Selasa, 22 Oktober 2013

KHUTBAH JUM'AT : REVOLOSI KEYAKINAN DALAM PERISTIWA QURBAN



KHUTBAH JUM’AT
 REVOLOSI KEYAKINAN DALAM PERISTISWA QURBAN
Oleh : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan bernegara.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Kita beriman kepada Allah SWT, setelah menyadari dengan sepenuh keyakinan, bahwa iman merupakan landasan fundamental, yang menjadi dasar dalam menghadapi gelombang pasang surut kehidupan di dunia fana ini.  Kadang-kadang menghembus sangat dahsyat, hingga tak jarang biduk kehidupan menjadi oleng, bahkan dapat mencampakkan seseorang pada situasi putus harapan.
          Tetapi sebabagi manusia beriman, mestinya tidak akan membiarkan dirinya karam tenggelam , karena iman yang terhujam dalam hatinya menjadi pegangan rohani “yang kuat”, yang mesti lembut namun teramat kokoh. Dalam Islam, iman adalah  kebutuhan jiwa yang teramat mendasar, melebihi segala-galanya. Iman yang dipilih  secara sadar dan sengaja, akan menjadikan si pemiliknya menjadi manusia tangguh, ketika berhadapan dengan segala corak situasi, betapaun berat dan sulit, betapapun rumit dan dilematis. Sebab, dengan mutiara iman yang mahal itu, akan dapat terpancarkan dalam setiap pikiran, dan perbuatan. 

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ


 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah, mereka yang apabila nama Allah disebut, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat Allah kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.(QS Al Anfal:2)

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
ndicator bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT sangatlah spektakuler, sebab meski nampak ringan dalam kata-kata akan tetapi sangat dahsyat pengaruhnya,        sebab jujur kita harus berani mengatakan, bahwa sebagian kehidupan kita masih terlalu banyak diarahkan oleh hawa nafsu. Karenanya menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk kembali mengenang dan mengambil iktibar tentang adanya peristiwa dramatik yang terurai pada sejarah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Dalam peristiwa itu dilukiskan betapa iman yang dipilih secara sadar dan sengaja dapat mengalahkan segala-galanya, sekalipun itu pertimbangan logis. Dalam kasus sejarah kenabian, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim as dan putra beliau “Nabi Ismail as”  merupakan merupakan peristiwa dilematis, tetapi keduanya sepakat menempuh karena pencaran iman.
          Kita dapat mengatakan bahwa, peristiwa tersebut adalah peristiwa yang luar biasa, karena drama yang dimainkan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, adalah drama pertentangan antara dua nilai yang bertolak belakang, sebab dapat menghantarkan Nabi Ismail as ke pintu maut.
          Dari sejarah kita mengetahui bahwa Ismail di mata Nabi Ibrahim as, bukanlah semata-mata anak bagi seorang ayah, namun Ismail adalah buah hati bersulam kasih sayang, yang telah didambakan Nabi Ibrahim as sangat lama, dan merupakan hadiah yang diterimanya sebagai imbalan karena ia telah memenuhi hidupnya dengan perjuangan. Tetapi tanpa di duga, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as agar menyembelih buah hati yang sangat disayanginya itu.
          Betapa guncangnya jiwa Nabi Ibrahim as menerima perintah itu, tidaklah dapat dibayangkan. Nabi Ibrahim as sebagai hamba Allah SWT yang paling muhklis dan patuhpun bisa gemetar dan goyah. Hatinya bergolak. Hati kecilnya diliputi tanda Tanya. Siapakah yang lebih dicintai, Allah ataukah Ismail. Inilah pilihan yang sangat dilematis itu.
          Namun getaran jiwa yang dikendalikan oleh iman, akhirnya memenangkan Nabi Ibrahim as dalam pergolakan batin itu. Langkahnya berpihak kepada Allah SWT, dan pasrah mengorbankan Ismail yang sangat dicintainya. Sejarah manapun belum pernah mencatat adanya peristiwa antara ayah-anak seperti ini, yang didahului dialog yang sangat bersahabat namun mencekam adanya.  Sebagaimana telah di kisahkan dalam Al Qur’an Surah Ash Shaffat ayat 102 :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰ‌ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

“Ibrahim berkata, Hai anakku, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku akan meyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?. Dia (Ismail) menjawab; Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
          Dari peristiwa pengorbana Nabi Ibrahim as, telah memberikan gambaran tentang adanya revolosi keyakinan yang sangat besar untuk memantapkan keyakinan dan patuh hanya kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar. Dan tidak sepantasnya manusia diperbudak oleh harta benda atau materi yang bersifat duniawiyah, betapapun sepintas lalu Nampak hebat dan mengagumkan. Maka ketundukan dan pasrah diri hanya ditujukan kepada Allah SWT Sang pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Disilah letak konsep tauhid, dimana dengan tauhid manusia akan terangkat derajatnya dan mampu menghadapi berbagai problem, dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah fil ardl.
          Keteladanan Nabi Ibrahim as hendaklah juga dijadikan contoh bagi keluarga masa kini. Kecintaan kepada sesuatu yang sangat dicintai, termasuk kecintaan kepada harta benda secara berlebihan dapat berakibat memudarnya keutuhan tauhid kita. Disamping dapat berakibat lahirnya sifat egoistis, ujub dan takabur hingga tidak dapat menghormati orang lain. Disamping itu, kecintaan kita terhadap harta benda secara berlebihan akan menimbulkan sikap kapitalis, sebuah sikap yang dibenci oleh Islam. Begitu pula dalam mencintai agama ini, manakala dilakukan dengan fanatic buta akan melahirkan sifat anti pati terhadap orang yang tidak sepaham dengan dirinya, sehingga ketenteraman yang merupakan inti dari ajaran agama, tidak akan sampai pada tujuannya.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
          Jika diperbandingkan, ajaran Islam sebagaimana yang telah diperagakan dengan bagus oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, dengan praktek-praktek kehidupan sekarang ini, maka secara jujur harus diakui bahwa masih terlalu banyak jarak antara cita-cita Islam dengan kenyataan riil perilaku umatnya. Banyak diantara kita “yang sudah mampu” bukan saja enggan mengorbankan sesuatu yang dicintainya, untuk sekedar turut dirasakan oleh saudara se iman. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang dapat menjadikan saudara-saudara se iman menjerit, merintih dan menangis, lantaran mereka menjadi korban perbuatan kita. Meski penipuan, kebohongan, pelanggaran, penindasan dan kesewenang-wenangan, bahkan koropsi kolosi dan manipulasi semakin santer terjadi dinegeri ini. Yang lebih menyedihkan lagi adalah, bila ada diantara kita yang sudi mengorbankan agama atau  akidahnya demi kesenengan dan kenikmatan sesaat.
          Demikian saudara sedikit kilas balik dari semangat berkurban setelah kita beridul adha,  semoga kita dapat mengambil hikmah untuk melanjutkan berkurban kita dalam iman dan taqwa kepada Allah SWT, bahagia di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar