DAKWAH ISLAM
DALAM MASYARAKAT KOTA
(Suatu
Tinjauan Pola Interaksi Antar Jama’ah)
Oleh : Anis
Purwanto
Masyarakat sebagai lingkungan atau
sebagai sasaran dakwah senantiasa mengalami dinamika perubahan pola interaksi
yang menuju pada arah tertentu, yang dapat menimbulkan dampak social maupun
fisik. Tata masyarakat yang mapan mengalami perubahan. Semua dasar eksistensi
kemasyarakatan terganggu. Bahkan perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh,
mencakup semua aspek kehidupan, termasuk system kelembagaan Negara, lembaga
social, keluarga. Akhirnya mempengaruhi akar kepribadian sebagai dasar system
eksistensi diri paling fundamental.
Proses transpormasi social budaya
yang terus menerus dalam masyarakat kita ini sering membawa dampak negative,
baik dalam sisi psikologis maupun sosiologis. Kecenderungan masyarakat
perkotaan yang hidup ‘nafsi-nafsi’, menjadi trend dan cap yang hampir pasti.
Dampak yang lebih jauh, manusia merasa seperti kehilangan kasih saying saudara,
hubungankeakraban pribadi sudah hilang di tengah-tengah kebisingan deru kenadaraan
dan mesin-mesin pabrik, serta polusi udara yang menyesakkan dada.
Untuk mewujudkan benang merah Islam,
maka esensi dakwah Islam dalam system sosio cultural adalah memberikan arah
perubahan. Merubah struktur masyarakat dan budaya dari kedhaliman kearah
keadilan, kebodohan kearah kecerdasan, kemiskinan kea rah kemakmuran, serta
perubahan kearah positif lainnya, yang kesemuanya dalam kerangka meningkatkan
derajat manusia, kearah puncak kemanusiaan (taqwa).
Pada dasarnya manusia selalu ingin
berinteraksi antar manusia, antara satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi. Interaksi berarti pula proses komonikasi, yang didalamnya akan
terbentuk pola-pola interaksi antar anggota kelompok. Dalam kaitannya dengan
masyarakat perkotaan yang menonjolkan individualism, materialism dan berpangkal
pada wawasan rasional-empirik. Maka komonikasi yang efektif adalah komonikasi
yang berbentuk ‘bintang lingkarang’ yang menggambarkan tidak adanya orang
pusat, tetapi tiap anggota masyarakat dengan bebas dan langsung dapat saling
berkomonikasi. Sebab dengan interaksi lansung antar anggota masyarakat secara
bebas, dimungkinkan dapat terpupuk rasa solidaritas dan sebagai langkah terapi
dari penyakit individualism.
Karakteristik pokok dari proses
perubahan yang terus menerus di Negara kita ini, membawa implikasi dan dampak
yang sangat luas. Stu sisi arus perubahan demikian cepatnya, di sisi lain
pelaku serta obyek perubahan belum siap. Sehingga disana-sini terjadi
kesenjangan yang terus melebar, baik yang bersifat idiologis sampai kepada
hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang akibatnya sebagai
kelompok masyarakat tidak mampu berkomonikasi dalam system interaksi social.
Sehingga mereka terpinggirkan dan seakan menjadi masyarakat asing di kotanya.
Sebab ikatan social tradisional digantikan peranannya oleh hubungan-hubungan
yang didasarkan kepada rasional, empiric, legal dan kontraktual.
Agar Islam sebagai konsep hidup
universal yang dating dari Allah SWT, harus direalisir pada dataran kenyataan
hidup bermasyarakat. Dalam proses aktualisasi ajarannya, dihadapkan dengan
berbagai masalah yang kompleks, menyangkut aspek kehidupan manusia (sasaran
dakwah). Dinamika masyarakat yang selalu berubah tersebut, menurut kreativitas
para pelaku dakwah, sehingga kedinamisan ajaran Islam dapat terwujud.
Dalam masyarakat perkotaan, dimana
faham individualis yang materialism lebih dominan disbanding pola social
tradisional, sehingga membelenggu kehidupan masyarakat tanpa memperhatikan
akidah yang seharusnya dimiliki dan tertanam kuat dalam hati setiap individu,
makin mempertinggi jurang pemisah antara kelompok kaya dan miskin. Hal ini
tidak dapat dipungkiri, sebab system kapitalisme memang menanamkan faham
demikian. Dan disadari atau tidak, masyarakat Islam akan juga terpengaruh atau
terbawa arus pada kehidupan masyarakat tersebut ‘perlahan tapi pasti’. Oleh
karenanya Islam dating dengan seperangkat konsep keselarasan/keseimbangan.
Manusia sebagai kalifah Allah di bumi mendapat tugas mengolah potensi alam
dengan akal dan pikirannya untuk kesejahteraan hidup. Keseimbangan yang
diharapkan adalah tidak mengesampingkan kebutuhan uhrowi, disamping
mengembangkan akal budi.
Konsekuensi logis yang dipikul
manusia selama berkiprah sebagai khalifah Allah di muka bumi, dituntut adanya
pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Tiap-tiap individu bertanggung jawab atas hasil kerja yang dilakukannya. Kaitannya
dengan masyarakat Islam menghendaki keutuhan kelompok. Dengan demikian maka
setiap warga masyarakat wajib menjaga dan melestarikan hubungan natar sesame
anggota masyarakat.
Khususnya dalam masyarakat perkotaan,
dimana tiap individu kurang memperhatikan hubungan kelompok dan lebih
memikirkan hubungan yang saling menguntungkan. Maka para pelaku dakwah perlu
mengadakan perombakan dan pemurnian akidah secara total, dengan menemukan suatu
bentuk interaksi antar jamaah yang tepat, didalam mempertahankan akidah,
moralitas serta ukhuwah Islamiyah didalam masyarakat kota.
Maka dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa interaksi yang efektif dapat digunakan disini adalah
komonikasi yang memberikan kebebasan hubungan dan kontak langsung antar sesame
jamaah, dengan sendirinya akan tercermin keutuhan kelompok masyarakat yang
Islami. Hasil yang dapat dirasakan lebih jauh, Islam dapat memberikan rasa aman
dalam pribadi masyarakat. Hal ini juga merupakan realisasi iman yang telah
meresap pada diri pribadi. Dengan demikian perintah Allah kepada manusia
sebagai mahkluk social untuk selalu menciptakan hubungan kekeluargaan pada
setiap strata kehidupan tetap terjaga. Di lain pihak tanggung jawab moral dan
ikatan social jamaah utuh. Hal tersebut dapat diwujudkan, misalnya
ditengah-tengah kesibukan individu dapat dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk
mendalami Islam, kelompok yasinan, kajian tasawuf, memperbanyak dzikir dan
berdoa kepada Allah SWT, merenungkan kembali fitrah manusia, barang kali lebih
efektif disbanding dengan mengadakan seminar tentang Islam dengan biaya yang
sangat mahal, tapi hasilnya hanya ditumpuk di meja kerjanya.
Inilah sekelumit dakwah Islam dalam masyarakat
kota, yang ditinjau dari pola interaksi antar jamaah, dengan jalan perlu
diciptakannya bentuk interaksi yang bebas dan langsung, dimana setiap anggota
masyarakat dapat saling mempengaruhi dan saling menguntungkan kea rah perubahan
yang lebih positif. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar