KHUTBAH JUM’AT
KEJERNIHAN HATI
MENGGAPAI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Oleh : ANIS PURWANTO
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah
rokhimakumullah.
Marilah
kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan kita
senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang datang
dari Allah SWT. Dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara istiqomah,
insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, secara konsisten dan
konsekuwen. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan
dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah
rokhimakumullah.
Mukmin sejati, menurut pandangan
Islam adalah mereka yang membenarkan keimanan dengan qalbunya (tasdiqun bil
qolb), menyatakan dengan perkataan (taqrir billisani), dan sekaligus
merealisasikan keimanannya itu dalam amal nyata (amal bil jawarih). Akan
tetapi, Islam sangat menekankan kepada adanya amal nyata, baik dalam bidang
amaliyah duniawiyah, terlebih amaliyah keakhiratan. Dan Islam tentunya memberikan
penghargaan setinggi-tingginya bagi mereka yang mau melaksanakan.
Dengan motivasi ajaran Islam
mengenai pentingnya amal nyata inilah, maka dalam dimensi kesejahteraan umat
Islam, sejak Rasulullah bersama sahabat, telah dikembangkan tradisi amal nyata
itu. Salah satu bukti universalitas dan kesempurnaan Islam adalah penekanannya
terhadap pengembangan kualitas keimanan dan ketaqwaan, buah dari pengembangan
SDM, baik rohani maupun jasmani, agar dapat memenuhi tugas-tugas
kekhalifahannya, memimpin dan memakmurkan bumi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 30:
“Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui”.
Hadirin Jamaah Jum’ah
rakhimakumullah.
Untuk dapat menunaikan tugas
kekhalifahan dimaksud, peran qalbu sungguh sangat menentukan. Sebab baik atau
buruknya, sistematis atau tidaknya, efektif atau tidaknya tindakan seseorang,
sangat ditentukan oleh qalbu manusia itu. Peran qalbu tersebut amat sangat
menarik sebagaimana dilukiskan dengan sangat apik oleh Rasulullah SAW dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang artinya :”Sesungguhnya
didalam diri manusia itu terdapat segumpal daging sebagai sentral tindakan. Apabila
ia baik, maka baiklah seluruh tindakannya, dan apabila ia buruk, maka akan
buruklah keseluruhan tindakannya. Itulah qalbu”.
Demikian pentingnya peran qalbu itu
sehingga Allah SWT berulang kali menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang amat
tergantung pada kecanggihannya didalam mengelola dan memerankan qalbu itu dalam
aktifitas sehari-hari. Allah berfirman, sebagaimana yang termaktub dalam
Al-Qur’an Surat Asy-Syams ayat 9-10:
“Sungguh beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”.
Hadirin Jamaah jum’ah
rakhimakumullah.
Hati merupakan salah satu sumber
kekuatan yang terdapat dalam ruhani manusia. Sebab ruh manusia mempunyai dua
potensi, yaitu potensi akal yang berpusat di kepala dan potensi ruhaniyah, yang
berpusat di akal fikiran dan hati. Kalau
daya piker dipertajam oleh dorongan ayat-ayat kauniyah, yakni ayat mengenai
kosmos, yang mengandung perintah agar manusia memikirkan, merenungkan dan
meneliti alam, maka daya rasa dipertajam melalui ibadah. Misalnya shalat dapat
menumbuhkan pada kerendahan hati, puasa dapat menumbuhkan pada kerendahan diri,
zakat dapat menumbuhkan dinamika dan kepedulian sosial, haji lebih kepada
taqarrub kepada Tuhan dan lebih kepada sifit tasyakur illallah, dan dzikir
lebih kepada kedekatan diri kepada Allah SWT.
Karenanya, inti sari dari semua
ibadah dalam Islam adalah pendekatan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Suci,
sebab Yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh ruhaniyah yang suci pula.
Sementara ibadah adalah upaya untuk pensucian jiwa. Semakin suci dan bersih
jiwa seseorang, semakin dekat ia kepada Allah SWT. Semakin ia dekat kepada
Allah SWT, semakin mungkinlah ia memperoleh kesuksesan, memperoleh keselamatan
di dunia dan di akhirat.
Hadirin Jamaah Jum’ah
rakhimakumullah.
Upaya pensucian jiwa yang merupakan
sentral kedirian manusia akan ber-implikasi langsung bagi produktifitas dan
kesuksesan. Implikasi tersebut paling tidak :
Pertama, manusia akan
dapat mengendalikan emosi dan rasa egonya.
Kedua, dengan
pencerahan jiwa, yang didalamnya dilakukan sejumlah dzikir, maka seseorang akan
memperoleh ketenangan dan kearifan. Ketenangan ini memang diprediksi Al-Qur’an
dengan amat mengesankan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Ar Ro’du ayat 28 :
“Yaitu orang-orang
yang beriman hati mereka menjadi tenteram denganmengingat Allah. Ingatlah hanya
dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram”.
Ketiga, pencerahan
jiwa akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang, sehingga sangat berhati-hati
dalam berbicara dan bertindak. Karena sembarangan berbicara akan mendatangkan
fitnah dan berbagai konflik. Sehingga pensucian hati ini akan meningkatkan
keharmonisan dalam bermasyarakat.
Keempat, pensucian
hati akan berimplikasi pada peningkatan produktivitas seseorang.
Analisis
diatas, setidahnya memberi gambaran bahwa pensucian jiwa merupakan salah satu
jalan keluar bagi kegalaoan masyarakat akhir-akhir ini, karena terpaan berbagai
ketidakpastian, akibat berbagai krisis yang selama ini melanda kehidupan kita.
Hadirin Jamaah Jum’ah
rakhimakumullah.
Demikianlah khutbah yang dapat kami
sampaikan, semoga bermanfaat. Sekali lagi marilah kita cerahkan jiwa kita,
untuk tetap bersyukur dalam kondisi yang bagaimanapun dan tetap berupaya
mempertajam daya rasa kita melalui ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian
insya Allah kita akan selamat di dunia dan akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
makasih Ustadz, bahannya saya ambil sebagai salah satu referensi untuk khutbah 2 minggu ke depan, kebetulan masjid agung memberi judul yang persis sama
BalasHapusUntuk Gus Iwan Jazadi : ya sama-sama semoga bermanfaat...
Hapus