MENJAGA AMANAH
Ed : Anis Purwanto
Saudara
pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
Marilah kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga
sampai saat ini pengakuan kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu
mengakui kebenaran yang datang dari Allah SWT. Sebab dengan mengakui kebenaran
dari Allah SWT secara istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh
untuk selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya, secara konsisten dan konsekuwen. Dengan demikian
diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia
dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam suasana yang sangat membahagiakan seperti saat ini,
saudara, sudah sepantasnya apabila kedamaian hati kita sepenuhnya tertuju
kehadirat Allah SWT, sembari bermunajat kepada-Nya, kita manfaatkan acara
Mimbar Agama Islam ini sebagai sarana untuk dapat lebih meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Sikap dan prilaku taqwa itu hendaknya kita
realisasikan dengan cara yang sadar melakukan segala yang diperintahkan Allah
SWT dan Rasulullah SAW. Sekaligus dalam diri kita ada kemauan keras dan iktikat
baik untuk meninggalkan segala bentuk larangan Allah SWT, walau dalam bentuk
sekecil apapun. Dengan suatu harapan, apa yang kita lakukan ini akan
mengantarkan diri kita untuk memperoleh ridlo-Nya kelak, baik ketika hidup di
dunia maupun keridloaan kelak, kita di akhirat.
Saudara
pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
Diantara bentuk ketaqwaan seseorang
hamba kepada Allah SWT adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang
dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah SWT,
seperti shalat, membayar zakat, haji dan lain-lain, maupun yang berkaitan
dengan kewajiban kepada sesama manusia. Karenanya, perlu kita ketahui bahwa
sebenarnya amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh
setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun semua akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, nanti atas pelaksanaan amanah yang
kita pikul. Saudara pendengar,
perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang
dilakukan semudah membalikkan tangan. Oleh karena itu, kajian kita dalam Mimbar
Agama Islam kali ini akan kita fokuskan kepada bagaimana menjaga amanah yang
sebetulnya. Sebab nyatanya Allah telah menjelaskan tentang betapa beratnya
amanah yang dipikulkan kepada kita para manusia. Sebagaimana telah dilangsir
oleh Allah dalan Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72 : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir kan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh”.
Di dalam ayat tersebut kita ketahui,
bahwa amanah ini sebenarnya telah ditawarkan kepada alam semesta, kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka semua takut memanggulnya dan
enggan menerimanya karena takut dengan azab Allah SWT, karena mereka menyadari
betapa beratnya menjalankan amanah tersebut. Sehingga mereka khawatir akan
menyelisihi amanah . hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih
untuk menerima amanah tersebut.
Sesungguhnya amanat tersebut adalah
beban syariat yang mengcakup hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. Siapa yang
menunaikannya, maka dia mendapat pahala dan barang siapa yang
menyia-nyiakannya, maka ia mendapatkan siksa. Berkenaan tentang menjaga amanah
ini, terbagi menjadi 3 tipologi manusia :
- Kelompok
pertama adalah orang-orang yang menampakkan dirinya seolah-olah menjalankan
amanah. Yaitu dengan menampakkan keimanannya namun sesungguhnya mereka tidak
beriman. Mereka itulah yang disebut golongan orang-orang munafik.
- Kelompok
kedua, adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menyelisihi amanah
tersebut. Yaitu mereka tidak mau beriman baik secara lahir maupun batin. Mereka
adalah golongan orang-orang kafir dan
musyikin.
- Kelompok
ketiga, adalah orang-orang yang menjaga amanah yaitu golongan orang-orang yang
beriman baik secara lahir maupun batin.
Dua golongan yakni orang-orang munafik dan musyikin akan
diadzab dengan adzab yang sangat pedih. Sedangkan golongn orang-orang yang
beriman, merekalah orang-orang yang akan
mendapatkan ampunan serta rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana disebutkan didalam
Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 73 : “Sehingga
Allah mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.
Siapa yang memiliki kesempurnaan
sifat amanah, maka ia telah menyempurnakan agamanya, dan siapa yang tidak
memilikinya, maka ia telah membuang agamanya. Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak
memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menjaga janjinya”.
(HR Imam Ahmad).
Saudara
pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
Perlu diingat, bahwa menyia-nyiakan
dan tidak menunaikan amanah, memiliki implikasi buruk pada keadaan seseorang
dan dapat menjadi sebab kerusakan di masyarakat. Oleh karena itu, marilah
bertawakal kepada Allah SWT, untuk menjaga amanah dan menunaikan hak-hak dan kewajiban sebagai
seorang hamba serta berupaya sekuat
kemampuan untuk meninggalkan larangan Allah SWT. “Sesungguhnya Allah
memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya”.(QS An Nisa’:58)
Sedangkan cara untuk menjaga amanah
ini, adalah dengan kita senantiasa menginginkan agar orang lain mendapatkan
kebaikan sebagaimana kita menginginkan kebaikan itu pada diri kita. Sebab
seseorang yang bermuamalah dengan orang lain, mestinys melihat dan bercermin
pada dirinya. Misalnya dalam hal jual beli, sewa menyewa, sebagai seorang
karyawan, seorang pegawai dan lain-lain,
dia tidak ingin memperlakukan kewajibannya dengan tidak baik, sebagaimana dia
tidak ingin perlakuan tersebut menimpa dirinya. Seorang yang menjual barang,
misalnya dia harus menjualnya dengan menjaga amanah. Termasuk dari menjaga
amanah adalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seorang pengajar, misalnya ia
harus berusaha menjaga amanah yang dipikulnya. Dia harus perusaha untuk menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya.
Ia berupaya menyampaikan ilmu yang bermanfaat dengan cara mudah dipahami oleh
anak didiknya.
Saudara
pendengar Mimbar Agama Islam yang dirahmati oleh Allah SWT.
Termasuk menjaga amanah adalah yang
berkaitan dengan tanggung jawab terhadap orang-orang yang berada dibawah
kekuasaan dan pemeliharaannya. Semakin banyak atau semakin luas lingkup
kekuasaannya maka semakin besar tanggung jawabnya. Seorang kepala desa tanggung
jawabnya lebih besar dari pada seorang kepala dusun, dan seterusnya sampai
seorang presiden, sebagai kepala pemerintah dalam suatu Negara, maka tanggung
jawabnya adalah meliputi seluruh Negara. Begitu pula seorang suami bertanggung
jawab ats keluarganya dan seterusnya.
Sudah semestinya bagi pemimpin rumah
tangga untuk memelihara keluarganya dari hal-hal yang membahayakan mereka, baik
urusan dunia apalagi akhiratnya. Terlebih pada saat kerusakan dan kemaksiatan
tersebat dimana-mana. Sebagaimana setiap orang tentu akan berusaha menjaga
hartanya ketika dia mendengar bahwa pencurian dan semisalnya tengah merajalela.
Namun sebetulnya, menjaga keluarga dan anak-anaknya dari kerusakan yang ada
disekitarnya semestinya lebih diutamakan dari menjaga harta. Karena melalaikan
kewajiban ini akan menyebabkan munculnya generasi mendatang yang akan berbuat
kerusakan di muka bumi ini. Juga karena setiap orang tua tentunya tidak
menginginkan dirinya masuk ke dalam surge sementara anak-anaknya di adzab di
api neraka. Oleh karena itu, semestinya kita berusaha menjaga amanah ini,
sehingga mudah-mudahan Allah SWT menyelamatkan kita semua dan keluarga kita
dari siksa api neraka.
Sedangkan Muhammad Abduh, membagi
tingkatan amanah menjadi tiga yaitu :
1. Amanah
hamba kepada Allah, yaitu menepati janji mereka untuk menaati semua perintah
Allah dan meninggalkan laranganNya. Seorang hamba, yang amanah kepada Sang
Khaliq, akan menggunakan hati nurani dan anggota tubuhnya untuk hal-hal yang
bermanfaat baginya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, baginya, maksiat
dan dosa adalah pengkhianatan terhadap Allah SWT.
2. Amanah
hamba kepada sesamanya, yaitu, menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikan
kepada yang berhak menerima. Orang yang dititipi barang atau pinjaman wajib
menyerahkan kembali kepada pemiliknya dalam keadaan seperti semula. Bahkan pada
sat ia diamanati sesuatu rahasia maka wajib menjaga rahasia itu dari kebocoran.
Amanah semacam ini juga, menurut Imam A-Razi. Mencakup kejujuran para penguasa
dan ulama dalam membimbing masyarakat.
3. Amanah
hamba kepada dirinya sendiri. Allah SWT membekali manusia dengan anugerah akal
untuk membedakan antara yang hak dan yang batil. Oleh sebab itulah manusia
menjadi mahkluk Allah yang paling mulia. Ia tidak boleh memilih sesuatu untuk
dirinya, kecuali yang paling bermanfaat menurut agama serta kemanfaatan dunia.
Saudara pendengar, termasuk juga bersifat amanah adalah
orang yang menjaga dirinya dari sebab-sebab kematian yang ditimbulkan oleh
penyakit ataupun bencana alam. Kehidupan ini adalah amanah yang Allah titiipkan
kepada kita agar kita merawatnya dengan sebaik mungkin. Sebab lalai dalam
menyikapi nikmat sama artinya mengkhianati amanah llah SWT. Pengaruh kualitas
amanah juga amat penting dalam menegakkan hokum di kancah social. Allah SWT
dalam Surat An Nisa’ ayat 58 , memerintahkan hambaNya untuk menunaikan amanah,
karena merupakan sumber keadilan dalam menetapkan suatu hukum. “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.
Ayat ini mencakup seluruh jenis
amanah. Diantara yang terpenting adalah tugas, pekerjaan dan jabatan. Siapa
yang menunaikan kewajiban yang Allah bebankan pada tugas dan jabatan
tersebutdan merealisasikannya kemaslahatan kaum muslimin, maka ia telah
menunaikan amanah dan berbuat kebaikan untuk akhiratnya, dan yang tidak
menunaikannya dengan baik serta menyia-nyiakan jabatan dan kedudukan yang
diamanahkan kepada kita, apapun bentuknya, maka ia telah mengkhianati amanah
dan mendapatkan bencana dan siksaan Allah SWT di akhirat nanti. Oleh karena
itu, menjaga dan menyampaikan amanat adalah fitrah manusia. Jika amanah
terjaga, manusia tidak perlu menuntut keadilan. Mari kita budayakan sifat
amanah dan tegakkan hukum seadil-adilnya dalam setiap sendi kehidupan.
Demikian juga amanah yang dititipkan
orang kepada kita, kita wajib menunaikannya sebagaimana mestinya dan jangan berkhianat walaupun orang lain
mengkhianati kita. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat, kuran
dan lebihnya mohon maaf, Sekali lagi, semoga kita diberikan kekuatan lahir dan
batin oleh Allah SWT untuk dapat menjaga dan menjalankan amanah yang diberikan kepada
kita, dengan sebaik-baiknya, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan didunia
dan diakhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
Billahit
taufiq wal hidayah, wassalamu ‘alaikum wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar