Jumat, 25 Mei 2012

MENJAGA AMANAH


MENJAGA AMANAH
Ed : Anis Purwanto

Saudara pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
Marilah kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang datang dari Allah SWT. Sebab dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, secara konsisten dan konsekuwen. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam suasana yang sangat membahagiakan seperti saat ini, saudara, sudah sepantasnya apabila kedamaian hati kita sepenuhnya tertuju kehadirat Allah SWT, sembari bermunajat kepada-Nya, kita manfaatkan acara Mimbar Agama Islam ini sebagai sarana untuk dapat lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Sikap dan prilaku taqwa itu hendaknya kita realisasikan dengan cara yang sadar melakukan segala yang diperintahkan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sekaligus dalam diri kita ada kemauan keras dan iktikat baik untuk meninggalkan segala bentuk larangan Allah SWT, walau dalam bentuk sekecil apapun. Dengan suatu harapan, apa yang kita lakukan ini akan mengantarkan diri kita untuk memperoleh ridlo-Nya kelak, baik ketika hidup di dunia maupun keridloaan kelak, kita di akhirat.
Saudara pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
            Diantara bentuk ketaqwaan seseorang hamba kepada Allah SWT adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah SWT, seperti shalat, membayar zakat, haji dan lain-lain, maupun yang berkaitan dengan kewajiban kepada sesama manusia. Karenanya, perlu kita ketahui bahwa sebenarnya amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, nanti atas pelaksanaan amanah yang kita pikul.                                 Saudara pendengar, perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang dilakukan semudah membalikkan tangan. Oleh karena itu, kajian kita dalam Mimbar Agama Islam kali ini akan kita fokuskan kepada bagaimana menjaga amanah yang sebetulnya. Sebab nyatanya Allah telah menjelaskan tentang betapa beratnya amanah yang dipikulkan kepada kita para manusia. Sebagaimana telah dilangsir oleh Allah dalan Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72 : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir kan mengkhianatinya, dan dipikullah  amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
            Di dalam ayat tersebut kita ketahui, bahwa amanah ini sebenarnya telah ditawarkan kepada alam semesta, kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka semua takut memanggulnya dan enggan menerimanya karena takut dengan azab Allah SWT, karena mereka menyadari betapa beratnya menjalankan amanah tersebut. Sehingga mereka khawatir akan menyelisihi amanah . hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih untuk menerima amanah tersebut.
            Sesungguhnya amanat tersebut adalah beban syariat yang mengcakup hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. Siapa yang menunaikannya, maka dia mendapat pahala dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, maka ia mendapatkan siksa. Berkenaan tentang menjaga amanah ini, terbagi menjadi 3 tipologi manusia :
-       Kelompok pertama adalah orang-orang yang menampakkan dirinya seolah-olah menjalankan amanah. Yaitu dengan menampakkan keimanannya namun sesungguhnya mereka tidak beriman. Mereka itulah yang disebut golongan orang-orang munafik.
-       Kelompok kedua, adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menyelisihi amanah tersebut. Yaitu mereka tidak mau beriman baik secara lahir maupun batin. Mereka adalah golongan  orang-orang kafir dan musyikin.
-       Kelompok ketiga, adalah orang-orang yang menjaga amanah yaitu golongan orang-orang yang beriman baik secara lahir maupun batin.
Dua golongan yakni orang-orang munafik dan musyikin akan diadzab dengan adzab yang sangat pedih. Sedangkan golongn orang-orang yang beriman,  merekalah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan serta rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 73 : “Sehingga Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
            Siapa yang memiliki kesempurnaan sifat amanah, maka ia telah menyempurnakan agamanya, dan siapa yang tidak memilikinya, maka ia telah membuang agamanya. Rasulullah SAW bersabda :


“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menjaga janjinya”. (HR Imam Ahmad).
Saudara pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
            Perlu diingat, bahwa menyia-nyiakan dan tidak menunaikan amanah, memiliki implikasi buruk pada keadaan seseorang dan dapat menjadi sebab kerusakan di masyarakat. Oleh karena itu, marilah bertawakal kepada Allah SWT, untuk menjaga amanah  dan menunaikan hak-hak dan kewajiban sebagai seorang  hamba serta berupaya sekuat kemampuan untuk meninggalkan larangan Allah SWT. “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya”.(QS An Nisa’:58)
            Sedangkan cara untuk menjaga amanah ini, adalah dengan kita senantiasa menginginkan agar orang lain mendapatkan kebaikan sebagaimana kita menginginkan kebaikan itu pada diri kita. Sebab seseorang yang bermuamalah dengan orang lain, mestinys melihat dan bercermin pada dirinya. Misalnya dalam hal jual beli, sewa menyewa, sebagai seorang karyawan,  seorang pegawai dan lain-lain, dia tidak ingin memperlakukan kewajibannya dengan tidak baik, sebagaimana dia tidak ingin perlakuan tersebut menimpa dirinya. Seorang yang menjual barang, misalnya dia harus menjualnya dengan menjaga amanah. Termasuk dari menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seorang pengajar, misalnya ia harus berusaha menjaga amanah yang dipikulnya. Dia harus perusaha untuk  menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ia berupaya menyampaikan ilmu yang bermanfaat dengan cara mudah dipahami oleh anak didiknya.
Saudara pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
            Termasuk menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap orang-orang yang berada dibawah kekuasaan dan pemeliharaannya. Semakin banyak atau semakin luas lingkup kekuasaannya maka semakin besar tanggung jawabnya. Seorang kepala desa tanggung jawabnya lebih besar dari pada seorang kepala dusun, dan seterusnya sampai seorang presiden, sebagai kepala pemerintah dalam suatu Negara, maka tanggung jawabnya adalah meliputi seluruh Negara. Begitu pula seorang suami bertanggung jawab ats keluarganya dan seterusnya.
            Sudah semestinya bagi pemimpin rumah tangga untuk memelihara keluarganya dari hal-hal yang membahayakan mereka, baik urusan dunia apalagi akhiratnya. Terlebih pada saat kerusakan dan kemaksiatan tersebat dimana-mana. Sebagaimana setiap orang tentu akan berusaha menjaga hartanya ketika dia mendengar bahwa pencurian dan semisalnya tengah merajalela. Namun sebetulnya, menjaga keluarga dan anak-anaknya dari kerusakan yang ada disekitarnya semestinya lebih diutamakan dari menjaga harta. Karena melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan munculnya generasi mendatang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi ini. Juga karena setiap orang tua tentunya tidak menginginkan dirinya masuk ke dalam surge sementara anak-anaknya di adzab di api neraka. Oleh karena itu, semestinya kita berusaha menjaga amanah ini, sehingga mudah-mudahan Allah SWT menyelamatkan kita semua dan keluarga kita dari siksa api neraka.
            Sedangkan Muhammad Abduh, membagi tingkatan amanah menjadi tiga yaitu :
1.     Amanah hamba kepada Allah, yaitu menepati janji mereka untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Seorang hamba, yang amanah kepada Sang Khaliq, akan menggunakan hati nurani dan anggota tubuhnya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, baginya, maksiat dan dosa adalah pengkhianatan terhadap Allah SWT.
2.     Amanah hamba kepada sesamanya, yaitu, menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikan kepada yang berhak menerima. Orang yang dititipi barang atau pinjaman wajib menyerahkan kembali kepada pemiliknya dalam keadaan seperti semula. Bahkan pada sat ia diamanati sesuatu rahasia maka wajib menjaga rahasia itu dari kebocoran. Amanah semacam ini juga, menurut Imam A-Razi. Mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat.
3.     Amanah hamba kepada dirinya sendiri. Allah SWT membekali manusia dengan anugerah akal untuk membedakan antara yang hak dan yang batil. Oleh sebab itulah manusia menjadi mahkluk Allah yang paling mulia. Ia tidak boleh memilih sesuatu untuk dirinya, kecuali yang paling bermanfaat menurut agama serta kemanfaatan dunia.
Saudara pendengar, termasuk juga bersifat amanah adalah orang yang menjaga dirinya dari sebab-sebab kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ataupun bencana alam. Kehidupan ini adalah amanah yang Allah titiipkan kepada kita agar kita merawatnya dengan sebaik mungkin. Sebab lalai dalam menyikapi nikmat sama artinya mengkhianati amanah llah SWT. Pengaruh kualitas amanah juga amat penting dalam menegakkan hokum di kancah social. Allah SWT dalam Surat An Nisa’ ayat 58 , memerintahkan hambaNya untuk menunaikan amanah, karena merupakan sumber keadilan dalam menetapkan suatu hukum. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
            Ayat ini mencakup seluruh jenis amanah. Diantara yang terpenting adalah tugas, pekerjaan dan jabatan. Siapa yang menunaikan kewajiban yang Allah bebankan pada tugas dan jabatan tersebutdan merealisasikannya kemaslahatan kaum muslimin, maka ia telah menunaikan amanah dan berbuat kebaikan untuk akhiratnya, dan yang tidak menunaikannya dengan baik serta menyia-nyiakan jabatan dan kedudukan yang diamanahkan kepada kita, apapun bentuknya, maka ia telah mengkhianati amanah dan mendapatkan bencana dan siksaan Allah SWT di akhirat nanti. Oleh karena itu, menjaga dan menyampaikan amanat adalah fitrah manusia. Jika amanah terjaga, manusia tidak perlu menuntut keadilan. Mari kita budayakan sifat amanah dan tegakkan hukum seadil-adilnya dalam setiap sendi kehidupan.
            Demikian juga amanah yang dititipkan orang kepada kita, kita wajib menunaikannya sebagaimana mestinya  dan jangan berkhianat walaupun orang lain mengkhianati kita. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat, kuran dan lebihnya mohon maaf, Sekali lagi, semoga kita diberikan kekuatan lahir dan batin oleh Allah SWT untuk dapat menjaga dan menjalankan amanah yang diberikan kepada kita, dengan sebaik-baiknya, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
Billahit taufiq wal hidayah, wassalamu ‘alaikum wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar