Minggu, 22 Juli 2018

KHUTBAH JUM’AT : BERHALA ZAMAN NOW


KHUTBAH JUM’AT
BERHALA ZAMAN NOW
Ed.  : ANIS PURWANTO

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Di hadapan para sahabatnya yang mulia, Rasulullah SAW tercinta menuturkan dauh nubuwwatnya, sebuah sabda yang kontennya menjangkau saat ini. "Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka."
Para sahabat menyimak penuh khidmat. Lanjut Sang Nabi, "Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Alquran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah-Nya).       

Apakah betul dauh nubuwat itu sudah terjadi pda zaman sekarang ini, wllahu a’lam bishowab. Yang pasti, yang kita rasakan sekarang ini telah terjadi fenomina dan perubahan yang luar biasa terhadap sikap KEBERAGAMAN dan KEBERAGAMAAN kita. Maka apa ini yang disebut zaman now ?.
Bahkan seekarang ini juga, sering disebut juga zaman digital. Dimana kita sudah tidak dapat dipisahkan dengan apa yang bernama androit, gijet, HP. Bahkan dengan perangkat elektronik canggih ini, seakan kita mampu menggenggam dunia, “DUNIA ADA DI GENGGAMAN KITA”. Namun, jika tidak memiliki basis ilmu dan informasi yang benar, maka dapat tersesat oleh terbukanya arus informasi yang hampir tidak ada filter,  terkecuali praktis oleh diri kita sendiri.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Yang menjadi misi kerasulan Muhammad Saw. bukan hanya kerisauannya terhadap ratusan berhala yang tergantung memenuhi pada dinding-dinding ka’bah , akan tetapi telah terjadinya perubahan gaya hidup yang mencolok masyarakat Mekkah pada saat itu. Kemakmuran yang mereka capai dengan menjadikan Mekkah sebagai pusat perdagangan yang ramai selama tahun-tahun terakhir abad ke-6 telah menjadikan mereka kehilangan orientasi dan makna hidup sejati; semangat komunal (kesukuan) dan egalitarianism (persamaaan) yang selama itu menjadi kultur mereka, berganti menjadi pola-pola hidup yang individualistis dan kecenderungan system ekonomi yang kapitalis, mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri di atas kepentingan sukunya, menumpuk harta pribadi, tidak peduli lagi dengan nasib kaum yang miskin dan lemah.
Misi risalah tauhid yang digaungkan Nabi Muhammad Saw kemudian bukan hanya untuk menegaskan akan eksistensi Tuhan Esa sebagai realitas tunggal, akan tetapi yang lebih penting dari itu, Nabi Saw datang sebagai pemberi peringatan dan mengingatkan akan nilai-nilai kepercayaan kuno mereka yang sudah mereka tinggalkan
Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman yang tercantun dalan surat Luqman ayat 25 :
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ‌ۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ‌ۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” , katakanlah “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Berkaca pada problem sosial masarakat Mekkah di atas, maka apa yang terjadi pada masyarakat kita dewasa ini relatif menemukan kesamaannya. Kemajuan tekhnologi dan tren globalisasi telah mewarnai kultur masyarakat modern saat ini,  yang semakin menjauhkan kita dari nilai-nilai sejati dan orientasi hidup yang semakin materialistis. Pola hidup yang hedonis, konsumtif dan pragmatis mewabah bukan hanya pada level masyarakat kelas menengah atas, celakanya menjangkit pula pada level-level masyarakat kelas bawah. Hidup sekarang bagai berpacu dengan nafsu, berburu gengsi, tak peduli mampu atau tidak mampu yang penting bisa mengikuti tren abad ini dan tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Inikah berhala pada zaman now ?.  Berbagai barang-barang skunder yang memenuhi isi rumah kita tak ubahnya seperti berhala-berhala yang menggantung pada dinding-dinding ka’bah pada masa Nabi dulu,   yang semua itu  menjauhkan kita dari nilai-nilai hidup sejati; kesederhanaan, kebersahajaan, hemat dan kepedulian kita terhadap sesama. Sungguh Allah swt menistakan orang-orang yang memperturutkan dan tunduk terhadap hawa nafsunya sebagaimana firman Allah SWT, yang tercantum di dalam Al-Qur’an Surah Al-Furqon ayat 43-44 :
أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً (٤٣) أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَ‌ۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ‌ۖ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلاً (٤٤)
Terangkanlah tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu).
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Maka misi tauhid Nabi akan kembali menemukan relevansinya untuk terus kita dakwahkan. Tauhid yang artinya meng-Esakan Allah seharusnya berimplikasi pada totalitas perbuatan kita yang hanya mencari ridha Allah. Ketika syahadat sudah kita ikrarkan, berarti kita siap menjadi saksi-saksi kebenaran ilahi, dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai. Merealisasikan kehendak ilahi lewat perilaku kita yang diridhai berarti kita dapat menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sebaliknya, ketika perilaku kita jauh dari apa yang Dia kehendaki, berarti kita mengenyampingkan Tuhan dalam kehidupan kita. Dan apabila ini terjadi, berarti syahadat kita hanya merupakan pengakuan tanpa bukti, seperti halnya pengakuan masyarakat arab tempo dulu, mengakui Allah sebagai pencipta tapi tidak mampu menghadirkan Allah dalam perilaku mereka sehari-hari.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba yang mampu menjadi saksi-saksi kebenaran ilahi,  dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar