BILA IMAN BERKURANG
Oleh : Anis Purwanto
Iman
dapat bertambah dan berkurang, memang nyata. Sebab banyak fakta yang terjadi
pada diri kita. Jikalau iman bertambah jelas arahnya kepada kebaikan. Tetapi
jika iman berkurang, itu baru masalah. Seorang muslim memang sangat tergantung
kepada imannya, sebab iman merupakan
cita-cita terbesar, tujuan yang teragung dan target yang paling utama. Dengan
iman itulah seseorang hamba akan mendapatkan ketinggian derajat di dunia dan di
akhirat. Bahkan semua kebaikan di dunia dan di akhirat tergantung pada iman
yang benar. Dengan iman itulah hati merasa tenteram, jiwa menjadi tenang dan
hati merasa ringan. “Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah
sesungguhnya dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenteram”. (QS
Ar-Ra’d:28).
Namun
dalam saat tertentu iman kita dapat berkurang drastis, bahkan iman seseorang
lenyap dari sanubari, hal ini sering tidak disadari, meski mengaku tetap
beriman. Salah satu sebab utamanya adalah karena kejahiliyahan tentang agama
Allah, kelalaian, berpaling dari ketaqwaan kepada Allah. melakukan kemaksiatan,
senang melakukan dosa besar, menuruti hawa nafsu, fasik, tertipu oleh
kesenangan dunia dan fitnahnya, dan menjadikan kesenangan dunia sebagai
cita-citanya.
Disaat
seseorang melakukan kemaksiatan, sesungguhnya ia sadar akan akibat yang timbul
dari apa yang dilakukannya. Malah sangat paham bahwa apa yang dilakukan itu
merupakan dosa besar, akan tetapi tetap dilakukan karena jiwanya sudah terbelenggu
dengan hawa nafsu yang mengikat kuat, sehingga dia tak berdaya untuk
melepaskannya. Bahkan karena sudah terbuai dengan kenikmatan sesaat, maka
semakin dalam ia tenggelam dalam lubang dosa. Seseorang
yang berzina, dan atau bentuk kejahatan lainnya, maka disaat melakukan
perbuatan itu apa dia sedang tidak sadar, apa sedang khilaf, “tidak sekali lagi
tidak”, dia sadar betul tentang apa yang dilakukannya, tentang dosa apa yang
dilakukannya, bahkan dia sangat sadar bahwa yang dia lakukan itu merupakan
kejahatan moral yang sangat berat. Bila dia sudah bersuami atau beristri, maka
perbuatnnya itu merupakan pengkhianatan cintanya, pengkhianatan terhadap
kepercayaan yang diberikan oleh pasangannya. Merupakan perbuatan yang sangat
merugikan orang lain, bahkan dari segi apapun, ekonomi, sosial, moral merupakan
tindak kejahatan yang sangat berat. Meski perbuatan itu dilakukan dengan sangat
rahasia, akan tetapi pasti diketahui oleh Allah, dan kita yakin sebaik-baiknya
seseorang menyimpan bangkai, maka lama-lama kelamaan akan cercium baunya. Karenanya
serapi-rapi ia bersembunyi dalam kejahatannya itu lama-lama akan diketahui
juga. Paling tidak ia akan merasa dikejar-kejar dosa, hatinya selalu was-was,
jangan-jangan perbuatannya itu akan diketahui, akan terbongkar busuknya. Dia
merasa sangat berdosa dalam jangka pangjang. Penyesalan yang ia pendam merupakan
siksa dalam hidupnya, sampai ia menyatakan maaf kepada orang yang selama itu ia
dholimi, dan penyesalan itu sudah merupakan pengakuan meski tidak diikrarkan.
Dan ketakutan yang sangat besar adalah manakala perbuatannya itu betul-betul
terbongkar, maka ia akan sangat malu yang luar biasa. Komonikasi dan
kepercayaan dengan keluarganya akan sangat hancur, kariernya di lingkungan
kerja dan di masyarakat akan tamat.
Memang
ada banyak faktor seseorang melakukan perbuatan maksiat, misalnya ketidak
mengertinya bahwa yang ia lakukan itu adalah perbuatan dosa, atau memang
disengaja karena sudah terjerat dengan hawa nafsunya, namun peranan iman sangat menentukan seseorang terhindar
dari perbuatan keji dan mungkar itu, “Apa
bila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu dating kepadamu, maka
katakanlah : “Salamun alaikum”. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih
saying, (yaitu) bahwasannya barangsiapa yang berbuat kejahatan diantara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al
An’aam:54).
Dan
inilah sesungguhnya iman yang berkurang itu. Obatnya tidak ada lain kecuali
segera taubat dengan taubatan nasukha, yakni
menyesali perbuatn dosa yang dilakukan, memohon
ampun kepada Allah SWT dan berikrar dengan hati dan lesan bahwa perbuatan dosa
itu tidak akan dilakukan lagi untuk selama-lamanya. (Imam Mardawih dan Ibnu
Abbas), serta diikuti dengan memperbanyak
beribadah kepada Allah, inilah yang
sering dilupakan oleh umat Islam. Meski perbuatan dosa yang ia lakukan itu bisa
dikatakan karena khilaf, maka mestinya segera diikuti dengan taubat kepada
Allah dan selanjutnya STOP berbuat dosa. Namun apa begitu, YA jawabannya. Akan
tetapi masih banyak model perilaku umat sekarang ini yang mengabaikan larangan
Allah, melaksanakan shalat lima waktu ya, puasa ya, zakat ya , namun maksiat
jalan terus. Apalabi pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali
model kesenangan sesaat yang “melok”
di tengah-tengan masyarakat, tinggal model apa yang kita pilih. Semua
kembali kepada kita masing-masing, bila ingin terus berkubang dalam
kemaksiatan, silakan lanjutkan, dengan konseksuensinya baik di dunia dan
terlebih adanya siksa di neraka kelak di akhirat. Akan tetapi bila ingin
selamat dan tetep terhormat di dunia dan di khirat, katakan TIDAK kepada
kemaksiatan, apapun bentuknya. Dan tetap mempertahankan iman sebagai perisai
diri didalam menghadapai berbagai godaan syetan, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaetan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,
maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar”
(QS.An-Nur:21). Banyak
jalan kebaikan yang meski sangat berat dilaksanakan, akan tetapi sangat
menguntungkan untuk kita laksanakan. sebab sekecil apapun kebaikan yang kita
lakukan Allah akan memberikan balasan da sebaliknya sekecil apapun kemaksiatan
yang kita lakukan Allah juga akan memberikan siksaan. Ini sebetulnya sudah
menjadi hukum sebab akibat yang berlaku untuk semua umat Islam, siapapun ia.
Dan ini merupakan pertanda ada atau tidaknya iman seseorang. Semua tergantung kepada kita, bila kita kuat
iman, yang berarti STOP segala bentuk kemungkaran, atau kita pilih tetap
berkubang dalam kemungkaran, tinggal mana yang kita pilih. Semua jalan
terbentang didepan kita. Yang pasti disaat kita melakukan perbuatan maksiat,
iman kita berkurang bahkan dapat juga lepas dari dada, dan untuk mengembalikan
iman yang tercoreng itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar