EFEKTIVITAS
METHODE DAKWAH
Oleh : Anis
Purwanto
Methode
dakwah Islam memang sangat wajar apabila dipersoalkan. Mengapa ? Karena, banyak
kasus dan dari banyak fakta dakwah, kita melihat tanda-tanda betapa “maslahatul
ummat” (jamaah) tidak merupakan suatu yang obyektif atau dengan kata lain belum
mampu diwujudkan oleh gerakan dakwah (da’i).
Ungkapan
diatas merupakan salah satu problematika dakwah dari sisi pelaksana dakwah
(da’i), dimana sebagian aktivitas dakwah belum mampu menterjemahkan persoalan
yang dihadapai umat secara rinci, untuk
kemudian dicari jalan keluarnya dalam dalam kontek dakwah (Islam). Ungkapan itu
tidak bermaksud mencemoohkan para da’I. Sebab betapaun rendahnya kualitas
seorang da’I, umumnya umat Islam (obyek dakwah) menyadari bahwa ia (da’i) tetap
merupakan figure sentral dari gerakan dakwah. Da’I merupakan “agent of change”,
juga sebagai leader atau pemimpin bahkan “sayyidul qaum”. Da’I merupakan unsure
yang dominan dalam usaha pelaksanaan dakwah, bahkan lebih dari itu ia merupakan
pemegang kunci yang terpenting terhadap sukses atau tidaknya pelaksanaan
dakwah. Sedang gerakan dakwah Islam, adalah gerakan yang dapat merubah segala
bentuk kehidupan jahiliyah (kendatipun di abad modern), baik dalam persoalan
adat, gagasan, system social, perundangan serta masih banyak lagi
masalah-masalah umatiyah.
Melihat
persoalan umat yang semakin komplek tadi, dakwah sebagai tindakan yang
direncanakan amat dirasakan betapa pentingnya menggali kembali system dakwah
yang selama ini telah dipedomani oleh aktivis dakwah. Sebab pesatnya perubahan
social dewasa ini, disatu fihak telah membawa efek positif bagi kehidupan
keagamaan dan dilain fihak berekses negatif bagi eksistensi dakwah Islam.
Ketika arus perubahan social ini berjalan tanpa keseimbangan, antara aspek
material dan aspekspiritual, maka justru etos dakwah Islam semakin melembek,
yang akibatnya dakwah Islam yang seharusnya menjadi penyangga tata kehidupan
Islam menjadi kabur eksistensinya.
Sistem
dakwah yang sering terabaikan dalam proses pelaksanaan dakwah adalah segi
method, sehingga gerakan dakwah Islam dalam arti luas berjalan kurang
metodologis. Bahkan penelitihan tentang dakwah dari aspek method ini (khususnya
para da’i) masih sangat langka. Hal ini mengakibatkan gerakan dakwah kurang
mencapai sasaran.
Dalam
setiap usaha pelaksanaan dakwah diperlukan tata method dakwah yang baik dan
efektif, dengan segala kebijakan dan sesuai dengan kemampuan penerima dakwah.
Sebab, method merupakan unsur yang paling dominan terhadap keberhasilan
kegiatan dakwah. Fungsi method dakwah merupakan alat untuk mempermudah
pencapaian tujuan. Sehingga methode yang akan memimpin dan menunjukkan arah
gerak laju dakwah dari awal hingga akhir pencapaian tersebut. Bahkan, method
yang kurang tepat walaupun sarana penunjang lainnya baik, akan membawa hasil
yang kurang mencapai sasaran. Untuk menentukan cara yang tepat tergantung pada
perencanaan yang dibuat, yaitu rencana untuk menghasilkan method yang efektif.
Hal ini berarti mempertimbangkan keadaan, waktu dan tempat obyek dakwah.
Restrukturisasi Methode.
Bila sang da’I menyadari betapa
pentingnya peranan method dalam proses pelaksanaan dakwah, maka persoalan
dakwah akan menjadi jelas jalan pemecahannya. Akan tetapi realita dakwah Islam
dewasa ini, khususnya dikalangan masyarakat pedesaan mulai ditandai oleh
ketidaksadaran para da’I didalam pelaksanaan gerakan dakwah secara metodologis,
terutama didalam menentukan benang merah ditengah kewajiban mereka. Lantaran,
surat Ali Imran ayat 110, menegaskan “Kamu adalah umat yang paling baik, yang
dilahirkan bagi manusia. Kamu menyuruh melakukan yang benar dan melarang yang
mungkar, dan kamu beriman kep[ada Allah”, maka sudah sewajarnya jika umat yang
dimaksud didalam ayat tersebut (da’i) mulai mempersoalkan dakwah Islam.
Mempersoalkan dalam hal ini, bukan mempersoalkan ajaran Islam, akan tetapi
melakukan restrukturisasi atas method-methode dakwah yang dipergunakan,
disamping beberapa factor lain yang mempengaruhi kesuksesannya, dengan
pemahaman yang mendalam terhadap kata “hikmah” didalam surat An Nahl ayat 125,
yang memberikan pedoman bagaimana cara pelaksanaan dakwah yang dikehendaki oleh
Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. Sebab, petunjuk inipun masih
sangat global dan masih perlu dijabarkan serta disesuaikan dengan keadaan obyek
dakwah sekarang ini.
Dalam
kontek itulah maka hubungan yang serasi antara subyek dakwah dengan obyek
dakwah memang sangat mutlak demi terwujudnya tujuan dakwah yang diharapkan. Hal
ini berarti bahwa subyek dakwah (da’I) dituntut untuk benar-benar menguasai
methode dakwah, apalagi dengan pesatnya arus informasi serta peralatannya yang
serba canggih, sudah saatnya segera memanfaatkannya, dan sudah selayaknya
apabila kemudian timbul persoalan baru didalam persesuaiannya dengan methode
dakwah. Sebab memang pada dasarnya method dakwah selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan jaman.
Oleh
karena itu selain kemampuan da’I untuk memanfaatkan alat modern secara
effisien, suatu hal yang perlu diperhatikanjuga didalam penggunaan alat
komonikasi massa dalam aktivitas dakwah adalah penyesuaiannya dengan situasi
dan kondisi maupun obyek dakwah itu sendiri. Sebab, tidak semua media dakwah
ada dan dapat dipergunakan pada semua golongan masyarakat, terutama dalam
masyarakat pedesaan.
Efektivitas Methode.
Semakin
kompleknya persoalan yang dihadapi oleh para da’I didalam pelaksanaan dakwah,
justru akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Sebab
dengan begitu, da’I berusaha memotivasi diri dengan banyak melihat, mendengar
dan membaca teori-teori yang berkaitan dengan masalah dakwah. Justru yang
sangat dirasakan perlu mendapat perhatian bersama adalah bagaimana meretas
method dakwah yang benar-benar efektif. Sedang dalam kenyataan di lapangan,
dakwah banyak diwarnai oleh kaifiyah bil-lisan, sehingga hubungan antara da’I
dengan obyek dakwah kurang terjadi umpan balik, yang pada gilirannya
pelaksanaan dakwah hanya bersifat formalitas. Dan tujuan utama dakwah yang
menjadi titik tuju menjadi terkaburkan, kurang sistematis dan keberhasilan
dakwah hanya diukur oleh banyaknya pengunjung ataupun adanya gelaktawa para
pengunjung.
Kalaupun
begitu adanya, bagaimana kaifiyah bil-lisan dengan segala kebaikan dan
kelemahannya ini menjadi penghantar kearah tujuan yang dikehendaki. Maka salah
satu jalan yang dianggap sangat perlu adalah meneliti kembali efektivitas
method tersebut untuk diterapkaan dalam kondisi dakwah sekarang ini, agar
ajaran Islam dapat difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
oleh obyek dakwah. Efektif berarti adanya efek, akibat atau pengaruh dan
kesannya, yaitu terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu
perbuatan.
Secara
umum ukuran efektif suatu method memang masih perlu diperbincangkan kembali,
sebab para da’I mempunyai kecenderungan dan anggapan tersendiri didalam pemilihan
dan penggunaan method dakwah yang efektif. Akan tetapi method yang efektif
paing sedikit harus memenuhi lima unsur pokok, pertama; method tersebut
(dakwah) harus dibawakan dengan cara yang menarik, baik bil-lisan ataupun
bil-hal. Sebab, sesuatu yang disampaikan dengan cara yang menarik mendorong
obyek untuk segeraingin tahu. Kedua; harus dapat difahami dengan mudah oleh
obyek dakwah secara menyeluruh. Ketiga; materi dakwah yang disampaikan harus
disesuaikan dengan keadaan atau keinginan obyek. Terhadap sesuatu yang diingini
seseorang iasanya akan berusaha sekuat perhatian untuk merealisasikan, seperti
halnya pelaksanaan dakwah yang disampaian dengan memperhatikan apa yang menjadi
keinginan atau kebutuhan obyek akan membawa dampak yang sangat diharapkan, baik
dari segi perhatian maupun adanya bekasan. Sehingga untuk yang keempat ini
menyangkut bekasan atau kesan yang mendalam dihati sanubari para obyek dakwah,
yang akhirnya (lima); dapat dilaksanakan oleh obyek dakwah. Sehingga
efektivitas methode dakwah menjadi tumpuan terhadap keberhasilan tujuan dakwah,
yang hal ini berarti dakwah telah mempergunakan prinsip “mencapai sasaran yang
dikehendaki (kwalita maupun kwantita) dengan usaha atau perbuatan (biaya,
tenaga dan waktu) yang minimal.
Tumpuan
pokok dalam masalah ini akan kembali kepada para da’I sebagai penggerak utama
dakwah, mengingat sudah sedemikian kompleknya kehidupan manusia, menuntut para
da’I agar pandai-pandai memasang “stratyegi dakwah”, terutama didalam
mimikirkan dan penggunaan method dakwah. Karena hakekatnya method dakwah adalah
suatu pelayanan, suatu jalan atau alat untuk mencapai tujuan. Sejauhmana
pemahaman para da’I terhadap realita masyarakat yang dihadapi (baik di kota
atau di pedesaan), dan penguasaan dalam penggunaan method secara luas menarik
untuk segera ditinjau kembali. Sebab apa, tidak sedikit para da’I yang sangat
fanatic terhadap satu method yang disenangi dan kurang memperhatikan prinsip
efektivitas, bahkan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan method dakwah dapat
menjadi batu sanding gagalnya gerak aktivitas dakwah itu sendiri. Wallau a’lam.
syukran atas masukanny mengenai artikel efektifitas dakwah..... boleh share beberapa judul buku yg berhubungan?
BalasHapus