TUGAS MUSLIM
Oleh : Anis Purwanto
Islam
menghendaki pemeluknya supaya menganut agama dengan keseluruhan (totalitas),
tidak setengah-setengah, lahir dan batin, dengan penuh keimanan dan ketaqwaan
yang meliputi jasmani dan rokhani. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kedalam agama dengan keseluruhan” (QS Al Baqarah :208). Islam memerintahkan
kepada setiap orang yang beriman untuk masuk kedalam agama Islam dalam seluruh
kegiatan hidupnya. Dengan kata lain setiap kegiatan hidup hendaknya selalu
merupakan ajang pengabdian diri kepada Allah semata, bukan karena yang lain.
Prof.Dr. Hazairin SH dalam “Hendak Kemana Hukum Islam”, Islam digambarkan
sebagai menundukkan semua lapangan hidup lahir dan batin manusia kepada kemauan
ilahi. Ungkapan itu sangat dalam arti dan maknanya, yaitu menghendaki setiap
muslim didalam setiap langkahnya selalu mencari tempat pertemuan dengan apa
yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Sehubungan
dengan itu, jika diamati suasana Islam di bumi Indonesia sekarang ini, maka
akan timbul sebuah pertanyaan, “Sejauh mana suasana Islam yang terwujudkan,
jika dikaitkan dengan segi kualitas umat Islam”?. Sebab kalau dilihat dari segi
kwantitas, Islam di Indonesia adalah mayoritas. Maka potensi sebagai umat yang
mayoritas ini seharusnya dapat dipergunakan sebagai modal dasar dan mempunyai
kekuatan yang luar biasa besarnya terhadap semua gerak “Dakwah Islamiyah”.
Sebagai upaya membentuk pribadi yang “amanu sholikhah” dalam keseluruhan
(kaffah). Dengan mayoritas ini pula, maka sudah sepantasnya kalau umat Islam
telah menampakkan cirri khas sebagai diri seorang muslim dan atau sebuah
komonitas muslim, yang berkebudayaan Islam dalam kehidupan sehari-hari atau
dengan kata-kata yang lebih mentereng “Mengislamkan masyarakat dan
memasyarakatkan Islam”. Namun apa yang Nampak dihadapan kita belum terwujud
sepenuhnya.
Dapat
kita ambil contoh yang sangat sederhana, yaitu mengucapkan salam jika bertemu
sesama muslim “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuuh”. Hal ini dapat
kita amati dimana-mana, disekeliling kita. Ucapan salam nampaknya telah menjadi
kebudayaan nasional, dan dapat dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Bahkan adakalanya diucapkan oleh seorang non muslim.
Sedang
jika diteliti ucapan salam itu, disamping memang dianjurkan oleh agama Islam
kepada pemeluknya, “Bersalamlah orang yang lebih muda terhadap yang lebih tua,
orang yang lewat kepada orang yang dilewati, kelompok yang sedikit kepada
kelompok yang lebih banyak”, juga mengandung arti yang sangat dalam dan tinggi
nilainya. Hal ini akan tampak jelas jika ditelusuri dan dikaitkan dengan
macam-macam bentuk ucapan selamat di dunia. Maka salam itu merupakan alat
pemersatu umat Islam dimanapun tempatnya, diseluruh pelosok bumi tanpa
menghiraukan warna kulit baik itu hitam, putih, kuning atau sawo matang. Tidak
menghiraukan waktu, baik itu pagi, siang atau malam. Setiap muslim akan
mengucapkan “Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh” atau dengan kata
yang pendek “Assalamu ‘alaikum”. Maka dengan demikian akan jelas tampak adanya
keseragaman dan kesatuannya.
Dan
lebih jauh lagi, jika diamati salam itu merupakan salah satu petunjuk bagi
seseorang yang menggambarkan pada pengertian cirri-ciri agama Islam. Islam
adalah agama cinta damai. Hal yang demikian itu tercermin dari makna salam itu
sendiri, dimana setiap muslim bila bertemu dan mengucapkan salam, maka berarti
mereka saling do’a mendo’akan dalam keislaman dan dalam kasih saying Allah SWT.
Demikian
contoh kecil dan sederhana dari ajaran Islam, yang sebetulnya setiap pemeluk
agama Islam dapat melaksanakan, jika betul-betul diperhatikan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, maka akan membuahkan hikmah dan tujuan yang agung.
Dari salam ini pula dapat dipergunakan sebagai sarana pemersatu umat. Sehingga
Islam benar-benar merupakan agama yang rahmatan lil ‘alamin. Inilah sebetulnya
tugas muslim, sebagai upaya penyelesaian segala macam knflik yang dialami umat
Islam d Indonesia. Dengan salam “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuuh”
kita ini saudara se iman dan se agama.
Di Pundak Muslim.
Tugas
muslim semua tanpa kecuali, untuk menjadikan muka bumi ini dalam suasana
kehidupan Islam yang sesungguhnya, dengan kata lain menjadi tugas umat Islam
untuk menggenggam agama Islam, mengamalkan dan menyebarkan samapai yang
sekecil-kecilnya. Kalau bukan kita, lalu siapa ?.
Sangat
tidak masuk akal jika tugas suci dan mulia ini dibebankan kepada orang lain.
Sedang diketahui orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang
melihat seseorang sehingga seseorang tersebut masuk mengikuti agama mereka,
“Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepadamu sehingga kamu
mengikuti agama mereka”. (QS.Al-Baqarah:120).
Untuk
mencapai tujuan yang mulia tersebut, sangat diperlukan iman dan keihklasan yang
dalam pada setiap muslim untuk berdakwah, amar makruf nahi mungkar,
menyebarluaskan, mengajarkan agama Islam ini dengan tidak mengenal berhenti.
sehingga umat Islam tidak hanya kuantitas tapi juga yang berkualitas, baik iman,
amal dan ilmunya (Imtaq dan Imtek).
Nabi
Muhammad SAW mengajak seluruh umatnya untuk menyampaikan ajaran agama Islam itu
tanpa kecuali, bahkan tidak ketinggalan juga orang yang hanya mengetahui ajaran
Islam itu dalam satu ayat (satu pengertian tentang ajaran Islam), maka dia
dituntut untuk menyampaikan pada orang lain. “Sampaikan apa yang kau dapat dari
aku meskipun itu hanya satu ayat”.
Adapun
untuk menarik atau mengajak seseorang itu Allah telah memberikan tuntunan dasar
yang harus dipegangi bagi setiap da’I, “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan berdialoglah dengan cara yang baik”.
(QS. An-Nahl:125). Metode dakwah itu kemudian oleh para ahli di bidang ilmu
dakwah dijabarkan kedalam beberapa metode yang memudahkan bagi para da’I
didalam menjalankan aktivitas dakwah. Kita akui bahwa metode merupakan unsure
dakwah yang sangat penting, untuk mengantarkan kepada tujuan yang akan dicapai.
Inilah tugas muslim yang sangat mulia, kapan saja dan dimana saja, pria-wanita.
Bahkan upaya yang minimpun dapat dilakukan, apabila seorang muslim mengetahui
adanya tindak kemungkaran. Meskipun upaya minim yang sering disebut sebagai
“bil qolbi” itu satu upaya pamungkas, manakala keterbatasan ilmunya,
kemampuannya atau karena tidak adanya “power”. sehingga bil qolbi dikatakan
sebagai upaya yang “adz ‘aful iman”.
Metode Teladan atau demonstrasi.
Metode
keteladanan ini juga disebut “direct method”, yaitu penyampaian dengan jalan
memberikan teladan langsung, sehingga orang mudah tertarik untuk mengikuti
kepada apa yang akan diserukan, yang direalisasikan melalui sikap, gerak gerik,
ucapan dan tindakan. Sehingga secara langsung kita melaksanakan dakwah, yang
terus menerus, sepanjang kita masih tetap dianggap merupakan “umat yang
sebaik-baik dari kamu”.
Nabi
Muhammad SAW sendiri dalam menyampaikan ajaran agama Islam dihiasi dengan
perangai luhur, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang luhur”. (QS. Al Qolam:4). Cara inilah yang sangat berkesan bagi
pengikut-pengikutnya, bahkan dapat menarik mereka yang mula-mula membenci
beliau. Sehingga berubah dari yang dulu musuh dan benci Islam, jadi cinta dan
menjadi perisai Islam. Menyerahkan diri kepada Allah dan RasulNya dengan
menjalankan semua perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Dulu membenci
Rasulullah kemudian bertekuk lutut dengan memeluk agama Islam, karena budi
pekerti beliau yang menarik hati. Seperti masuknya Du’sur kedalam agama Islam
lantaran terpesona dari sifat pemaaf Rasulullah kepada musuhnya telah tidak
berdaya lagi, disamping itu merupakan hidayah yang dicurahkan kepada mereka.
Demikian
tugas muslim dari sekian banyaknya tugas, yang harus diemban oleh setiap
muslim. Jika setiap muslim itu benar-benar kembali kepada ajaran Islam dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mampu memberi teladan yang
baik bagi kaumnya sebagai awal dari jiwa dakwah Islamiyah. Maka api dakwah tidak
akan padam. Dan insya Allah tujuan Islam akan terwujud, dan tercapailah
kebudayaan Islam di muka bumi. Wllahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar