Selasa, 02 Oktober 2012

IMPLEMENTASI KUTBAH HAJI WADA' NABI SAW DALAM KEGIATAN DA'WAH ISLAMIYAH


IMPLEMENTASI KUTBAH  HAJI WADA’ NABI SAW
DALAM KEGITAN DA’WAH ISLAMIYAH
Oleh : Anis Purwanto

     Wajib kita ingat kembali rekaman peristiwa tanggal 09 dzulhijah 1400 an tahun yang lalu, di saat haji wada’ Nabi Muhammad saw. Berkhutbah di atas punggung unta “ Al-qashwa” di Padang Arofah, di hadapan jama’ah haji pada saat itu. Para ahli tarikh merekam khutbah Nabi pada waktu itu dan menyebutnya sebagai khutbah perpisahan. Sebab setelah peristiwa tersebut Nabi tidak pernah melakukan haji lagi. Al-Qur’an menyebut haji ini sebagai haji akbar, sebab wukufnya jatuh pada hari jum’at. Bahkan ribuan tahun sesudah itu sampai sekarang orang masih menyebut haji yang wukufnya jatuh pada hari jum’at sebagai haji akbar.
     Meskipun menurut kalender hijriyah, pelaksanaan wukuf pada tahun ini tidak jatuh pada hari jum’at yang berarti bukan haji akbar, namun kita sebagai umat Islam, khususnya jama’ah haji menyebutnya ibadah haji yang dilakukan sebagai haji akbar, karena gemuruh dzikir di Arofah tahun inipun tidak berbeda dengan gemuruh dzikir pada waktu Nabi. Bahkan boleh jadi udara sekarang sama panasnya dengan udara pada waktu itu. Arafah ini adalah Arafah yang dulu juga. Namun disamping banyak yang sama, kini menurut kabar ada yang juga berbeda. Dahulu Arafah adalah padang pasir yang gersang, sekarang pepohonan hijau tumbuh di sana-sini bahkan fasilitas ibadah yang lain demi nyamnannya jama’ah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah dapat berbeda di zaman Nabi.
     Akan tetapi di dalam kajian sederhana ini, kita akan kembali mengingat tentang isi khutbah Nabi Muhammad saw, yang kiranya dapat kita aplikasikan dalam kehidupan beragama dan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat saat ini sebagian dari jama’ah haji telah berangkat ke tanah suci (Al-Haram), memenuhi panggilan Allah melaksanakan haji sebagaia pelaksanaan rukun Islam yang ke-5. sebab sebagaimana kita ketauhi bersama disaat menjelang pemberangkatan calon jema’ah haji banyak umat Islam sering terlibat dalam kegiatan “Walimatul Safar”  terlebih khusus yang dilakukan oleh jama’ah haji.
     Mnurut Muslim, Turmudzi, Abu Dawud, dan para ahli sejarah Islam, paling tidak ada tujuh poin penting isi khutbah haji wada’ Nabi Muhammad swa:
Pertama, Nabi mengingatkan kaum muslimin untuk menghormati apa yang sekarang disebut sebagai hak asasi manusia ”Wahai manusia, sesengguhnya darah kamu, dan kehormatan kamu sama sucinya dengan hari ini, bulan ini, dan tempat ini. Nanti ketika kalian berjumpa dengan Tuhan kalian, kalian harus mempertanggung jawabkan amal-amal kalian”
Kedua, Nabi Muhammad saw memperingatkan untuk tidak mempertahankan system ekonomi yang melestarikan penindasan.
Ke-tiga, Nabi saw menyuruh kaum muslimin berhati-hati menjaga agama, karena setan akan selalu menyesatkan orang secara halus, bahkan lewat amal-amal yang kita anggap remeh. ” Sesungguhnya setan sudah putus asa untuk disembah di bumi kamu ini, tetapi ia sangat senang jika kamu mentaatinya dalam amal-amal yang kamu remehkan. Waspadalah untuk agamamu”.
Ke-empat, Nabi saw menegaskan kewajiban semua orang, khususnya laki-laki untuk menghormati hak-hak wanita. “ Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga istri kamu mempunyai hak atas kamu. Wahai para suami, aku wasiatkan kamu berbuat baik terhadap istrimu“. Bahkan lebih lanjut Nabi mengingatkan akan pentingnya kaum muslimin memelihara persaudaraan diantara mereka”. Seseorang muslim adalah saudara dari muslim yang lain. Tidak boleh ia menggunjingkannya, tidak boleh mengkhianatinya dan tidak boleh menyebarkan aibnya:.
Ke- lima, Nabi Muhammad saw menghimbau umat Islam untuk selalu mengiklaskan amal, patuh setia terhadap pemimpin yang benar dan memelihara kesatuan kaum muslimin.
Ke- enam, Nabi saw menegaskan akan kesamaan derajat diantara seluruh umat manusia. Tidak ada kelebihan orang arab dengan orang asing “non Arab”. Derajad orang Islam diukur dari taqwanya.
Ke- tujuh, erat kaitannya dengan yang ke lima di atas, Nabi saw mengingtakan , “ Janganlah kamu kembali menjadi kafir sehingga kamu saling berperang”.
     Menyimak isi khutbah Nabi saw tersebut sampai kinipun masih relefan kita gelorakan dan tetap kita upayakan terus implementasinya melalui berbagai kegiatan keagamaan khususnya penyuluh agama Islam atau lewat kegiatan da’wah Islamiah. Sebab pada kenyataannya poin-poin dari isi khutbah tersebut belum sepenuhnya dapat di laksanakan dan masih terus kita upayakan dalam semua lini kehidupan. Misalnya, dalam kenyataannya  bahwa apa yang kita sebut sebagai penghormatan hak-hak asasi manusia sampai sekarang ini masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Terbukti masih banyaknya Negara-negara yang lemah tertindas dengan Negara-negara yang kuat. Sebagai contoh saudara-saudara kita yang berada di Palistina masih belum lepas dan etrus mendapat intimidasi dan penindasan dari zionis Israil, dan masih banyak lagi  sejenis penindasan, mengalirnya darah, bahkan peristiwa bom bunuh diri dengan dalih penegakan jiha fi sabilillah, yang senyatanya justru mengakibatkan hilangnya hak orang lain, nyawa, harta, dan kehormatan bangsa.
     Dilain pihak system ekonomi kapitalis banyak dianut oleh Negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia. Ketidak berdayaan Negara berkembang di dalam mengejar ketertinggalannya tersebut justru mengorbankan kepentingan umat Islam didalam menegakkan sisten ekonomi umat Islam. Bukankan pemilik modal yang kuat dengan mudah melahap pengusaha kecil. Bukankah para petani tidak dapat menaikkan harga produk mereka untuk mengimbagi kenaikan harga komoditas yanglain. Bukankah kekayaan alam, yang seharusnya diperuntukkan kesejahteraan umat manusia justru dikurupsi oleh segelintir elite tertentu. Sementara potensi ekonomi umat Islam yang dapat memperdayakan si-lemahpun belum sepenuhnya dapat diupayakan denagn optimal, misalnya zakat, infaq, dan shadaqah.
     Dalam bidang iman dan taqwa Rasul Saw sangat mendekritkan kesamaan diantara umat manusia dihadapan Allah SWT. Derajat seseorang disisi Allah diukur dari iman dan taqwanya, bukan golongan Arab atau yang lain, bukan yang kuat atau yang lemah. Bagaimana peran kita dalam mensucikan Agama ?. Benarkah kita sering meremehkan hal-hal tertentu yang sebenarnya dalam jangka lama dapat merusak iman dan takwa kita ?. Menurut Nabi Saw setan tidak akan menyesatkan umat Islam secara langsung. Ia akan menggunakan jembatan-jembatan halus.  Begitu halusnya sehingga umat Islam menganggap enteng bahaya yang dihadapinya.  Mungkinkah yang dimaksud Nabi Saw tersebut adalah penetrasi nilai-nilai sekuler dalam kehidupan umat  karena globalisasi ?. Apabila jawabannya ia, mestinya dalam setiap langkah kegiatan umat Islam, khususnya kita sebagai praktisi dakwah Islamiyah terus mengupayakan akan kokohnya iman dan taqwa sebagai landasan utama umat Islam didalam menatap kehidupan yang serba modern.
     Selanjutnya kita berkepentingan untuk selalu menyuarakan akan pentingnya mengupayakan dan memperhatikan yang lebih tulus pada kepentingan kaum ibu. Bukankah Nabi pernah menegaskan agar kita memuliakan ibu. “ Siapakah yang saya muliakan terlebih dahulu ayahku atau ibuku ?. Jawab Nabi “ibumu” sampai tiga kali, baru ayahmu”. Namun didalam kenyataannya disamping slogan-slogan yang mengagungkan kaum ibu, kita masih saja menemukan peristiwa-peristiwa yang menyakitkan yang berkenaan nasib kaum wanita di Negara kita yang mayoritas penduduknya Islam.
     Angka ibu yang mati ketika melahirkan masih mencemaskan dan terus kita upayakan perbaikan dari berbagai bidang. Rata-rata pendidikan mereka masih jauh dibawah kaum pria. Sehingga upaya dalam rangka mengejar ketertinggalan kaum wanita terhadap kaum pria terus kita upayakan lewat berbagai bidang, lewat pendidikan formal ataupun non formal, misalnya kelompok-kelompok pengajian ibu atau kegiatan yang lainnya. Di lain fihak tekanan ekonomi telah menggiring kaum wanita bekerja diluar, di pabrik-pabrik, bahkan sebagian bekerja sebagai TKI di luar negeri. Sehingga mereka bukan saja mengorbankan kepentingan dan kebahagiaan keluarganya, tetapi juga jiwa dan raga mereka. Terbukti banyak kasus TKI kita di manca Negara mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari majikannya.
     Akhirnya, mengacu kepada bahasan isi khotbah Nabi Saw yang disampaikan di Padang Arafah, kita berharap semoga upaya yang kita lakukan dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang Islami dapat terealisasi. Sekecil apapun peranan kita, implementasi isi khotbah Haji Wada’ Nabi Saw dalam berbagai kegiatan umat Islam wajib kita lakukan. Apalagi mengingat begitu pentingnya pesan-pesan Nabi Saw yang disampaiakan disaat berkumpulnya banyak orang, yang datang dari berbagai penjuru Negara dan kota pada saat itu. Sehingga pesan-pesan tersebut merupakan pesan universal untuk semua umat Islam. Wallahu a’lam.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar