KECENDERUNGAN
MANUSIA
Oleh : Anis Purwanto
Manusia
adalah puncak ciptaan dan mahkluk yang tertinggi (QS.95:4, 17:70), tanpa
manusia penciptaan alam tidak bermakna. Dengan penciptaan manusia sebagai
mahkluknya yang tertinggi di muka bumi, manusia berkedudukan sebagai
kalifah/wakil Allah (QS.2:30), yang tugasnya adalah untuk membangun/memakmurkan
bumi (QS 11:61). Oleh karenanya urusan dunia telah Allah serahkan kepada
manusia atau dengan kata lain manusia mengemban amanah Allah. Dan seberapa jauh
amanah Allah itu disampaikan untuk kemakmuran umat manusia.
Berbicara
tentang manusia, merupakan pembicaraan yang tidak ada ujungnya dan telah
berlangsung ribuan tahun yang lalu. Namun jawaban yang didapat belum dapat
memuaskan hati. Sebab masih banyak rahasia yang terungkap, justru karena
penciptaan manusia teramat istimewa, bila dibandingkan dengan penciptaan
mahkluk Allah yang lain, sekalipun Jin dan Malaikat. Sesuatu yang membuat
manusia menjadi manusia bukan hanya perbuatan dan beberapa sifat yang melekat
padanya. Melainkan sesuatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan
kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja, yaitu fitrah. Fitrah
membuat menusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran
atau hanif (QS. 30:30). Ini adalah suatu bentuk awal dari manusia yang oleh Allah
disebut fitrah atau kodrat. Sebagai cikal bakal kesediaan menerima kebenaran
Islam yang dibawa sejak kelahiran, atau dengan kata lain setiap insane lahir
pada hakekatnya memiliki sifat murn, yaitu yang secara kodrati memiliki
kecenderungan untuk mencari dan mengenal Allah, interaksi dengan alam
lingkungannya yang dapat mengubah/membelokkan kecenderungan tersebut.
Sifat
suci (fitrah) yang diciptakan Allah untuk manusia itu ialah kesediaan menerima
tauhid dan agama Islam. Adapun pada kenyataannya terjadi penyimpangan terhadap
fitrah manusia itu setelah mengenal dunia, karena menemukan lingkungan yang
tidak ramah (godaan) serta adanya ketidak harmonisan potensi fitrah manusia.
Hakekat
kodrat fitrah dan yang memiliki moral relegius tersebut merupakan kehendak jiwa
yang melekat dari hati nurani, yang dapat mendorong kepada ketundukan dan
kesadaran jiwa untuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan
Allah. Tidak mungkin terjadi kontradiksi dari hati nurani yang suci itu
(fitrah). Tetapi kemungkinan besar bias terjadi adanya kegiatan yang tidak
searah dengan kehendak hati nurani (Allah). Hal itu karena adanya keterlibatan
nafsu yang menguasai diri manusia dan lingkungan.
Kemerdekaan Manusia dan Fungsi Kekalifahan.
Sesungguhnya
manusia secara takdir diberi tiga macam keistimewaan oleh Allah, Yakni sebagai
kebebasan atau sebagai kemauan yang bebas untuk melakukan apa saja. Maksudnya,
pertama : Kesadaran, yaitu kesadaran diri yang tidak dipunyai mahkluk-mahkluk
lain. Hanya al insane saja yang mampu untuk membedakan yang baik dan yang
buruk. Kedua : Kebebasan untuk memilih dan kebebasan untuk melakukan
pilihan-pilihan terhadap apa yang dikerjakan. Ketiga : Daya cipta dan
kreativitas manusia. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadikan kalifah
Allah di muka bumi. Tidak pernah gelar yang sangat mulia itu diberikan kepada
mahkluk ciptaan Allah selain manusia. Karena itu manusia diciptakan oelh Allah,
memang dipersiapkan untuk mampu memikul amanah Allah diatas bumi ini (QS.
33:27). Tetapi tetap berpredikat sebagai hamba Allah yang memikul tugas dari
Allah, wajib meleksanakan semua perintah Allah (ibadah) dan menegakkan
keislaman (Dakwah Islamiyah). Upaya manusia melakukan tugasnya itu, tidak
terlepas dari berbagai kendala dan berbagai macam rintangan yang menghadang di
tengah jalan.
Gangguan
yang dihadapi dalam menjadikan Islam sebagai wawasan, pandangan dan keyakinan
hidup pada hakekatnya ada dua macam. Pertama : Batu sanding yang dihadapi
didalam menegakkan kalimah Allah (tauhid), adalah pandangan hidup yang
berintikan syirik. Kedua : Dalam upaya menegakkan tauhid (dakwah Islamiyah),
mendapat hambatan badai yang dihembuskan oleh faham sekuralistik, dengan
kecenderungan mengendorkan prinsip-prinsip moral ilahiyah, terutama yang dating
dari Negara barat. Bahkan dengan budaya modern yang dihembuskan lewat berbagai
kebudayaan ala barat itu, hampir memporak-porandakan generasi muda Islam.
Bahkan, kita saat inipun terasa dalam kancah Internasional, bagaimana liciknya
upaya barat memecah belah dan berupaya menenggelamkan Islam dari muka bumi ini.
Hakekat Dakwah Islamiyah
Islam
adalah agama dakwah, dan diperintahkan bagi umat manusia. Kemudian menjadi
sebuah pengertian dakwah Islam artinya mengajak dan menyerukan kepada Islam.
Esensi dakwah dalam sosio cultural adalah mengadakan dan memberi arah
perubahan. Mengubah masyarakat dan budaya dari kedholiman kearah keadilan,
kebodohan kearah kemajuan yang semuanya dalam rangka kearah kemajuan dan
peningkatan derajat manusia dan masyarakat kearah puncak kemanusiaan (taqwa).
Dalam
Islam, kewajiban dakwah telah jelas (QS. Ali-Imran:104,110) dan An Nahl:125).
Pada dasarnya merupakan kewajiban setiap pemeluknya sebagai perwujudan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah. Jadi dari sini sudah terbayang sekaligus tentang
tujuan dakwah yaitu memasyarakatkan ajaran Islam. Sehingga tercipta kemakmuran
hidup agar manusia menjalani hidup yang bahagia di dunia dan di akhirat.
Manusia
sebagai pelaksana dakwah yang secara oprasional, fungsi hakekat kekhalifahan
itu dimanifestasikan sebagai pemakmur bumi, dengan mewujudkan kegiatan-kegiatan
yang membawa perubahan kearah kemajuan, baik yang mengenai alam maupun
masyarakat. Tetapi hidayah hanyalah dari Allah, artinya manusia dengan segala
potensi yang dimilikinya berkedudukan sebagai pengemban amanah Allah. Namun
sejauh mana terbukanya pintu keadaran manusia, sebagai penerima amanah, agar
hidup benar-benar tidak menyimpang dari ajaran Allah. Itu merupakan hak dan
wewenang Allah. Dengan demikian ada hakekat yang terkandung dalam
penyelenggaraan dakwah Islam yaitu pengembalian manusia dalam fitrah. Wllahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar