PERINGATAN
ALLAH
Oleh : Anis
Purwanto
Ada dua
peringatan Allah, yang telah diberikan kepada kita umat manusia. Peringatan itu
sering kita alami dan kita ketahui. Dua peringatan itu yakni peringatan yang
tersurat, berupa Wahyu Allah yang tertulis didalam Al-Qur’an dan peringatan
Allah yang tersurat, baik yang berupa fenomena dan kejadian yang tergelar
dijagat raya. Bahkan peringatan Allah melalui fenomena alam ini justru lebih
sering kita alami. Salah satu dari peringatan itu adalah adanya bencana alam,
yang apabila dilihat dari kaca mata keyakinan agama, bencana alam itu tidak
hanya karena fenomena alam saja akan tetapi secara tersirat adanya peringatan
Allah untuk manusia. Allah memang menunjukkan kemaha dahsyatan-Nya. Agar
manusia menyadari bahwa ia adalah mahkluk yang lemah dan tidak berdaya. Malah
Allah lah yang berhak mempunyai sifat sombong , meskipun Allah tidak mempunyai
sifat sombong dan angkuh seperti kebanyakan mahkluk, akan tetapi Allah
mempunyai sifat welas asih untuk semua mahkluk-Nya. Namun justru mahkluk-Nya
yang mengabaikan semua perintah dan senang melanggar semua larangan-Nya.
Menitik
peringatan Allah lewat fenomena alam berupa banyaknya bencana alam yang dialami
oleh bangsa Indonesia akhir-akhir ini, sudah sepantasnya apabila umat Islam khususnya
dan masyarakat Indonesia mulai kini memperbanyak perenungan, instrospeksi dan
mempertajam pemahaman dan kesadaran akan
ekssistensi diri sebagi mahkluk Allah. Karena kejadian bencana alam sekarang
ini, terjadi tidak lima tahunan sekali seperti banjir besar di DKI Jakarta,
tidak setiap tahun, tidak stiap bulan sekali bahkan tidak seminggu sekali akan
tetapi terdengar hampir setiap hari. Kita baca saja mulai stunami Aceh, gempa
bumi, gunung meletus, kemarau panjang, banjir , angin puting beliung, kebakaran,
lumpur Lapindo sampai kejadian kecelakaan trasnportasi yang bertubi-tubi, baik
di darat, laut dan udara. Yang kesemuanya membawa kerugian dan kesengsaraan
yang luar biasa bagi umat manusia, baik yang berupa materi maupun jiwa.
Peringatan
Allah lewat kejadian dan bencana alam ini yang sebetulnya justru sangat
langsung dirasakan oleh umat manusia. Karenanya, kesadaran kemanusiaannya mestinya segera terlihat kearah yang lebih
positip. Misalnya kita mengetahui dan
menyadari bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, namun sering kita belum sadar dengan sebenar-benarnya bahwa Al-Qur’an itu
petunjuk dan perintah Allah yang harus kita laksanakan. Kita juga sering
mengetahui bahwa melaksanakan perintah Allah itu hal yang baik, tetapi sering
tidak dilaksnakan. Ia tahu bahwa yang mungkar dan melanggar aturan Allah itu
jelek, tetapi sering melanggarnya. Kita tahu kepada kematian, tetapi terkadang
kita tidak sadar apabila disaat yang telah ditentukan nanti kita akan mati.
Peringatan
Allah yang mesti dialami oleh seluruh manusia adalah al mau (mati).
Peringatan Allah ini sebenarnya sangat
efektif untuk numbuh suburkan kesadaran imaniyah manusia. Sebab tidak
seorangpun mahkluk Allah yang luput dari mati. Hanya waktunya saja yang tidak
dapat diketahui. Tak pandang bulu, tidak memandang usia. Mulai dari yang masih
balita, muda sampai yang telah berumur tua,
mau tidak mau harus berangkat, kapanpun ada panggilan harus siap.
Sehubungan
dengan peringatan Allah lewat mati ini ada cerita fiktif yang agaknya boleh
kita cermati bersama. Ada satu ceritera ada orang yang mengatakan bahwa ia
sudah kenal dengan Malaikat pencabut nyawa “Isroil”. Namun tidak diceriterakan
bagaimana caranya ia kenal dengan Malaikat maut. Apa lewat mimpi, lobi-lobian,
apa lewat bocoran soal, tidak ada yang kasih tahu rahasianya. Namun dari
pengakuannya ia sudah tidak kuwatir lagi menghadapi maut. Sebab hopingnya saja malaikat maut, ia tahu
apabila disaatnya nanti dia akan dikasih kabar oleh malaikat maut itu. Oleh
karena itu ia nanti bisa mempersiapkan diri, misalnya beribadah dengan baik,
memperbanyak shodaqoh dan infak, mengerjakan semua kebaikan, persiapan ‘uba rampe’ pemakaman, seperti kain kafan,
peti jelazah yang berukir indah, sampai mempersiapkan lubang yang dibangun
gedung berlapiskan baja, sehingga jasadnya nanti tidak dimakan oleh rayap atau
cacing tanah.
Tetapi,
disaat yang telah ditentukan Allah tiba, Malaikat maut mendatangi ia untuk
mencabut nyawanya. Dengan datangnya Malaikat maut yang tiba-tiba, ia kaget
seperti disambar gledek disiang hari. Padahal ia belum mempersiapkan
kesemuanya, belum beribadah, mempersiapkan
‘uba rampe’ pemakaman juga belum. Malah surat wasiatpun belum ditulis.
Kok Malaikat maut sudah datang. Ia berkata : Lo anda kan sudah kenal saya,
bahkan sudah saya anggap kroni saya, akan nyabut nyawa saya kok tidak kasih
kabar terlebih dahulu ?. Malaikat maut menjawab : Sudah. Saya sudah memberi
tahu dan memperingatkan kamu. Kemarin saya memperingatkan kamu lewat bencana
stunami di Aceh, Gempa Bumi di Yogya, tenggelamnya kapal Levina I, hilangnya
Adam Air dan semua penumpangnya, terbakarnya Garuda di Yogya, matinya si Fulan
tetanggamu kemarin pagi. Itu peringatan Allah untuk kamu. Dengan sangat
menyesal akhirnya ia menghadap Allah tanpa membawa sangu yang pantas. “Sebenarnya sebaik-baik
peringatan itu yang diberikan oleh Allah untuk kamu”, (QS. An-Nisa’:58).
Peringatan
Allah lewat al maut juga bisa kita lihat dari memahami sejarah Islam, dari
kisah dikabarkannya Bahwa Nabi Muhammad SAW wafat, disaat itu Umar Bin Khotob mendengan bahwa
Rosululloh wafat tidak percaya, malah sangat murka, Umar sambil menghunus
pedang berdiri di depan Masjid Nabawi,beliau berkata : Siapa yang mengatakan
bahwa Rosulullah wafat akan saya tebas kepalanya. Berbeda dengan Abu Bakar, mendengar bahwa
Rosulullah wafat segera beliau ke rumah Nabi. Beliau mengetahui dengan yakin
bahwa Nabi Wafat, dengan sangat tabah dan sabar baliau berkata : Wahai
Rasulullah, sungguh harum paduka di saat hidup dan di saat wafat. Berita
wafatnya Rasulullah dikabarkan ke seluruh umat Islam, “ Hai umat Islam, apabila
kamu menyembah Nabi, sekarang Nabi telah wafat, akan tetapi apabila kamu
menyembah Allah, dia kekal abadi”.
Membaca
dari sekian peringatan Allah yang sering dan akan dialami oleh umat manusia dijagat raya ini,
kunci dari semua ini hanya kepada sampai mana kadar kesadaran umat manusia.
Sebab pemahaman yang didasari ilmu yang tinggi saja tidak cukup, tanpa didasari
oleh kesadaran imaniyah yang tinggi. Dan untuk numbuh kembangkan kesadaran
pribadi bisa kita mulai dari pemahaman dan penghayatan Al-Qur’an dan Sunah
Nabi, sebab keduanya merupakan sumber pemahaman yang utama. Sehingga dengan
pemahaman yang didasarkan akan Wahyu Al-Qur’an dan As-Sunah itu pasti benar
adanya. Tidak tercampuri oleh pemahaman-pemahaman lain yang justru menjadi
terhalangnya semua kebaikan. Dan yang lebih penting, sudah siapkan kita menghadapi kepastian Allah
itu ?. (Wallahu ‘alam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar