Minggu, 15 April 2012

BILA IMAN BERKURANG


BILA IMAN BERKURANG
Oleh : Anis Purwanto

Iman dapat bertambah dan berkurang, memang nyata. Sebab banyak fakta yang terjadi pada diri kita. Jikalau iman bertambah jelas arahnya kepada kebaikan. Tetapi jika iman berkurang, itu baru masalah. Seorang muslim memang sangat tergantung kepada imannya,  sebab iman merupakan cita-cita terbesar, tujuan yang teragung dan target yang paling utama. Dengan iman itulah seseorang hamba akan mendapatkan ketinggian derajat di dunia dan di akhirat. Bahkan semua kebaikan di dunia dan di akhirat tergantung pada iman yang benar. Dengan iman itulah hati merasa tenteram, jiwa menjadi tenang dan hati merasa ringan. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah sesungguhnya dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenteram”. (QS Ar-Ra’d:28).
Namun dalam saat tertentu iman kita dapat berkurang drastis, bahkan iman seseorang lenyap dari sanubari, hal ini sering tidak disadari, meski mengaku tetap beriman. Salah satu sebab utamanya adalah karena kejahiliyahan tentang agama Allah, kelalaian, berpaling dari ketaqwaan kepada Allah. melakukan kemaksiatan, senang melakukan dosa besar, menuruti hawa nafsu, fasik, tertipu oleh kesenangan dunia dan fitnahnya, dan menjadikan kesenangan dunia sebagai cita-citanya. 
Disaat seseorang melakukan kemaksiatan, sesungguhnya ia sadar akan akibat yang timbul dari apa yang dilakukannya. Malah sangat paham bahwa apa yang dilakukan itu merupakan dosa besar, akan tetapi tetap dilakukan karena jiwanya sudah terbelenggu dengan hawa nafsu yang mengikat kuat, sehingga dia tak berdaya untuk melepaskannya. Bahkan karena sudah terbuai dengan kenikmatan sesaat, maka semakin dalam ia tenggelam dalam lubang dosa. Seseorang yang berzina, dan atau bentuk kejahatan lainnya, maka disaat melakukan perbuatan itu apa dia sedang tidak sadar, apa sedang khilaf, “tidak sekali lagi tidak”, dia sadar betul tentang apa yang dilakukannya, tentang dosa apa yang dilakukannya, bahkan dia sangat sadar bahwa yang dia lakukan itu merupakan kejahatan moral yang sangat berat. Bila dia sudah bersuami atau beristri, maka perbuatnnya itu merupakan pengkhianatan cintanya, pengkhianatan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh pasangannya. Merupakan perbuatan yang sangat merugikan orang lain, bahkan dari segi apapun, ekonomi, sosial, moral merupakan tindak kejahatan yang sangat berat. Meski perbuatan itu dilakukan dengan sangat rahasia, akan tetapi pasti diketahui oleh Allah, dan kita yakin sebaik-baiknya seseorang menyimpan bangkai, maka lama-lama kelamaan akan cercium baunya. Karenanya serapi-rapi ia bersembunyi dalam kejahatannya itu lama-lama akan diketahui juga. Paling tidak ia akan merasa dikejar-kejar dosa, hatinya selalu was-was, jangan-jangan perbuatannya itu akan diketahui, akan terbongkar busuknya. Dia merasa sangat berdosa dalam jangka pangjang. Penyesalan yang ia pendam merupakan siksa dalam hidupnya, sampai ia menyatakan maaf kepada orang yang selama itu ia dholimi, dan penyesalan itu sudah merupakan pengakuan meski tidak diikrarkan. Dan ketakutan yang sangat besar adalah manakala perbuatannya itu betul-betul terbongkar, maka ia akan sangat malu yang luar biasa. Komonikasi dan kepercayaan dengan keluarganya akan sangat hancur, kariernya di lingkungan kerja dan di masyarakat akan tamat.
Memang ada banyak faktor seseorang melakukan perbuatan maksiat, misalnya ketidak mengertinya bahwa yang ia lakukan itu adalah perbuatan dosa, atau memang disengaja karena sudah terjerat dengan hawa nafsunya, namun peranan  iman sangat menentukan seseorang terhindar dari perbuatan keji dan mungkar itu, “Apa bila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu dating kepadamu, maka katakanlah : “Salamun alaikum”. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih saying, (yaitu) bahwasannya barangsiapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al An’aam:54).
Dan inilah sesungguhnya iman yang berkurang itu. Obatnya tidak ada lain kecuali segera taubat dengan taubatan nasukha, yakni menyesali perbuatn dosa yang dilakukan,  memohon ampun kepada Allah SWT dan berikrar dengan hati dan lesan bahwa perbuatan dosa itu tidak akan dilakukan lagi untuk selama-lamanya. (Imam Mardawih dan Ibnu Abbas),  serta diikuti dengan memperbanyak beribadah kepada Allah,  inilah yang sering dilupakan oleh umat Islam. Meski perbuatan dosa yang ia lakukan itu bisa dikatakan karena khilaf, maka mestinya segera diikuti dengan taubat kepada Allah dan selanjutnya STOP berbuat dosa. Namun apa begitu, YA jawabannya. Akan tetapi masih banyak model perilaku umat sekarang ini yang mengabaikan larangan Allah, melaksanakan shalat lima waktu ya, puasa ya, zakat ya , namun maksiat jalan terus. Apalabi pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali model kesenangan sesaat yang “melok” di tengah-tengan masyarakat, tinggal model apa yang kita pilih.                          Semua kembali kepada kita masing-masing, bila ingin terus berkubang dalam kemaksiatan, silakan lanjutkan, dengan konseksuensinya baik di dunia dan terlebih adanya siksa di neraka kelak di akhirat. Akan tetapi bila ingin selamat dan tetep terhormat di dunia dan di khirat, katakan TIDAK kepada kemaksiatan, apapun bentuknya. Dan tetap mempertahankan iman sebagai perisai diri didalam menghadapai berbagai godaan syetan, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaetan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar” (QS.An-Nur:21).                                                                                                                          Banyak jalan kebaikan yang meski sangat berat dilaksanakan, akan tetapi sangat menguntungkan untuk kita laksanakan. sebab sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan Allah akan memberikan balasan da sebaliknya sekecil apapun kemaksiatan yang kita lakukan Allah juga akan memberikan siksaan. Ini sebetulnya sudah menjadi hukum sebab akibat yang berlaku untuk semua umat Islam, siapapun ia. Dan ini merupakan pertanda ada atau tidaknya iman seseorang.  Semua tergantung kepada kita, bila kita kuat iman, yang berarti STOP segala bentuk kemungkaran, atau kita pilih tetap berkubang dalam kemungkaran, tinggal mana yang kita pilih. Semua jalan terbentang didepan kita. Yang pasti disaat kita melakukan perbuatan maksiat, iman kita berkurang bahkan dapat juga lepas dari dada, dan untuk mengembalikan iman yang tercoreng itu membutuhkan waktu yang sangat lama.  Namun Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar