Selasa, 22 Januari 2013

KERIDLAAN ALLAH


KERIDLAAN ALLAH
Oleh : Anis Purwanto

            Musailamah, menghadapi sakaratul maut dengan sangat tersiksa, sampai akhirnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW dating kepadanya dan menanyakan barangkali ia pernah berbuat dzalim kepada seseorang, sehingga dosanya belum dimaafkan. Teringatlah Musailamah akan perbuatannya kepada ibundanya. Alkisah, setelah menikah ia tidak lagi memperdulikan ibunya. Hingga oleh Baginda Rasul dipanggillah ibunya. Sang ibu mengakui kalau dirinya kecewa akan sikap dan ahklak anak lelakinya. Dengan memohon ampun, Musalilamah meminta ibunya memaafkannya, tapi ibunya sudah begitu sakit hatinya sehingga ia tidak mengabaikan permohonan putranya. Sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW menyuruh kepaga para sahabat untuk mencari kayu bakar, agar Musailamah dibakar saja. Mendengar perintah Nabi SAW tersebut, hati seorang ibu mana yang tega melihat penderitaan yang akan dialami anaknya, apabila titah Nabi SAW tersebut benar-benar dilaksanakan. Seberat apapun perasaan jengkel, murka sang ibu, karena kedzaliman anaknya, akhirnya ibu Musailamah memaafkan putranya. Diceritakan, setelah Musailamah mendapatkan pengampunan dari sang ibu ia dengan mudah menghadapi sakaratul maut, kembali menghadap ilahi Robbi, Allah SWT.
            Mungkin kita juga masih ingat dengan legenda Malin Kundang, si anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena menghina bahkan tidak mengakui ibu yang telah susah payah melahirkannya. Terlepas apakah ceritera atau legenda Malin Kundang ini benar atau tidak, dua contoh tersebut dapat menjadi pelajaran pada kita, bahwa berbakti kepada orang tua merupakan amal ibadah yang paling tinggi, setelah menyembah Allah. Sebuah Hadist yang diriwayatkan Al Hakim menyebutkan, “Keridlaan Allah tergantung kepada keridlaan kedua orang tua, dan murka Allah-pun terletak pada murka kedua orang tua”. Bahkan sering kita mendengar pepatah, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”.
            Suatu kali seorang yang sukses secara materi bertanya kepada ibunya, “Ibu, berapa yang ibu keluarkan untuk sekolah saya, sampai saya sukses seperti sekarang ini, ditambah dengan biaya uang makan saya selama hidup?’.
            Sang ibu menjawab, “Aku telah mengandungmu selama Sembilan bulan sepuluh hari, maka masa-masa itu aku telah mengalami penderitaan, belum lagi ketika melahirkanmu dimana aku harus mempertaruhkan nyawa, kemudian aku mendidikmu dan menghantarkanmu hingga sukses, dan semua yang aku lakukan itu gratis tanpa mengharapkan imbalan apapun”.
            Dialog diatas hanyalah sebuah ilustrasi, bagaimana besarnya pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Di satu sisi, pengorbanan itu tidak mengenal pamrih apapun. Ketika seorang ibu mengandung dengan keadaan lemah, yang diharapkan dalam setiap nafasnya hanyalah keselamatan anak yang dikandungnya.
            Pun juga, ketika ia melahirkannya. Seseorang ibu tidak memikirkan apapun, selain berdo’a dan berharap calon bayi yang dikandungnya segera lahir dalam keadaan sehat wal afiat. Karena itu, meskipun ia harus mempertaruhkan nyawa dalam proses kelahiran anaknya itu, tetapi begitu terdengar tangisan pertama dari anak yang baru dilahirkannya itu, semua derita dan perasaan perih yang dirasakan seolah sirna berganti kebahagiaan yang tiada tara. Dalam Surat Lukman ayat 14, Allah SWT berfirman :”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”.
            Karena pengorbanan, perderitaan serta kasih sayang tanpa pamrih yang telah diberikannya kepada kita, maka sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai seorang anak untuk berbakti kepada orang tua kita. Bila orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya mendapat bala kesengsaraan hidup, maka orang-orang yang menghormati kedua orang tuanya dan mau membalas budinya, maka Allag akan mengangkat derajatnya. Mereka adalah orang-orang yang mengerti terima kasih dan mau mensyukuri apa yang Allah berikan dan apa yang telah orang tua mereka korbankan. Karena itu, wajar saja jika Allah memuliakan orang-orang seperti itu. Salah satu contoh manusia yang menghormati kedua orang tuanya adalah Aulias bin Amir. Pada suatu hari Rasulullah SAW, memberitahukan kepada dua sahabatnya yakni Abu Bakar dan Umar, jika keduanya bertemu dengan Aulias bin Amir (salah seorang penduduk Yaman) mereka diperintahkan untuk meninta do’a dari Aulias. Kedua sahabat Nabi SAW tersebut heran. Mereka bertanya-tanya, apa yang menyebabkan Aulias memiliki keistimewaan, sehingga mereka disuruh meninta di do’akan olehnya.
            Setelah mereka bertemu orang yang dimaksud Rasulullah SAW, maka tahulah mereka mengapa Aulias mendapat kedudukan istimewa disisi Rasulullah SAW. Ternyata Aulias selalu mengendong ibunya kemanapun ia pergi, masya Allah.
            Karena kedudukan orang tua yang tinggi di mata Islam, maka tak heran jika Rasulullah SAW, mengutamakan umatnya untuk menghormati dan merawat orang tuanya dari pada pergi untuk  berjihad. Padahal jihad dalam Islam merupakan perbuatan yang sangat besar pahalanya.  Al kisah, seseorang dating kepada Rasulullah SAW, dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad di medan laga, Nabi bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih punya orang tua?. Orang itu menjawab “masih”. Lalu Nabi SAW, bersabda, “untuk kepentingan merekalah kamu berjihad”, Nabi SAW melarangnya untuk berperang karena dia lebih diperlukan untuk mengurusi kedua orang tuanya.
            Nabi-nabi Allah mencontohkan bagaimana mereka begitu hormat kepada orang tua, Nabi Yusuf setelah menjadi pembesar, yang pertama dilakukannya adalah menaikkan kedua orang tuanya kesingga sana. Peristiwa itu diabadikan oleh Allah dalam Surat Yusuf ayat 100 : “Dan ia menaikan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf : “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
            Sebagai hamba Allah, tentu kita menyadari bahwa usia manusia sepenuhnya ditentukan Allah. Bagi seorang anak ketika ia memiliki orang tua yang sudah renta bahkan pikun dan lemah, maka ia sedang diberi ujian oleh Allah. Semakin ia tabah dan sabar mengurus orang tuanya, maka semakin besar pahalan yang didapatkannya. Padahal, pengorbanan itu sesungguhnya masih jauh dari mencukupi jika diukur dengan apa yang telah dikorbankan orang tua kita sejak ia mengandung hingga membesarkan kita.
            Anehnya, banyak diantara kita yang mengeluh betapa beratnya merawat orang tuanya. Bahkan tidak jarang mereka tega menitipkan orang tuanya ke panti-panti jompo dengan alas an kesibukan yang luar biasa. Padahal, dirumahnya sendiri ia tidak sedikit yang punya pembantu yang bisa merawatnya. Orang-orang seperti itu lupa bahwa yang paling dirindukan oleh orang tua adalah saat-saat berkumpul dengan anak cucunya. Mareka ingin melihat perkembangan cucu-cucunya, dan meninggal disamping mareka.
            Allah mengingatkan kita dalam Surat Al-Isr’ ayat 23 :”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
            Dari uraian diatas dapat kita menyimpulkan, bahwa keutamaan hormat kepada orang tua adalah : Sama nilainya dengan jihad fisabilillah, jalan untuk mendapatkan surganya Allah dan merupakan perbuatan yang disenangi Allah. Bahkan do’anya sangat makbul dan juga sebagai penebus dosa besar. Kita sebagai orang yang dilahirkan tentunya menjaga akhlakul karimah kita kepada orang tua kita dalam keadaan apapun, sebagai pengejawantahan bakti kita terhadap orang tua yang membesarkannya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar