KHOTBAH
JUM’AH
UNDANGAN
ALLAH SWT
Oleh : Anis
Purwanto
Jamaah Jum’at Rohimakumullah.
Pada
kesempatan yang mulia ini, mari kita selaku insan yang beriman senantisa memuji
Allah, mengucapkan syukur dan selalu taat kepadaNya. Karena sampai detik ini alhamdulillah
kita masih dalam naungan Allah. Kita masih tetap dalam keadaan iman dan Islam.
Kedua
kalinya, sebagai rasa cinta kita kepada Rasulullah Muhammad SAW senantiasa kita
mengucapkan sholawat dan salam kepada
beliau. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaat beliau di
hari kiamat kelak. Amin.
Jamaah Jum’at Rohimakumullah.
Inya Allah,
minggu akhir bulan Juli ini kita sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana
kita diwajibkan untuk melaksanakan ibadah. Oleh karena itu sudah sepantasnya
apabila umat Islam selalu merasa gembira setiap datangnya bulan Ramadhan. Sebab
bulan Ramadhan dipandang sebuah bulan yang sangat istimewa, karena satu bulan
dimana Allah menebarkan semua kebaikan dimuka bumi. Perasaan ini selalu
“deg-degan” laksana seorang gadis yang menanti datangnya seorang kekasih yang
bertandang “apel” di malam minggu. Di dalam hati sanubari bergejolak, tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata. Rasa gugup, cemas, senang, penuh dengan
pengharapan, tetapi juga terselip rasa cemas yang tidak terhingga. Demikian
halnya kehadiran bulan Ramadhan,
perasaan yang sangat manusiawi itu
merupakan pertanda dimana umat Islam sangat mengharap akan menjadikan Ramadhan
sebagai tonggak sejarah pembaharuan iman dan taqwa kepada Allah. Ramadhan sebagai
undangan Allah bagi seluruh umat manusia yang beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat
Al Baqoroh ayat 185 :
شَہۡرُ رَمَضَانَ
ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ
ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ
”Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan
permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu,
barang siapa diantara kamu hadir dinegeri tempat tinggalnya dibulan ini, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.
Sedang tujuan disyariatkan puasa
bagi umat Islam yaitu untuk meningkatkan
kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan didalam
Al-Qur”an dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 :
ٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (١٨٣)
“Hai
orang-orang yang beriman , diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Jamaah Jum’at Rohimakumullah.
Undangan
Allah SWT untuk orang yang beriman tentu mengandung maksud bahwa Allah SWT
sangat cinta kepada umat-Nya. Oleh karena itu undangan yang mengandung
pengharapan umat agar mendapat rahmat dan ampunan Allah SWT, menjadi momentum
yang sangat penting dalam proses pencapaian kualitas manusia: “Barang siapa berpuasa Ramadhan yang
didasarkan iman dan mengharap rahmat Allah, akan diampuni segala dosanya yang
telah lalu”.
Pengampunan akan dosa sampai batas
yang tidak terhingga (yang telah lalu) , membuktikan bahwa Allah SWT
benar-benar mempunyai perhatian dan kasih sayang kepada Allah SWT. Paling tidak
dapat dipergunakan sebagai pembuktian adanya pengorbanan yang tulus dari hamba
kepada sang kholik.
Bulan
Ramadhan oleh umat Islam sering difahami mempunyai tingkatan mulai dari
‘rahmat’ tengahnya ‘maqhfirah’ dan akhirnya ‘itqun mina-n-naar’. Pemahaman yang
demikian itu meski mengandung maksud, hikmah dan perhatian yang sangat penting.
Sebagaimana orang yang baru menaiki tangga, kita mesti menapak anak tangga yang
paling bawah terlebih dahulu, kemudian
seterusnya sampai akhirnya pada tataran yang tertinggi. Akan tetapi esensi
terpenting dari disyariatkan puasa adalah tercapainya kualitas ketaqwaaan
kepada Allah SWT.
Jamaah Jum’at Rohimakumullah
Undangan
resmi Allah kepada semua orang yang beriman, bertujuan merajut komonikasi
yang yang sangat erat dengan Allah SWT.
Oleh karena sangat merugi bagi umat manusia yang mengaku beriman kepada Allah
SWT tidak memanfaatkan kesempatan luas, yang hanya terjadi satu kali dalam satu
tahun itu. Sudah siapkah kita menerima kehadiran tamu ‘Ramadhan’ ?. Apakah kita
sudah menyiapkan ‘uba rampe’ untuk menyambut dan ‘mangayubagya’ pertemuan kita
dengan syahrun mubaarak, bulan yang diberkahi. Menyiapkan fisik yang sehat agar
ringan didalam melaksanakan tugas ilaiah. Mempunyai semangat yang tinggi
didalam melaksanakan semua amaliyah Ramadhan , termasuk menyiapkan jiwa dan
mental agar kuat menghadapi godaan.
Apabila dapat kita ibaratkan, kita
akan kedatangan seorang tamu “agung”, seorang tokoh yang kita anggap sebagai
panutan atau pimpinan yang berlefel pejabat tinggi ,tentunya kita akan merasa
senang dan mendapat kehormatan yang sangat tinggi. Semua akan kita siapkan
untuk menyambut dan menjamu tamu kita itu ‘saguh, gupuh, lungguh dan suguh’.
Tak terkecuali semua kerabat kita ajak agar dapat menyaksikan tamu itu. Paling
tidak kita akan merasakan enaknya oleh-oleh yang dibawa sang tamu. Demikian
juga Ramadhan, kita sambut, kita nikmati hasil dari keihklasan kita dalam
menjalankan ibadah puasa. Apalagi yang namanya bulan Ramadhan bagi umat Islam
adalah bulan yang sangat istimewa. Bulan Ramadhan ditempatkan sebagai peristiwa
yang sangat ‘pethingan’, sebab didalamnya membawa bermacam-macam kebaikan dari
Allah SWT, dunia dan akhirat. Bulan Ramadhan laksana jembatan bahkan jalan tol
yang mempermudah proses “kemesraan” antara umat yang beriman dengan Allah.
Selain itu Ramadhan menjadi ‘terop agung’ dan gapura masuknya orang mukmin ke surga. Karena
kedekatan kita dengan Allah terjalin sangat mesra, apapun yang kita minta akan
dipertimbangkan oleh Allah. Malah syetan dan jin yang diidentikkan dengan
godaan menjadi tak berkutik, “ Apabila
malam pada Bulan Ramadhan, syetan-syetan dan jin yang durhaka dan sangat engkar
itu dibelenggu. Pintu neraka ditutup rapat, tak satupun yang terbuka. Dan
pintu-pintu surga semua dibuka, tak satupun yang ditutup” (HR.Tirmidzi).
Jamaah Jum’at Rohimakumullah
Sebagaimana
tahun-tahun yang lalu, Ramadhan tahun bagi kaum mislimin masih dihadapkan
dengan berbagai kesulitan. Dari segi ekonomi sudah menjadi kepastian umum,
setiap akan memasuki bulan Ramadhan pasti ada kenaikan harga kebutuhan pokok.
Hal ini sedikit banyak akan sangat mengganggu konsentrasi umat Islam didalam
melaksanakan ibadah. Mestinya disaat kita melaksaksanakan puasa, perhatian kita
terfokus dengan “berfastabikhul qoairat”, memperbanyak amalan-amalan Ramadhan,
tidak dipusingkan dengan hal-hal yang akan menjadi sumber fitnah, yang justru
dapat mengurangi nilai ibadah puasa.
Disisi amar
makruf nahi mungkar, kita masih belum mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Restoran dan warung makan tetap bukak di Bulan Ramadhan. Tempat-tempat
‘maksiat’ masih semarak, tidak “thedheng aling-aling” dengan apa yang
diharapkan oleh umat Islam, ibarat anjing menggonggong kafilah tetap berlalu,
Ramadhan datang maksiat jalan terus. Sehingga wajar saja bila sebagian
teman-teman kita, dari ormas-ormas keagamaan misalnya ada yang ngamuk ‘ngamuk’,
turun tangan membersihkan sarang maksiat, misalnya di pusat pelacuran, klap
malam, perjudian, sarang
mabuk-mabukan dan pesta narkoba. Kegarangan
organisasi-organisasi Islam tersebut bukan tanpa alasan atau bukan karena sok
suci dengan mereka yang masih senang berbuat maksiat, akan tetapi mengharap
suasana Ramadhan ini benar-benar menjadi suasana yang damai, penuh dengan kasih
sayang, bukankah kita terkenal dengan bangsa yang religius. Selain itu kita tidak mengharapkan adanya
cap, yang menganggap umat Islam Indonesia ini umat yang terlihat “fasek”, puasa
ya maksiat jalan terus. Padahal kemaksiatan itu dilakukan hanya sebagian dari
jutaan umat Islam yang mayoritas penduduk Indonesia.
Makanya
sangat rugi apabila momentum ibadah di Bulan Ramadhan , yang merupakan undangan
Allah ini tidak mendapat jawaban positip dan dukungan semua lapisan masyarakat
di Indonesia. Mestinya dalam setiap detiknya kesempatan ini bisa kita
manfaatkan untuk kebaikan, meningkatkan jumlah amal shaleh dan mohon
terampuninya segala dosa.
Jamaah Jum’at Rohimakumullah
Demikian khotbah yang dapat saya
sampaikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan hidayahnya kepada kita sekalian,
sehingga kita betul-betul menjadi seorang mukmin yang mau berupaya meningkatkan
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, taqwa yang membawa kita
bahagia di dunia dan di akherat. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar