DZIKRUL MAUT
(
Kematian Sebagai Pemberi Nasehat)
Oleh : Anis Purwanto
“KITA TAHU AKAN KEMATIAN, KITA TAHU BILA KITA
AKAN MATI, TAPI KITA TIDAK SADAR BILA SUATU SAAT KITA AKAN MATI”
Tentu kita tahu akan adanya kematian, kita tahu bila kita akan mati, tapi
kita sering tidak sadar bila kita akan mati. Dan kita semua tidak kuasa menolak
datangnya kematian, karena memang kematian adalah suatu keniscayaan, dan tidak
ada seorangpun di sekitarnya yang mampu menahannya. Seandainya ada seseorang
selamat dari maut, niscaya manusia yang paling mulia yang akan selamat. Namun
maut merupakan SunnahNya pada seluruh makhlukNya.
Allah Swt berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ۬ وَإِنَّہُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam ) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. Az
Zumar:30).
Dan memang kehidupan seseorang di dunia ini dimulai
dengan dilahirkan-nya seseorang dari rahim ibunya. Kemudian setelah ia hidup
beberapa lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari,
kenyataan sebuah kematian yang akan menjemput-nya.
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفۡسٍ۬
ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۖ
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan
sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan”. (QS. Ali-Imran:
185).
Ayat suci di atas adalah merupakan ayat yang agung
yang apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka
ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan
membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu
perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang
dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak
sedikit. Yaitu suatu perjalanan abadi yang menentukan apakah kita termasuk
penduduk surga atau neraka. Perjalanan abadi itu adalah kematian yang akan
menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam
akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah Saw bersabda : “Andai saja
engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan
banyak menangis”. (Mutafaq ‘Alaih). Maksudnya apabila kita tahu hakekat
kematian dan keadaan alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya, niscaya
kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih
abadi.
Allah SWT berfirman:
وَٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬
وَأَبۡقَىٰٓ
“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan
lebih kekal. (QS. Al-A’la: 17).
Sayangnya di zaman kita sekarang, kebanyakan kita
kadang lebih memprioritaskan dunia, tidak sedikit dari kita yang melupakan
kehidupan akhirat. kita kejar dunia dengan berbagai cara, kita tempuh dengan
banyak jalan hingga lupa akan kata-kata bijak bahwa kita di dunia tak lebih
hanya seorang anak manusia yang tengah safar (perjalanan) yang hanya sekejap.
Kita lupa akan perjalanan panjang itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang
tidak kekal. Kita korbankan akhirat dan menggantinya dengan dunia. Tentang
mengingat kematian, Nabi Saw memberi kita nasehat, “Wa Kafaa Bil Mauti Wa
Idzho, Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”
Nabi juga mengingatkan kita,
cukuplah kematian sebagai penasehat kamu, cukuplah kematian menjadikan hatimu
bersedih, menjadikan mata-mu menangis, perpisahan dengan orang-orang yang kamu
cintai, penghilang segala kenikmatanmu, pemutus segala cita-citamu. Wahai orang
yang tertipu oleh dunianya,wahai orang yang berpaling dari Allah , wahai orang
yang lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, wahai orang yang setiap kali
dinasihati, hawa nafsunya menolak nasihat ini, wahai orang yang dilalaikan oleh
nafsunya dan tertipu oleh angan-angan panjangnya.
Dalam hadits di atas, Nabi Saw juga seolah mengingatkan kepada kita
ummatnya, “Wahai ummatku, sekaya apapun kamu, sesukses apa-pun karirmu,
sepandai apapun kamu, secantik apapun kamu, sekuat apapun badanmu, sekeras
apapun kerjamu untuk mengumpulkan harta yang banyak, ingat ya, seperti ini lho
nanti kamu, terbujur kaku dan tidak berdaya. Hendaklah kamu mengambil nasehat
dan pelajaran dari kematian itu. Sebab manakala kamu tidak bisa mengambil
pelaaran dari kematian, niscaya nasehat apapun tidak akan berguna bagimu. Oleh
karena itu, ketika kamu dinasehati saat kami ditinggalkan oleh orang yang kamu
kasihi atau sosok yang berharga bagimua, bahwa kematian pasti akan
menghampiri-mu, dan rumah terakhir ini menjadi keharusann bagimu, maka kamu
harus bersiap-siap untuk menyambutnya, mengevaluasi diri-mu sebelum diri-mu
dievaluasi (dihisab). Engkau dulu lahir telanjang dan tidak membawa apa-apa,
dan sekarang kembali pada Allah juga telanjang dan tidak membawa apa-apa,
selain amal saleh-mu”
Semampang hayat masih dikandung badan, marilah kita siapkan bekal
sebanyak-banyaknya untuk menyempurnakan perjalanan keabadian itu, yaitu dengan
melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah, menjalankan perintah-perintahNya dan
menjauhi semua larangan-larangan-Nya, serta marilah kita perbanyak taubat dari
segala dosa-dosa yang telah kita lakukan.
Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita, muhasabah pada diri
kita masing-masing. Tentang masa muda kita, untuk apa ia kita pergunakan.
Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya bermain-main saja ?
Tentang harta kita, dari mana kita peroleh, halalkah ia atau haram ? Dan untuk
apa kita belanjakan, apakah untuk kita belanjakan di jalan Allah, bersedekah
ataukah hanya untuk berfoya-foya? Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita
dari hari-hari yang telah kita lalui.
Saudaraku, sekarang marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing.
Apakah kematian sudah menjadi penasehat kita? Kalau memang iya, lantas apa yang
menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita tahu akan
meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa pangkat, harta dan kekayaan dunia yang
kita miliki tidak akan bisa kita membawa untuk mendekat dan menemui Allah Swt.
Hanya amal saleh yang akan kita bawa nanti, yang dapat membawa kita menemui
Allah.
Suatu ketika Imam Ali Bin Abu Thalib ketika melewati daerah pekuburan. Beliau mengucapkan
salam lalu berkata, “Wahai para penghuni kubur, istri kalian maka telah
dinikahi, rumah kalian telah dihuni dan harta kalian telah dibagi. Inilah kabar
dari kami, maka bagaimana kabar kalian .
Sedangkan manfaat dzikrul maut antara lain:
a.
Mengingat kematian merupakan sesuatu amalan
ibadah tersendiri yang berpahala. Hal
ini dikarenakan Nabi SAW menganjurkan kita agar sering mengingatnya.
b.
Mengingat kematian dapat
membantu kita khusyu’ dalam shalat.
“Ingatlah kematian dalam shalatmu , karena jika
seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya.
Shalatlah seperti orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan
melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelah malah
engkau meminta udzur (meralatnya dihadapan Allah) ( karena tidak bisa
memenuhinya).
c.
Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan didi dengan
bekal keimanan dan ketaqwaan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
d.
Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya.
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan
(yaitu kematian), karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupnya sempit,
maka ia akan merasa lapang, dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya
lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan kehidupan
akhirat).
e.
Mengingat kematian membuat kita tidak berbuat zholim kepada orang lain.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya kutipkan
Hadits lain yang sama, diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah sebagai berikut : Bahwa
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, ” Siapakah orang mukmin yang paling
baik? ‘ Beliau menjawab, ‘ Yang paling baik akhlak nya.’ Ia bertanya, ‘
Siapakah orang mukmin yang paling beruntung?’ Beliau menjawab, ‘ Yang paling
banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapan nya untuk (alam) setelah
kematiannya. itulah orang-orang yang beruntung.” (HR.Ibnu Majah)
Semoga Allah Swt menjadikan kita dan anak keturunan
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang cerdas, yang paling banyak
mengingat kematian dan mengumpulkan sebanyak-banyak amal untuk persiapan bekal
setelah kematian. Amiin YRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar