KHUTBAH JUM’AT
DUNIA DAN AKHIRAT SEBAGAI SATU KESATUAN
Oleh : ANIS PURWANTO
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah
rokhimakumullah.
Marilah
kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan
kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang
datang dari Allah SWT. Dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara
istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, secara
konsisten dan konsekuwen. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh
seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan
salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah
rokhimakumullah.
Sebagai agama universal, rahmat
Islam tidak hanya diperuntukkan sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat
manusia saja, akan tetapi meliputi seluruh mahkluk Allah SWT yang ada di jagat
raya ini. Dan , secara umum cita-cita untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat telah menjadi tujuan utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia.
Namun secara garis besar, arah visi kehidupan manusia sebetulnya justru
mengarah kepada akhirat.
Dengan demikian, berarti bahwa
ajaran Islam telah mengajarkan adanya keterkaitan yang utuh, keterkaitan yang
tidak bisa dipisah-pisahkan antara dunia dan urusan akhirat. Sebagaimana firman
Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qosos ayat 77 :
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ
ءَاتَٮٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ
وَأَحۡسِن ڪَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِى
ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ (٧٧)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah melupakan
kebahagiaan dari (kenikmatan) dunia. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”.
Secara garis besar ayat tersebut
merupakan suatu perintah untuk mengarahkan pola fikir kita kepada akhirat,
dengan tidak melupakan segi-segi duniawi yang memang harus kita cari, dan
merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Tetapi bagi umat Islam,
akhirat adalah segala-galanya.
وَلَلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬
لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ (٤)
“Dan sesungguhnya akhir itu telah baik bagimu
dari permulaan”.
Akan
tetapi, prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam, sebetulnya telah mewajibkan
kita untuk memanfaatkan secara maksimal segala isi dunia, secara baik
dengan tidak menimbulkan kerusakan, guna memperoleh kesuksesan duniawi, secara
baik dan benar. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa segala bentuk kesuksesan
duniawi tersebut haruslah dipertaruhkan untuk kepentingan akhirat. Bagi umat
Islam, dunia dianggap ladang akhirat. Subur atau gersangnya ladang tergantung
kepada petani yang menggarap. Sebab semakin subur ladangnya maka hasil yang di
panen semakin banyak. Dan sebaliknya apabila cengkar maka tidak akan
menghasilkan.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah
rokhimakumullah.
Akhirat adalah segala-galanya,
karena akhirat merupakan tempat keabadian terakhir untuk selama-lamanya. Dan
ini sudah menjadi ketetapan Allah dan menjadi salah satu unsur dari rukun iman,
yakni percaya kepada hari akhir. Sebagai konsekuensi dari pengakuan kita
terhadap adanya kehidupan akhirat, maka berarti
adanya kesatuan erat antara dunia dan akhirat, juga berarti bahwa ajaran Islam
tidak mengenal pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan, tidak mengenal
pemisahan antara agama dan semua sektor kehidupan manusia. Pendek kata, apa
yang kita perjuangkan di dunia ini, hanyalah sebagai batu loncatan menuju
akhirat. Jalan yang harus dilalui untuk mencapai kampung akhirat.
Dengan
demikian semua kegiatan yang kita lakukan didunia selamanya tidak akan
mempunyai nilai atau ruh selama ajaran agama tidak dilibatkan. Karena itu sudah
menjadi keharusan bagi umat Islam, untuk menyadari akan nilai-nilai keagamaan.
Umat Islam harus berusaha untuk memberikan peluang seluas-luasnya terhadap
peran agama, untuk bisa semakin memiliki
arti bagi kehidupan duniawi.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Bahwa tegaknya kehidupan dunia
diatas keyakinan yang kuat terhadap dampak positip bagi kelangsungan hidup di
akhirat. Sehebat apapun kesuksesan duniawi, tidak akan ada artinya jika tidak
ada dampak positipnya bagi kehidupan akhirat. Karena itulah menjadi tanggung
jawab umat Islam untuk membangun kehidupan dunia ini menjadi suatu system yang
memuluskan jalan untuk menuju akhirat, bukan lagi menjadi system yang justru
menyulitkan umat Islam dalam meraih kebahagiaan akhirat. Barang kali perlu kita
ingat, bahwa tegaknya Islam secara sempurna pada masa Rasulullah, adalah
setelah dibangunnya sistem aturan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Maka
bagi umat Islam, tidak ada yang lebih layak untuk dipakai sebagai kiblat hidup,
kecuali model masyarakat yang berada dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW secara
langsung.
Karena itu, untuk lebih memudahkan
jalan kita menuju akhirat, maka perlu kita cermati pesan-pesan suci yang
terdapat dalam Al-Qur’an tentang hakekat hidup manusia, yang antara lain :
Pertama, bahwa hakekat
manusia didunia ini adalah beribadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا
لِيَعۡبُدُونِ (٥٦)
“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk menyembah kepada-Nya”.
Hal
ini mengandung arti bahwa pada setiap jengkal hidupnya, seluruh bentuk
aktifitas hidup manusia haruslah berorientasi dan bernilai ibadah. Namun
demikian, hakekat hidup manusia agar ia selalu beribadah kepada Allah SWT, pada
saat sekarang ini nampaknya mulai tidak dipandang penting oleh sebagian dari
umat manusia, karena sebagian dari kita mulai menitik beratkan dan mementingkan
aktifitas yang berkenaan dengan kemewahan duniawiyah, dan mulai menomerduakan
urusan yang bersifat uhkrawiyah.
Kedua, bahwa hakekat hidup didunia ini adalah untuk mengembangkan
potensi diri. Agar dapat mengemban amanat kekalifahan di muka bumi yang
dipercayakan Allah kepada kita. Demi mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
umat manusia, sesuai peran kita masing-masing. Hal ini seperti yang ditegaskan
dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 30 :
ø وَإِذۡ
قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat; Sesungguhnya Aku akan menjadikan seseorang khalifah
di muka bumi”.
Hal
ini mengandung makna bahwa hendaknya kita mampu memanfaatkan potensi diri serta
potensi kekayaan alam untuk tujuan kemaslahatan dan kemakmuran manusia
seluruhnya. Khusus didalam mengeksploitasi kekayaan alam, Allah sangat membenci
segala bentuk eksploitasi kekayaan alam yang hanya dimanfaatkan oleh sekelompok
tertentu atau untuk golongan tertentu.
Apalagi dengan dalih menjalankan fungsi kekalifahan, mereka mengeksploitas
potensi alam dengan sangat rakus, mengeruk kekayaan alam dengan semena-mena dan
sangat dholim, sehingga akhirnya potensi alam kita menjadi hancur, yang pada
gilirannya sangat merugikan kemaslahatan hidup, mendatangkan bencana dan
musibah dimana-mana.
Sesungguhnya
umat manusia sekarang ini perlu instrospeksi dan bercermin diri, bahwa
banyaknya musibah dan bencana alam seperti sekarang ini, yang memakan banyak
korban, pada hakekatnya adalah akibat ulah tangan manusia yang kelewat batas
dalam mengelola kekayaan alam ini. Allah telah mengingatkan kita dalam
firmannya yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 41 :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى
ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ
ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)
“Telah nampak kerusakan
didarat dan dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Maka Allah
menimpakan azab mereka sebagai akibat dari perbuatannya, agar mereka mau
kembali ke jalan yang benar”.
Ketiga,
bahwa hakekat hidup manusia didunia ini adalah untuk berjuang demi tegaknya
sendi-sendi amar makruf nahi mungkar. Sesuai dengan kemampuan dan potensi diri
kita masing-masing. Karena berjuang demi
tegaknya amar makruf nahi mungkar, merupakan prasyarat tegaknya
nilai-nilai kebajikan serta terjaminnya rasa aman dalam kehidupan umat manusia, yang pada gilirannya akan dapat mengurangi
terjadinya bentuk-bentuk kemungkaran. Berjuang demi tegaknya amar makruf nahi
mungkar, memang merupakan misi pokok yang harus diemban oleh umat manusia.
Karena hakekatnya kita tidak akan mampu meraih sesuatu martabat dan prestasi
yang mulia, apabila potensi amar makruf nahi mungkar yang kita miliki tidak
dilaksanakan dengan baik.
Demikian
khotbah siang hari ini, sekali lagi semoga kita terhindar dari segala bencana
dan kerugian akibat eksploitasi diri dan kekayaan alam kita yang berlebihan,
hanya berdalih memenuhi kehidupan duniawiyah semata, dan sengaja meninggalkan
kehidupan yang bersifat uhkrawiyah. Karena sesungguhnya dunia adalah ladang
akhirat, jalan menuju kampung akhirat. Kebahagiaan di dunia memang perlu dan
harus kita capai, akan tetapi keselamatan di akhirat bagi umat Islam adalah
segala-galanya. Sehingga kedua-duanya bisa tercapai bahagia di dunia dan di
akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar