Selasa, 15 Januari 2013

DAKWAH INOVATIF : BERANI MENCOBA YANG BARU


DAKWAH INOVATIF
BERANI MENCOBA YANG BARU
Oleh : Anis Purwanto

             Zaman modern seperti sekarang ini sungguh  sanagt pesat sekali, baik perkembangan industry apalagi perkembangan di bidang tehnologi komonikasi sungguh demikian canggihnya. Seakan dunia ada didalam genggaman kita, sekat-sekat antar Negara seperti terbuka lebar. Sehingga satu peristiwa atau informasi yang terjadi pada hari ini di satu Negara terjauh sekalipun, hari ini pula dapat kita ketahui. Demikian pula kemajuan-kemajuan di bidang lain, telah dapat mempermudah kegiatan manusia dalam memenuhi hajatnya.
            Kemajuan tersebut sekaligus menjadi tantangan umat Islam, paling tidak mestinya umat Islam bisa memanfaatkan kemajuan ini demi perkembangannya dan menjadikan Islam sebagai wahana untuk rahmatan lil alamin. Meskipun kita sadar bahwa adanya kemajuan di segala bidang sekarang ini di sisi lain membawa dampak yang sangat luas. Sebagian dari kita umat Islam nyatanya belum mampu menerima ini semua, bahkan diantara kita yang terpengaruh begiitu jauh dan bahkan tergila-gita dengan kemajuan tersebut, sehingga banyak yang lupa akan jati diri, kebutuhan rohani terabaikan, meremehkan peranan agama, bahkan meninggalkan sama sekali akan perintah agama, msekipun di bajunya masih ada atribut Islam. Mereka terbuai dengan kenikmatan dan kemudahan yang diperoleh dari adanya kemajuan zaman yang serba indah.
            Keadaan seperti ini terjadi disebabkan oleh karena pertahanan iman yang sangat rapuh. Keimanan yang sangat rapuh ini menjadikan kita sangat mudah tertipu oleh gemerlapnya dunia, sehingga makin lama iman kita menjadi luntur dan terkubur. Maka bila iman kita telah luntur dan terkubur, tentu agama akan tertinggalkan.  Agama hanya dijadikan identitas semata, “Kamu hari ini jmlahnya banyak, akan tetapi kamu bagaikan buih diatas permukaan air, dicabut rasa takut musuhmu terhadapmu, dan menjadikan dalam hatimu al wahn, cinta dunia dan takut mati”. (HR.Ahmad).
            Begitu pula bagi sebagian dari kita ada yang beranggapan bahwa beribadah tidak akan menjadi kaya, tentu sangat merugikan bagi keutuhan iman. Hal itu lama-kelamaan akan mengikis motivasi keagamaan umat Islam, sebab dipandang bahwa agama menjadi tidak penting, tidak ada gunanya bagi hidupnya. Bahkan agama dianggap menjadi penhambat kemajuan, menghambat kegiatan duniawiyahnya, sehingga waktu yang digunakan untuk melaksanakan perintah agama, menjadi terbuang sia-sia. Kecenderungan yang berlebihan terhadap urusan keduniaan menjadikan kita melecehkan agama, seolah-olah agama sudah tidak dibutuhkan lagi, yang menjadikan kita malas berfikir akan hakekat hidup yang sebenarnya. Kita telah diperhamba oleh dunia dan permainannya, “Sesungguhnya hidup dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertqwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”. (QS. Muhammad:36).
            Keadaan seperti ini menjadi tantangan yang sungguh berat bagi pelaksana kegiatan dakwah. Didalam menghadapi perkembangan zaman yang sangat modern ini, seseorang da’I dituntut mempunyai inovasi dalam berdakwah, dengan cara mencoba yang baru didalam kegiatan dakwahnya. Meskipun jalan yang ditempuh terlihat kontroversi, atau mungkin bagi kebanyakan orang kegiatan itu sangat sederhana. Langkah awal menuju dakwah inovatif ini adalah adanya keberanian untuk mau mengambil resiko sekecil apapun. Sebab berbicara masalah dakwah adalah berbicara masalah umat dengan segala problematika kehidupannya, untuk dicarikan solusi pemecahan. Sehingga apa yang ia lakukan merupakan media jihad dan media hijrah menuju kesempurnaan tatanan hidup dalam kehidupan manusia.
            Keberhasilan langkah-langkah dakwah yang kita lakukan juga banyak ditentukan adanya pengalaman pelaksana dakwah. Sebab pengalaman merupakan guru yang sangat bijaksana. Orang yang mempunyai pengalaman banyak, didalam tindakannya banyak pilihan-pilihan. Apabila satu langkah dirasa kurang tepat ia akan mengambil langkah lain yang lebih sesuai. Di sisi lain ia tak segan-segan belajar dari pengalaman orang lain. Dengan demikian ia akan mudah menghadapi perkara-perkara yang ruwet sekalipun. Dengan pengalaman-pengalaman yang dimulai dengan mencoba lalu salah akan timbul penalaran yang luas, matang jiwanya. Sehingga mempunyai sikap yanga rif dan bijaksana. Sebab banyak orang yang hidupnya secara duniawiyah berhasil dimulai dari mencoba perkara-perkara atau usaha baru yang sebelumnya belum dimengerti.
            Mencoba yang baru merupakan tindakan yang banyak mengandung resiko. Namun yang namanya resiko, sebetulnya merupakan hal yang lumrah dalam setiap kegiatan. Da’I dan mubalighpun menghadapi resiko yang sangat berat, ia sering mendapat tantangan dari orang yang senang berbuat kerusakan. Seorang da’i/muballigh sering dicaci, dikritik dan tindakannya selalu dievaluasi orang lain. Kerenanya ia merupakan agent of change dan central figure yang berupaya menempatkan diri sebagai pembaharu moralitas umat, menuju kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat. Maka inovasi dakwah merupakan modal dasar akan keberhasilan dalam kegiatan mengajak. Disisi lain seorang da’i/muballigh harus juga beerani menjadi contoh bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus berani juga memulai dari diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain. Karena jangan sampai kegagalan diri ditulrkan kepada obyek dakwah. Sebab konsep “mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk” sangat relevan sebagai slogan dakwah. Meskipun slogan itu sering diartikan oleh obyek dakwah dengan arti yang bersifat kebendaan (sandal-sepatu).
            Masalahnya adalah mau atau tidak mencoba perkara-perkara yang baru, yang disesuaikan dengan pola pemikiran masyarakat di zaman modern sekarang ini. Sebab apabila kita mengandalkan pada pola-pola konvensional, dikhawatirkan masyarakat merasa jenuh. Sehingga hasil yang akan kita capai tidak akan terlaksana. Di sisi lain menggunakan media canggih, sebagian masyarakat kita belum mampu. Ini justru yang menarik dari ilmu dawah. Ilmu yang sangat kompleks permasalahannya, karena langsung bersinggungan dengan pemenuhan hajat hidup  umat diseluruh alam, yang mencakup dunia akhirat. Meskipun dakwah sangat erat dengan persoalan iman dan taqwa kepada Allah SWT, akan  tetapi karena cakupannya yang sangat luas itu, maka dakwah selalu menarik untuk dibicarakan. Sebagai ilmu terapan, dakwah dibutuhkan adanya tangan-tangan yang inovatif.
            Puncak dari inovasi yang dimaksud adalah seorang da’I dan muballigh harus pandai-pandai memilih materi dan mediayang tepat dalam menghadapi satu obyek dakwah. Sebab bagi masyarakat modern, yang saban hari dihadapkan dengan rutinitas pekerjaan yang sibuk, belum tentu cocok menggunakan media dakwah yang canggih. Sebab ada kalanya mereka menginginkan nuansa baru yang lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, misalnya dengan menggunakan media yasinan dan tahlin, membaca asma’ul khusbna bersama-sama, mungkin lebih efektif dan mengena sasaran. Di lain fihak untuk kalangan masyarakat pedesaan yang tradisionalis, mungkin saja lebih tertaruk dengan cara dan media dakwah yang modern, misalnya dakwah (menerangkan satu persoalan agama) menggunakan laktop, yang dilengkapi dengan keterangan berbentu tulisan gambar-gambar ataupun vedio menarik justru lebih mengena.
            Tetapi meskipun demikian kita harus tetap menggunakan cara yang hikmah, sebab dengan cara yang Allah pilihkan ini insya Allah dakwah akan tetap menarik dan banyak diminati, baik oleh pelaku maupun obyek dakwah. Dengan cara yang hikmah, Islam akan selalu hadir di hati umat. Islam dapat dirasakan akan kebenarannya, serta merasakanmakna yang sesungguhnya atas ajaran yang dikandungnya. Disini kita menemukan ketenangan hakiki. Mereka merasakan bahwa ajaran Islam telah memberikan terapi yang paling mujarab untuk mengatasi berbagai konflik kejiwaan, “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmatbagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’:82). Demikian pula kita merasakan bahwa Islam menjadi sangat penting hadir ditengah-tengah kemajuan industry, bahkan kemajuan yang secanggih apapun tetap sangat dibutuhkan. Wallahu a’lam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar