Jumat, 04 Mei 2012

KEJERNIHAN HATI MENGGAPAI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS


KHUTBAH JUM’AT
 KEJERNIHAN HATI MENGGAPAI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Oleh : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Marilah kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang datang dari Allah SWT. Dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, secara konsisten dan konsekuwen. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Mukmin sejati, menurut pandangan Islam adalah mereka yang membenarkan keimanan dengan qalbunya (tasdiqun bil qolb), menyatakan dengan perkataan (taqrir billisani), dan sekaligus merealisasikan keimanannya itu dalam amal nyata (amal bil jawarih). Akan tetapi, Islam sangat menekankan kepada adanya amal nyata, baik dalam bidang amaliyah duniawiyah, terlebih amaliyah keakhiratan. Dan Islam tentunya memberikan penghargaan setinggi-tingginya bagi mereka yang mau melaksanakan.
            Dengan motivasi ajaran Islam mengenai pentingnya amal nyata inilah, maka dalam dimensi kesejahteraan umat Islam, sejak Rasulullah bersama sahabat, telah dikembangkan tradisi amal nyata itu. Salah satu bukti universalitas dan kesempurnaan Islam adalah penekanannya terhadap pengembangan kualitas keimanan dan ketaqwaan, buah dari pengembangan SDM, baik rohani maupun jasmani, agar dapat memenuhi tugas-tugas kekhalifahannya, memimpin dan memakmurkan bumi.                                                       Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 30:
                                          
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. 

Hadirin Jamaah Jum’ah rakhimakumullah.

            Untuk dapat menunaikan tugas kekhalifahan dimaksud, peran qalbu sungguh sangat menentukan. Sebab baik atau buruknya, sistematis atau tidaknya, efektif atau tidaknya tindakan seseorang, sangat ditentukan oleh qalbu manusia itu. Peran qalbu tersebut amat sangat menarik sebagaimana dilukiskan dengan sangat apik oleh Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya :”Sesungguhnya didalam diri manusia itu terdapat segumpal daging sebagai sentral tindakan. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tindakannya, dan apabila ia buruk, maka akan buruklah keseluruhan tindakannya. Itulah qalbu”.
            Demikian pentingnya peran qalbu itu sehingga Allah SWT berulang kali menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang amat tergantung pada kecanggihannya didalam mengelola dan memerankan qalbu itu dalam aktifitas sehari-hari. Allah berfirman, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syams ayat 9-10:


    
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”.
Hadirin Jamaah jum’ah rakhimakumullah.
            Hati merupakan salah satu sumber kekuatan yang terdapat dalam ruhani manusia. Sebab ruh manusia mempunyai dua potensi, yaitu potensi akal yang berpusat di kepala dan potensi ruhaniyah, yang berpusat di akal fikiran dan hati.  Kalau daya piker dipertajam oleh dorongan ayat-ayat kauniyah, yakni ayat mengenai kosmos, yang mengandung perintah agar manusia memikirkan, merenungkan dan meneliti alam, maka daya rasa dipertajam melalui ibadah. Misalnya shalat dapat menumbuhkan pada kerendahan hati, puasa dapat menumbuhkan pada kerendahan diri, zakat dapat menumbuhkan dinamika dan kepedulian sosial, haji lebih kepada taqarrub kepada Tuhan dan lebih kepada sifit tasyakur illallah, dan dzikir lebih kepada kedekatan diri kepada Allah SWT.
            Karenanya, inti sari dari semua ibadah dalam Islam adalah pendekatan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Suci, sebab Yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh ruhaniyah yang suci pula. Sementara ibadah adalah upaya untuk pensucian jiwa. Semakin suci dan bersih jiwa seseorang, semakin dekat ia kepada Allah SWT. Semakin ia dekat kepada Allah SWT, semakin mungkinlah ia memperoleh kesuksesan, memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat.

Hadirin Jamaah Jum’ah rakhimakumullah.

            Upaya pensucian jiwa yang merupakan sentral kedirian manusia akan ber-implikasi langsung bagi produktifitas dan kesuksesan. Implikasi tersebut paling tidak :
Pertama, manusia akan dapat mengendalikan emosi dan rasa egonya.
Kedua, dengan pencerahan jiwa, yang didalamnya dilakukan sejumlah dzikir, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dan kearifan. Ketenangan ini memang diprediksi Al-Qur’an dengan amat mengesankan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Ar Ro’du ayat 28 :
 
“Yaitu orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram denganmengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram”.
Ketiga, pencerahan jiwa akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang, sehingga sangat berhati-hati dalam berbicara dan bertindak. Karena sembarangan berbicara akan mendatangkan fitnah dan berbagai konflik. Sehingga pensucian hati ini akan meningkatkan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Keempat, pensucian hati akan berimplikasi pada peningkatan produktivitas seseorang.
Analisis diatas, setidahnya memberi gambaran bahwa pensucian jiwa merupakan salah satu jalan keluar bagi kegalaoan masyarakat akhir-akhir ini, karena terpaan berbagai ketidakpastian, akibat berbagai krisis yang selama ini melanda kehidupan kita.
Hadirin Jamaah Jum’ah rakhimakumullah.
            Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Sekali lagi marilah kita cerahkan jiwa kita, untuk tetap bersyukur dalam kondisi yang bagaimanapun dan tetap berupaya mempertajam daya rasa kita melalui ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian insya Allah kita akan selamat di dunia dan akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.








2 komentar:

  1. makasih Ustadz, bahannya saya ambil sebagai salah satu referensi untuk khutbah 2 minggu ke depan, kebetulan masjid agung memberi judul yang persis sama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk Gus Iwan Jazadi : ya sama-sama semoga bermanfaat...

      Hapus