DUNIA SEBAGAI JALAN
MENUJU AKHERAT
Oleh : Anis Purwanto
Sebagai agama universal, seluruh
ajaran Islam tidak hanya diperuntukkan sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat
manusia saja, akan tetapi meliputi
seluruh mahkluk Allah SWT yang ada di jagat raya ini. Akan tetapi secama
umum cita-cita untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan akherat telah
menjadi tujuan utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia . Namun secara
garis besar, arah visi kehidupan manusia
sebetulnya justru mengarah kepada akhirat, dengan tidak melupakan segi-segi duniawi
yang memang harus kita cari, dan merupakan suatu yang tidak bisa kita
hindari. Dengan demikian , berarti bahwa
ajaran Islam tselah mengajarkan adanya keterkaitan yang utuh, keterkaitan yang
tidak bisa dipisah-pisahkan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Bahkan
kehidupan dunia dapat juga kita anggap sebagai jalan menuju akhirat.
Prinsip yang
terkandung dalam ajaran Islam, sebetulnya telah mewajibkan kita untuk
memanfaatkan secara maksimal segala isi dunia, secara baik dengan tidak
menimbulkan kerusakan, guna memperoleh kesuksesan duniawi secara baik dan
benar. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa segala bentuk kesuksesan duniawi
tersebut haruslah dipertaruhkan untuk kepentingan akhirat. Bagi umat Islam,
dunia dianggap sebagai ladang akhirat. Subur atau gersangnya ladang tergantung
kepada petani yang menggarap. Sebab semakin subur ladangnya maka hasil yang di
panen semakin banyak. Dan sebaliknya apabila “cengkar” maka tidak akan
menghasilkan. Karenanya bagaimana cara pemeliharaan ladang tersebut tergantung
bagaimana cara pengolahan tanah.
Akhirat adalah segala-galanya,
karena akhirat merupakan tempat keabadian terakhir untuk selama-lamanya. Dan
ini sudah menjadi ketetapan Allah dan menjadi salah satu unsur dari rukun iman,
yakni percaya pada hari akhir. Maka sebagai konsekuensi dari pengakuan kita
terhadap kesatuan antara dunia dan akhirat, juga berarti bahwa dalam ajaran
Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan, tidak
mengenal pemisahan antara agama dan semua sektor kehidupan manusia. Pendek
kata, apa yang kita perjuangkan di dunia ini, hanyalah sebagai batu loncatan
menuju akhirat. Jalan yang harus dilalaui untuk mencapai kampung akherat
Dengan
demikian semua kegiatan yang kita lakukan didunia selamanya tidak akan mempunyai
nilai atau ruh selama ajaran agama tidak dilibatkan secara
maksimal. Karena itu sudah menjadi keharusan bagi umat Islam, untuk menyadari
akan nilai-nilai keagamaan. Umat Islam harus berusaha untuk memberikan peluang
seluas-luasnya terhadap peran agama untuk bisa semakin memiliki arti bagi
kehidupan duniawi. Bukan hanya sekedar kekuatan moral yang terus menerus
dibenturkan pada aturan-aturan duniawi yang justru tidak Islami. Selain itu
kita harus bisa memahami, bahwa perkembangan sarana informasi yang semakin
pesat akhir-akhir ini nampaknya semakin memberi peluang bagi bergulirnya
ide-ide pemisahan antara urusan dunia dan urusan akherat, yang dalam prakteknya
selalu menuntut dihilangkannya sama sekali peranan agama dalam berbagai bidang
kehidupan.
Secara lebih halus dikatakan, bahwa
agama terlalu suci untuk dicampuradukkan kedalam aturan-aturan duniawi.
Pernyataan ini jelas merupakan cemoohan halus, bahwa agama telah identik dengan
suatu sistem aturan yang sudah kolot dan usang serta ketinggalan jaman.
Anehnya, masih banyak umat Islam yang terjebak dengan pola pikir yang demikian
ini. Sebagian umat Islam masih menganggap pemikiran seperti itulah yang tepat
untuk membawa kemajuan umat Islam. Yang berarti di satu sisi percaya kepada
Allah, tetapi disisi lain tidak percaya kepada hukum-hukum Allah dalam mengatur
kehidupan mahkluknya.
Gagasan-gagasan
yang berupaya untuk memersempit ajaran Islam menjadi ajaran akhirat semata-mata
adalah suatu yang sangat membahayakan kepada kebesaran agama Islam itu sendiri.
Akibat yang paling ringan adalah akan terjadi desakralisasi Islam, dimana
ajaran Islam hanya semata-mata berfungsi sebagai hiburan. Hanya akan dibutuhkan
disaat seseorang mengalami kebingungan. Sehingga seorang muslim akan bisa
dilihat kemuslimannya saat berada didalam masjid, sedangkan di saat berada
diluar masjid sudah mengalami kesulitan untuk dilihat ciri-ciri kemuslimannya.
Bahkan ada sementara umat Islam yang lebih bangga manakala memakai
aturan-aturan moral yang diambil dari budaya luar yang kering akan ajaran Islam
, yang memang menghendaki pemisahan ajaran dunia dan ajaran akhirat. Jika
demikian, maka berhasillah golongan jahiliyah modern dalam berupaya menaklukkan
umat Islam dengan keberhasilannya dalam
menggembosi ajaran Islam menjadi ajaran spiritual semata. Bukan lagi sebagai
pedoman hidup umat Islam yang harus menjadi pegangan kuat. Agama Islam bulan
lagi sebagai tuntunan, melainkan hanya sebatas tontonan, yang hanya diperlukan
saat merasa haus terhadap hiburan.
Menurut
Islam, bahwa tegaknya kehidupan dunia haruslah diatas keyakinan yang kuat
terhadap dampak positif bagi kelangsungan hidup di akhirat. Sehebat apapun
kesuksesan duniawi, tidak akan ada artinya jika tidak ada dampok positipnya
bagi kehidupan akhirat. Karena itulah menjadi tanggung jawab umat Islam untuk
membangun kehidupan dunia ini menjadi suatu sistem yang memuluskan jalan untuk
menuju akhirat, bukan lagi menjadi suatu sistem yang justru menyulitkan ummat
Islam dalam meraih kebahagiaan akhirat. Barang kali perlu kita ingat, bahwa
tegaknya Islam secara sempurna dan cepat pada masa Rasulullah, adalah setelah
dibangunnya sistem aturan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Maka bagi kita
umat Islam, tidak ada yang lebih layak
untuk dipakai sebagai kiblat hidup, kecuali dari masyarakat yang berada dibawah
kepemimpinan Rasulullah SAW secara langsung. Sebagai umat Islam seharusnya
hanya ajaran Islam yang djadikan tolak ukur kebenaran. Sebab, yang mengatur
hidup kita hanyalah Allah, yang menentukan tinggi rendahnya derajat hidup kita
di dunia dan diakhirat hanya Allah, maka tidak ada aturan yang lebih hebat
selain aturan Allah SWT. Sehebat apapun karya seseorang, tetap tidak akan bisa
dianggap positip bila bertentangan dengan hukum-hukum Allah SWT.
Jika kita mau mencermati universalitas
agama Islam, maka kita akan dengan mudah untuk menangkap suatu mutiara
pelajaran tentang hakekat hidup manusia, yang
diantara lain :
Pertama: Bahwa
hakekat hidup didunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Ini
mengandung arti bahwa pada setiap jengkal hidupnya, seluruh bentuk aktifitas
hidup manusia haruslah berorientasi dan bernilai ibadah. Karena sesungguhnya
itulah tujuan Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini. :
وَمَا خَلَقۡتُ
ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦)
”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah
kepada-Nya”. (QS. Ad-Dzariyat : 56 )
Namun
demikian, hakekat hidup manusia agar ia selalu beribadah kepada Allah SWT, pada
saat sekarang ini nampaknya mulai tidak dipandang penting oleh sebagian dari
umat manusia, karena sebagian dari kita mulai menitik beratkan dan mementingkan aktifitas yang berkenaan dengan
duniawiyah, dan mengesampingkan bahkan memandang enteng urusan yang bersifat
ukhrawiyah. Pelaksanaan ibadah hanya apabila benar-benar “longgar” tidak ada pekerjaan, akan tetapi bila ia sibuk bekerja
ibadahpun ditinggalkan. Mencari “pangupo jiwo” lebih penting, dari pada
berlama-lama di Masjid. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kepada kita
sekalian agar jangan sampai terlena terhadap buaian duniawiyah, yang dapat
melupakan tugas-tugas keakhiratan.
Kedua
: Bahwa hakekat hidup didunia ini ini
adalah untuk mengembangkan potensi dirinya. Agar mereka dapat mengemban amanat
kekhalifahan di muka bumi yang dipercayakan Allah kepada kita. Demi mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia, sesuai peran kita masing-masing.
وَإِذۡ قَالَ
رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aku
akan menjadikan seseorang khalifah di muka bumi”. (QS Al Baqarah : 30 )
Pesan-pesan
Al-Qur’an, mengandung suatu makna bahwa hendaknya kita mampu memanfaatkan
potensi diri serta potensi kekayaan alam untuk tujuan-tujuan kemaslahatan dan
kemakmuran manusia seluruhnya. Khususnya didalam mengeksploitasi kekayaan alam,
Allah sangat membenci segala bentuk eksploitasi kekayaan alam yang hanya
dimanfaatkan oleh sekelompok tertentu atau untuk golongan tertentu. Apalagi
dengan dalih menjalankan fungsi kekalifahan, mereka mengekploitasi potensi alam
dengan sangat rakus, mengeruk kekayaan alam dengan semena-mena dan sangat
dholim, sehingga akhirnya potensi alam kita menjadi hancur, yang pada
gilirannya sangat murugikan kemaslahatan hidup, mendatangkan bencana dan
musibah yang melanda umat manusia . Kita masih ingat, bagaimana eksploitasi
hutan kita yang sangat berlebihan, penebangan liar dan lain-lain, yang menyebabkan banjir, tanah longsor diberbagai
daerah di Indonesia.
Selain itu sebagian saudara kita juga masih di hadapkan dengan banjir lumpur di
daerah Sidoarjo, akibat eksploitasi yang salah terhadap kekayaan alam kita.
Yang akibatnya sangat merugikan terhadap kemaslahatan umat manusia.
Sesungguhnya
umat manusia saat ini perlu instrospeksi dan
bercermin diri , bahwa banyaknya musibah dan bencana alam, banyaknya
peristiwa alam yang memakan banyak korban, pada hakekatnya adalah akibat ulah
tangan manusia yang kelewat batas dalam mengelola kekayaan alam ini :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ
فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ
ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)
“Telah nampak kerusakan didaratan dan
dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Maka Allah menimpakan azab
kepada mereka sebagai akibat dari perbuatannya, agar mereka mau kembali ke
jalan yang benar”. (QS. Ar-Rum : 41 )
Ketiga
: Bahwa hakekat hidup manusia didunia ini adalah untuk berjuang demi tegaknya
sendi-sendi amar makruf nahi mungkar, dalam komunitas kehidupan manusia, sesuai
dengan kemampuan dan potensi diri kita msing-masing. Karena berjuang demi
tegaknya amar makruf nahi mungkar, merupakan prasyarat tegaknya nilai-nilai
kebajikan , kebenaran, serta nilai keadilan dan terjaminnya rasa aman serta
damai dalam kehidupan umat manusia, yang pada gilirannya akan dapat mengurangi
terjadinya bentuk-bentuk kemungkaran. Berjuang demi tegaknya amar makruf
nahi mungkar, memang merupakan misi pokok yang harus diemban oleh segenap kita
umat manusia. Karena hakekatnya kita tidak akan mampu meraih sesuatu martabat dan prestasi yang
mulia sebagai khaira ummah, apabila potensi amar makruf nahi mungkar yang kita
miliki tidak dilaksanakan dengan baik. “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah”.
Disamping
itu keberuntungan dan kemuliaan hidup kita baru akan dapat diraih , manakala
kita mampu mengaktualisasikan secara baik misi amar makruf nahi mungkar
ditengah-tengah kehidupan, sehingga kehidupan kita lebih bermanfaat, lebih
bermartabat karena diwarnai oleh nilai-nilai kebajikan, serta terhindar dari
bentuk-bentuk kemungkaran dan kedzaliman.
Semoga kita terhindar dari segala
bencana dan kerugian akibat dari eksploitasi diri dan kekayaan alam kita yang
berelebihan, hanya berdalih memenuhi kehidupan duniawiyah semata, dan sengaja
meninggalkan kehidupan yang bersifat ukhrawiyah. Karena sesungguhnya dunia
adalah ladang akhirat, jalan menuju kampung akhirat. Kebahagiaan di dunia
memang perlu dan harus kita capai akan tetapi keselamatan di akhirat bagi umat
Islam adalah segala-galanya. Sehingga kedua-duanya bisa tercapai “bahagia di
dunia dan akhirat”. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar