Kamis, 02 Oktober 2014

KHUTBAH JUM'AT MENJELANG IDUL ADHA : REVOLOSI KEYAKINAN DALAM PERISTIWA KURBAN



KHUTBAH JUM’AT MENJELANG IDUL ADHA
REVOLOSI KEYAKINAN DALAM PERISTISWA KORBAN
Oleh : ANIS PURWANTO


Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah SWT. yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW.
Hari raya Idul Adha tahun ini saudara, nampaknya memang akan ada dua fersi pelaksanaan, sebagian kaum muslimin yang dengan kemantapan dan keyakinan hatinya akan melaksanakan shalat Id pada hari Sabtu besok, hal ini didasarkan bahwa pada hari ini  adalah pelaksanaa wukuf di Arofah, namun sebagian yang lainnya,  sesuai dengan ketetapan pemerintah RI akan melaksanakan sholat Id pada hari Ahad.
Inilah saudara kenyataannya, karenanya jika kita mempunyai hati yang lapang didalam memandang persoalan itu, persoalan itu tidak akan diulang-ulang dipertentangkan. Semua akan baik-baik saja, ibadah sesuai dengan kemantapan dan ketetapan hatinya. Bagi yang tak sepahampun mestinya tidak usah memperuncing dengan dalih dan alasan yang justru memperbesar perbedaan.
            Didalam kehidupan sehari-hari ataupun didalam pelaksanaan ibadah sekalipun perbedaan sudah menjadi hal yang sangat biasa dan sering ditemui. Tapi memperpanjang perbedaan sungguh hal yang sangat merugikan umat Islam sendiri. Sebab dihadapan umat Islam masih terbentang persoalan yang lebih besar dan lebih dibutuhkan kebersamaan. Kita tidak akan mampu untuk memikul seorang diri, kita butuh orang lain, meskipun dia tidak sepaham dan sealiran dengan kita. Kita butuh kawan yang benar-benar mau memandang bersama ditengah-tengah perbedaan. Berkeyakinan, berucap dan bertindak dengan kejernihan hati akan lebih menguntungkan dari pada mempertahankan keyakinan dan tindakan yang dapat mempertajam persoalan umat. Kita sadar bahwa perbedaan adalah rahmat yang diberikan oleh Allah SWT, yang pengejawantahannya sungguh dibutuhkan kearifan dan hati yang jernih.
Sebab landasan fundamental kita adalah iman kepada Allah SWT. Sebagai manusia beriman, mestinya tidak akan membiarkan diri kita karam, karena iman yang terhujam dalam hatinya menjadi pegangan rohani “yang kuat”, yang mesti lembut namun teramat kokoh. Dalam Islam, iman adalah  kebutuhan jiwa yang teramat mendasar, melebihi segala-galanya. Iman yang dipilih  secara sadar dan sengaja, akan menjadikan pemiliknya menjadi manusia tangguh, ketika berhadapan dengan segala corak situasi, betapaun berat dan sulit, betapapun rumit dan dilematis. Sebab, dengan mutiara iman yang mahal itu, akan dapat terpancarkan dalam setiap pikiran, dan perbuatannya.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah, mereka yang apabila nama Allah disebut, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat Allah kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.(QS Al Anfal:2)

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
          Sebab jujur kita harus berani mengatakan, bahwa sebagian kehidupan kita masih terlalu banyak diarahkan oleh hawa nafsu. Karenanya menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk kembali mengenang dan mengambil iktibar tentang adanya peristiwa dramatik yang terurai pada sejarah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Dalam peristiwa itu dilukiskan betapa iman yang dipilih secara sadar dan sengaja dapat mengalahkan segala-galanya, sekalipun itu pertimbangan logis. Dalam kasus sejarah kenabian, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim as dan putra beliau “Nabi Ismail as”  merupakan peristiwa dilematis, tetapi keduanya sepakat menempuh karena pencaran iman.
          Dari sejarah kita mengetahui bahwa Ismail di mata Nabi Ibrahim as, bukanlah semata-mata anak bagi seorang ayah, namun Ismail adalah buah hati bersulam kasih sayang, yang telah didambakan Nabi Ibrahim as sangat lama, dan merupakan hadiah yang diterimanya sebagai imbalan karena ia telah memenuhi hidupnya dengan perjuangan. Tetapi tanpa di duga, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as agar menyembelih buah hati yang sangat disayanginya itu.
          Betapa guncangnya jiwa Nabi Ibrahim as menerima perintah itu, tidaklah dapat dibayangkan. Nabi Ibrahim as sebagai hamba Allah SWT yang paling muhklis dan patuhpun bisa gemetar dan goyah. Hatinya bergolak. Hati kecilnya diliputi tanda Tanya. Siapakah yang lebih dicintai, Allah ataukah Ismail. Inilah pilihan yang sangat dilematis itu.
          Namun getaran jiwa yang dikendalikan oleh iman, akhirnya memenangkan Nabi Ibrahim as dalam pergolakan batin itu. Langkahnya berpihak kepada Allah SWT, dan pasrah mengorbankan Ismail yang sangat dicintainya. Sejarah manapun belum pernah mencatat adanya peristiwa antara ayah-anak seperti ini, yang didahului dialog yang sangat bersahabat namun mencekam adanya.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰ‌ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Ibrahim berkata, Hai anakku, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku akan meyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?. Dia (Ismail) menjawab; Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS.Ash Shaffat:102).
          Dari peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim as, telah memberikan gambaran tentang adanya revolosi keyakinan yang sangat besar untuk memantapkan keyakinan dan patuh hanya kepada Allah SWT. Dan tidak sepantasnya manusia diperbudak oleh harta benda duniawiyah, betapapun sepintas nampak hebat dan mengagumkan. Maka ketundukan dan pasrah diri hanya kepada Allah SWT. Disilah letak konsep tauhid, dimana dengan tauhid manusia akan terangkat derajatnya dan mampu menghadapi berbagai problem hidupnya.
          Keteladanan Nabi Ibrahim as hendaklah juga dijadikan contoh bagi keluarga masa kini. Kecintaan kepada sesuatu yang sangat dicintai, termasuk kecintaan kepada harta benda secara berlebihan dapat berakibat memudarnya keutuhan tauhid kita. Disamping dapat berakibat lahirnya sifat egoistis dan takabur,juga akan menimbulkan sikap kapitalis, sebuah sikap yang dibenci oleh Islam. Begitu pula dalam mencintai agama ini, manakala dilakukan dengan fanatic buta akan melahirkan sifat anti pati terhadap orang yang tidak sepaham dengan dirinya, sehingga ketenteraman yang merupakan inti dari ajaran agama, tidak akan sampai pada tujuannya.
          Jika diperbandingkan, ajaran Islam sebagaimana yang telah diperagakan dengan bagus oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, dengan praktek-praktek kehidupan sekarang ini, maka secara jujur harus diakui bahwa masih terlalu banyak jarak antara cita-cita Islam dengan kenyataan riil perilaku umatnya. Banyak diantara kita “yang sudah mampu”, namun enggan mengorbankan sesuatu yang dicintainya, untuk sekedar turut dirasakan oleh saudara se iman. Bahkan  masih banyak yang telah membuat saudara-saudara se iman menjerit, merintih dan menangis, lantaran mereka menjadi korban perbuatan kita, hanya demi memperoleh dan memenuhi kepuasan pribadi, kelompok atau golongan. Yang lebih menyedihkan lagi adalah, bila ada diantara kita yang sudi mengorbankan agama atau  akidahnya demi kesenengan dan kenikmatan sesaat.
          Inilah sebagian kecil dari butir-butir hikmah idul kurban yang dapat kita sampaikan. Tentu semuanya berpulang kepada kita masing-masing, sejauh mana kepedulian kita memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalam pelaksanaan idul adha nanti. Dan sisi lain semoga saudara-saudara kita yang saat ini sedang berkumpul melaksanakan wukuf dipadang arofah, benar-benar mendapat haji mabrur.
          Akhirul kalam, mari kita berharap semoga kita semua, selalu mendapat hidayah, ma’unah dari Allah SWT, bahagia di dunia dan di akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.

4 komentar:

  1. Alhamdulillah semoga semua ilmu ini menjadi berkah bagi yang membaca dan lebih khusus bagi yang memposting melalui medya on line ini. terima kasih

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah,khutbahnya sangat menyentuh insya Allah sy share ya

    BalasHapus