Minggu, 15 Mei 2016

BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM





 

 BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM MELALUI TERAPI DOA
DAN PEMBERIAN MOTIVASIKEPADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT WIDODO NGAWI
OLEH PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI

I .PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dimensi sehat menurut pandangan Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana secara fisik manusia mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani juga, yang  mana di dalam Islam sudah terdapat ajaran dan praktik-praktik praktis yang dapat membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam pandangan Islam adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek kejiwaan, aspek perasaan dan aspek akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan segi kejiwaan dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi sehat lahir dan batin.
Dari pengalaman sehari-hari bahwa orang yang menderita sakit hendaknya berobat dan berdoa. Doa merupakan sunnatullah yang bersifat alami sebagai tempat kembali insan mukmin saat mengalami berbagai macam ujian dan kondisi menakutkan, apalagi ketika menderita sakit yang begitu parah. Sudah diketahui bahwa seringan-ringannya penderitaan yang dialami manusia barang kali dapat pula mengurangi atau menghilangkan daya ingat, rasa tenang dan rasa tentram sehingga penderitaan tersebut berubah-ubah menjadi malapetaka yang dahsyat dan membutuhkan perantara khusus yang bisa menghilangkan apapun yang sedang dialami, atau juga memerlukan sesuatu yang dapat membuat dirinya tabah menanggung berbagai macam sakit dan beban beratnya (Tasmara, 1999: 30).
Penelitian yang dilansir majalah Time tentang pengaruh agama pada umumnya dan doa pada khususnya terhadap pasien, ternyata 70% pasien percaya kekuatan do’a untuk penyembuhan, lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa para dokter hendaknya juga memberikan terapi psikoreligius dan doa (Hawari,1996: 479). Dipandang dari sudut kesehatan mental, psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena psikoreligius mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan ( Hawari, 2002: 115-116).
Para ahli bersepakat bahwa orang sehat jangan hanya dilihat dari badannya saja, psikologisnya saja dan sosialnya saja. Tetapi harus juga dilihat unsur sehat secara kerohanian atau agama. WHO pernah mendefinisikan bahwa orang sehat adalah apabila ia sehat fisik, mental, sosial, dan bebas dari cacat atau penyakit. Tetapi sejak 1984 definisi tersebut sudah berubah, yaitu memasukkan unsur spiritual atau kerohanian atau keagamaan. Jadi, sekarang istilah sehat ditinjau dari empat 5 dimensi : fisik, mental, sosial, bebas dari cacat atau penyakit,  dan spiritual atau kerohanian. (Yafie, dkk, 2008: 49-50 ).
Dengan demikian untuk memotivasi kesembuhan pasien tidak hanya memberikan perhatian pada aspek fisik atau medis saja. Tetapi juga memberikan terapi dengan pendekatan psikis maupun rohani. Oleh karena itu, motivasi kesembuhan sangat diperlukan dalam mengatasi jiwa pasien. Untuk pengobatan terutama terhadap gangguan mental yang berakibat pada fisik dapat dilakukan dengan pendekatan agama Islam melalui shalat, dzikir dan doa, khususnya untuk menimbulkan kekuatan jiwa, pendorong diri dan juga proses penyembuhan penyakit yang dideritanya.
Oleh karena itu, berawal dari pemikiran betapa urgennya terapi doa dan motivasi bagi kesembuhan pasien, maka RS. Widodo Ngawi, bekerjasama dengan penyuluh agama Islam Kankemenag Kab. Ngawi untuk memberikan layanan Bimbingan Kerohanian Islam melalui terapi do’a dan motivasi bagi pasien rawat inap di RS. Widodo.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.   Bagaimana proses bimbingan kerohanian Islam melalui terapi do’a dan pemberian motivasi oleh Penyuluh Agama Islam  Kankemenag Kab. Ngawi kepada pasien rawat inap di RS. Widodo Ngawi?
2.   Bagaimana implikasi bimbingan kerohanian Islam melalui terapi do’a dan pemberian motivasi oleh Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kab. Ngawi kepada pasien rawat inap di RS. Widodo Ngawi?

II. GAMBARAN UMUM BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAMKEPADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT WIDODO NGAWIOLEH PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI.
A. LATAR BELAKANG ADANYA PROGRAM BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM KEPADA PASIEN RAWAT INAP DI RS. WIDODO NGAWIOLEH PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI.

Program bimbingan kerohanian islam kepada pasien rawat inap di rumah sakit Widodo Ngawioleh Penyuluh Agama Islam Kankemenag kab. Ngawi  sesungguhnya telah sejak lama dirintis dan dilaksanakan, yakni kurang lebih sudah mulai tahun 2000-an dimana formasi Penyuluh Agama Islam di Departemen Agama kala itu baru ada. Hal itu bermula dari hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Ngawi yang diikuti oleh Kasi Penamas mewakili Kepala Kantor Departemen Agama kala itu. Beberapa peserta rapat lintas sektoral kedinasan di lingkungan Kabupaten Ngawi melihat bahwa dimungkinkan diantara dampak dari adanya tekanan krisis ekonomi tahun 1998, maka tampak adanya gejala gangguan psikologis masyarakat semakin meningkat, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngawi dan Rumah Sakit Widodo. Sehingga kiranya dibutuhkanpenanganan pasien Rumah Sakit itu tidak hanya pengobatan medik namun juga penanganan non-medik.
Dari hasil Musrenbang Kabupaten Ngawi tersebut maka Departemen Agama Kabupaten Ngawi – saat itu - melalui Seksi Penamas menyusun SOP kepenyuluhan kepada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngawi dan Rumah Sakit Widodo Ngawi dan mengirim para Penyuluh Agama Islam dalam kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis).
Namun begitu, dalam tulisan ini, penulis membatasi pembahasan hanya pada kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis) di Rumah Sakit Widodo.Hal itu tidak berarti mengecilkan arti kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis) oleh para Penyuluh Agama Islam Kankemenag Ngawi pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Ngawi, namun selain hanya untuk pembatasan masalah juga dikarenakan Rumah Sakit Widodo sebagai Rumah Sakit Swasta merasa perlu untuk meningkatkan kerja sama lebih baik lagi dengan Kan Kemenag Kabupaten Ngawi untuk menangani Pelayanan Bimbingan Kerohanian Khusus kepada Pasien Rawat Inap yang kritis atau tipis harapan sembuh melalui MOU bersama antara Kementerian Agama dan Rumah Sakit Widodo.

1.      URGENSI,FUNGSI DAN TUJUANBIMBINGAN ROHANI ISLAM
URGENSI  BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan rohani yang diberikan oleh rohaniwan sangat  diperlukan karena orang sakit atau pasien tidak hanya membutuhkan pelayanan fisik, namun juga memerlukan suatu ketenangan jiwa dan motivasi kesembuhan.

FUNGSI BIMBINGAN ROHANI ISLAM
1.      Bimbingan rohani Islam sebagai salah satu bentuk dakwah.
2.      Bimbingan  rohani Islam berperan langsung menangani atau membantu orang sakit  sekaligus memberikan terapi keagamaan.

TUJUAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN
Tujuan dari pelaksanaan bimbingan rohani pasien diantaranya yaitu:
1.Memberikan penyadaran pada pasien agar dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya.
2.   Memberikan pengertian dan bimbingan kepada pasien dalam melaksanakan kewajiban  keagamaan   harian   yang   harus   dikerjakan   dalam   batas kemampuannya, seperti          sholat.
3.   Melakukanpengobatan dengan tetap memegang tuntunan Islam dalam kehidupan keseharian,seperti pasien makan dan minum termasuk minum obat dibiasakandiawali dengan bacaan basmalah dandiakhiri dengan doa hamdalah, dan terus mengisi hati dengan dzikir
4.   Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran dan tuntunan agama.[8]
2.      JADWAL PETUGAS BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM
Petugas Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis) terdiri dari seluruh Penyuluh Agama Fungsional (PNS) dan sebagian Penyuluh Agama Honorer (Non-PNS) Kankemenag Kabupaten Ngawi. (Jadual Terlampir)

3.      PETUNJUK PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM KEPADA PASIEN
Sebelum melaksanakan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis) kepada pasien, petugas harus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit yakni perawat di ruang perawat untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan pasien seperti jenis penyakit dan agamanya. Setelah berkoordinasi selanjutnya petugas Bimrohis berkeliling ke tiap-tiap bangsal atau kamar pasien, yang mana seorang petugas bimrohis mengawalinya dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya. Selanjutnya, petugas Bimrohis memulai bimbingan. Tapi sebelumnya, petugas rohani terlebih dulu melakukan pendekatan dengan  pasien  dengan  mengetahui  keadaan  psikologis  pasien.  Berbicara dari hati ke hati kepada pasien baik tentang apa yang dirasakan saat ini dan bagaimana kondisinya. Dari situ, petugas Bimrohis bisa tahu gambaran sekilas tentang kondisi pasien khususnya kondisi mental/psikologisnya. Kemudian petugas Bimrohis mengajak keluarga untuk berdoa bersama memohon kepada Sang Penyembuh Allah Swt untuk memberikan kesembuhan dan yang terbaik bagi pasien, menguatkan hati dan keimanan pasien dan keluarganya serta meminta diberi kesabaran dan keihlasan dalam menjalani ujian Allah Swt.

4.      MATERI YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN
1.      Materi pokok bidang agama meliputi
·         Aqidah/Keimanan/Tauhid
·         Syari’ah
·         Ibadah
·         Akhlaq bagi orang sakit, yakni Sabar, Ikhlas, Ihtiyar, Memperbanyak dzikir, dan Tawakkal kepada Allah Swt akan qudrah dan irodah-Nya khususnya kaitannya dengan hidup dan mati.
2.      Pemberian Motivasi kepada Pasien dan keluarganya
3.      Terapi do’a

B.     GAMBARAN UMUM RUANG RAWAT INAP RS. WIDODO
Secara umum Ruang rawat inap Rumah Sakit Widodo Ngawi terdiri antara lain : VIP, Sriwijaya, Majapahit, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Ruang anak, Sal anak, Recovery Room, Ruang ICU, Isolasi, Cuvis, Kamar Bersalin, dan Kamar Bersalin Sal.

III. PELAKSANAAN BIMROHIS MELALUI TERAPI DOA DAN PEMBERIAN MOTIVASI KEPADA PASIEN RAWAT INAP RS. WIDODO
A.    PROSES TERAPI DAN PEMBERIAN MOTIVASI
1.      IDENTIFIKASI PASIEN
Setiap kali mengunjungi pasien Rumah Sakit widodo kami tim Bimrohis berkoordinasi dengan petugas rumah sakit tentang identitas pasien khususnya tentang agama yang dianut pasien. Hal ini untuk memudahkan komunikasi dengan pasien dan keluarga yang menunggunya
2.      PENGENALAN
Saat memasuki kamar pasien petugas Bimrohis selalu mengucapkan salam dan memperkenalkan diri sebagai Tim Bimbingan Kerohanian Islam Rumah Sakit Widodo yang berasal dari unsur Penyuluh Agama pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngawi hendak melaksanakan tugas kunjung pasien di Rumah Sakit Widodo sebagai bagian dari kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya yakni saling menasehati, saling mendoakan, saling bersilaturrahmi dan apabila ada yang sakit maka haknya adalah dijenguk.
3.      PRAKTEK
Bimbingan Kerohanian Islam dan terapi doa diberikan kepada semua pasien rawat inap Rumah Sakit Widodo. Bagi pasien  yang masih dalam kondisi normal artinya bisa diajak komunikasi  dengan baik maka, pemberian  bimbingan  kerohanian islam dilakukan dengan  cara:
1.    Pasien dan keluarganya diajak berdo’a bersama yang dibimbing oleh petugas bimrohis.Pasien dan keluarganya  dianjurkan  untuk selalu sering berdo’a sendiri.
2.    Pasien diberi pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian yang sedang dihadapinya dengan sabar dan ikhlas.
3.    Pasien  dan  keluarganya  selalu  diingatkan  agar  selalu  ingat  kepada Allah dan tidak meninggalkan ibadah wajib khususnya sholat dan ibadah-ibadah lain seperti membaca Al- Qur’an.
4.   Pasien  diberi  pengertian   kalau  penyakit  yang  sedang  dideritanya berasal dari Allah SWT dan Allah pula yang akan menyembuhkannya.
5.  Pasien dan keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat   kepada   pengobatan   yang   dilarang   oleh   agama   seperti pengobatan kedukun, paranormal dan lain sebagainya.
6.    Menumbuhkan  sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya akan cepat sembuh.
7.    Pasien  diarahkan  untuk  tidak  banyak  berfikir,  terutama  bagi  pasien yang ekonominya lemah diarahakan untuk tidak memikirkan biaya pengobatan  dulu.  Serta  bagi  pasien  yang  sakit  karena  banyaknya masalah  maka  dianjurkan  untuk  bisa  tidak  memikirkan  masalahnya dulu.
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar pasien maupun keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT.
Sedangkan pemberian bimbingan rohani bagi anak-anak, petugas rohanilebih banyak bercerita, memotivasi dan selalu mengingatkan  agar makan dan minum  secara teratur, tidak boleh jajan di sembarang tempat, jangan lupa minum obat, dan lainnyaDisamping itu  petugas  rohani  memberikan  bimbingan kepada keluarganya untuk tetap sabar dan selalu memotivasi atau membesarkan hati sang anak.
Sedangkan untuk pasien berat seperti pasien kritis atau koma dan telah divonis  dokter  sudah  tidak  bisa  disembuhkan  kecuali  atas mu’jizat dari Sang Kuasa (pasien terminal), pasien tender last care (TCL) dan pasien yang sedang  sakarotul  maut lebih ditekankan kepada do’a bersama keluarga pasien maupun doa oleh petugas bimrohis khusus. Hal ini dilakukan baik saat jadwal bimrohis mmaupun saat ada permintaan sewaktu-waktu dari keluarga pasien.Adapun bimbingan yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atau sakarotul maut antara lain sebagai berikut:
1.    Pasien dido’akan sambil ditekan jempol kaki kanannya
2.    Pasien dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya
3.    Pasien dibacakan ayat-ayat Al Qur’an seperti Surat Yasin sesering mungkin

B.     HASIL YANG DICAPAI
1.      PENGARUHNYA DALAM PROSES PENYEMBUHAN
2.      PERUBAHAN YANG DIALAMI PASIEN
·         Semakin teguhnya keimanan Pasien dan keluarganya.
·         Perasaan lebih tenang dan pasrah kepada kehendak Allah Swt.
·         Tekad untuk hidup lebih baik secara mental, sosial maupun spiritual.
3.      KENDALA DALAM MENANGANI PASIEN
·         Intensitas dan waktu yang kurang memadai dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan kerohanian Islam yakni hanya dua minggu sekali/ bulan,sehingga tidak bisa menjangkau seluruh pasien Rumah Sakit Widodo.
·         Terbatasnya personil Tim Bimbingan Kerohanian Islam, khususnya yang berdomisili dekat Rumah Sakit Widodoatau di sekitaran Ngawi kota, sehingga pelayanan terhadap permintaan terapi doa dari keluarga pasien, khususnya bagi pasien koma/kritis kurang optimal.
IV. PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit pada umumnya`lebih ditekankan pada faktor fisik, kurang begitu memperhatikan faktor psikologis dan spiritual. Padahal kedua faktor tersebut sangat berperan pada kondisi fisik seseorang. Oleh karena itu, dalam usaha mempercepat penyembuhan pasien, diperlukan penangananan yang sinergis dan integral yakni pengobatan secara medis oleh dokter dan perawat, dan penangan dimensi psikis dan spiritual oleh konselor dan atau Tim Bimbingan Kerohanian. Dari upaya ini, diharapkan pasien Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit Widodo dan keluarganya mempunyai motivasi dan sikap optimisme yang kuat untuk terus berobat dan mencari penyembuhan, berjiwa lapang dada (sabar) dalam menerima segala ujian baik ujian nikmat maupun sakit serta lebih dekat kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan sikap penuh keimanan dan ketawakkalan.
Do’a bisa memberikan ketenangan bagi orang yang sedang sakit, baik dibaca sendiri maupun dibacakan oleh orang  lain.  Semakin  tenang  hati  orang  yang  sakit  maka  organ-organ tubuhnya akan mampu bekerja dengan baik, termasuk dalam memproduksi zat-zat antibodi yang sangat berguna untuk memerangi bibit penyakit yang ada dalam tubuh. Makin banyak zat antibodi yang ada dalam tubuh maka semakin kuat dan dapat mempercepat kesembuhan pasien.
B.     SARAN-SARAN
Karena pentingnya penguatan aspek psikologis dan spiritual bagi proses pecepatan penyembuhan pasien, maka kedepannya diharapkan kiranya :
1.      pelayanan bimbingan kerohanian Islam di Rumah sakit Widodo dapat dilakukan setiap hari dengan pengaturan jadwal petugas yang memadai
2.      perlu terus ditingkatkan kualitas sumber daya manusia petugas bimbingan kerohanian Islam yang meliputi antara lain :
a.       Kemampuan Profesional (Keahlian).
b.      Sifat Kepribadian yang Baik (akhlaqul-karimah).
c.       Kemampuan Kemasyarakatan (Berukhuwah Islamiyah).
d.      Ketaqwaan pada Allah.
3.      kesiagaan Personil/Petugas Tim bimbingan kerohanian Islam khusus, yakni kaitannya dengan pelayanan terapi doa bagi pasien terminal/kritis  perlu terus ditingkatkan

C.     PENUTUP
Suatu penelitian di Barat mengungkap bahwa penyebab sakit 70% adalah masalah psikologis. Ini menunjukkan bahwa sakit fisik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan psikologis penderita. Tidak terlalu penting untuk mengatakan bahwa masalah psikologis menjadi penyebab rasa sakit atau sebaliknya sakit fisik yang kemudian menyebabkan masalah psikologis, akan tetapi dalam pandangan kami keduanya mempunyai kemungkinan yang sama. Seperti yang telah kami uraikan dalam bagian-bagian sebelumnya sangat jelas bahwa bimbingan rohani pasien mutlak dibituhkan oleh pasien dan itu merupakan hak pasien. Dengan demikian maka suatu Rumah Sakit sudah semestinya memiliki petugas khusus bimbingan kerohanian bagi pasien. Bimbingan kerohanian bagi pasien akan sangat membantu dokter dalam melakukan pengobatan medis dalam kaitan percepatan proses penyembuhan pasien. Jadi dalam upaya memberikan layanan pengobatan kepada pasien bisa dilakukan dari dua sisi yaitu secara medis oleh dokter dan sisi rohani atau psikologis oleh seorang petugas Bimroh.

LAMPIRAN –LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
AlQarni, Aidh.,La-Tahzan (TerjemahSamsonRahman),Jakarta:Qitsiperss, 2004.

Bukhori,Baedi.,Upaya Optimalisasi Sistem PelayananKerohanianbagi PasienRawat Inap,Semarang: Walisongo,2005.  

Jaya,Yahya.,SpiritualisasiIslam,Jakarta:Ruhama, 1994.

Arifin,H.M.,PedomanPelaksanaan  BimbinganDanPenyuluhanAgama, Jakarta:GoldenTayaranPress, 1982.

Samsudin, Salim.,BimbinganRohaniPasienUpayaMensinergisitaskan Layanan  Medis dan  Spiritual  di  Rumah  Sakit, Semarang: 2005.
Pratikna, Ahmad Watikan   da Sofro, Abdussalam.,  Islam  Etika  Dan  Kesehatan,Jakarta:CVRajawali, 1996.

Faqih, Aenurrohim.,BimbinganKonselingDalamIslam,YogyakartaUII Perss, 2001.
MusfirbinSaid Azzahrani,KonselingTerapi,Jakarta:GemaInsani, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar