang satu bulan sebetulnya sudah mampu mewarnai corak kehidupan  kita selanjutnya. Dengan catatan puasa yang kita lakukan itu puasa yang “imanan wah tisyaban” dan “ghufirollahu mataqodam min dambih”. Sebab ada bayak model puasa yang juga banyak dilakukan, dimana dia melaksanakan puasa akan tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan haus. Kasihan tentunya orang yang model puasanya seperti ini, laksana orang yang jatuh ketimpa tangga.
            Oleh karenanya, dalam rangka memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam mencapai predikat mukmin sejati, ada baiknya selalu kita sandarkan harapan itu kepada Allah SWT. Kita yakin seyakin-yakinnnya, bahwa puasa kita akan membawa hikmah, buah dari Ramadhan akan kita rasakan, tidak hanya nanti di akhirat, akan tetapi pengaruh yang positif itu bisa kita rasakan di dunia. Irama peribadatan kita seyogyanya juga semakin indah dan mempesona menurut pandangan Allah. Bila hal itu kita laksanakan secara rutin dan berkesinambungan sampai datangan bulan Ramadhan berikutnya, insya Allah buah dari ibadah kita akan memberikan pengaruh yang positip terhadap jiwa dan kepribadian kita sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
            Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga ibadah puasa yang kita lakukan pada tahun ini dapat diterima oleh Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar