DAKWAH
INOVATIF
BERANI
MENCOBA YANG BARU
Oleh : Anis Purwanto
Zaman modern
seperti sekarang ini sungguh sanagt
pesat sekali, baik perkembangan industry apalagi perkembangan di bidang
tehnologi komonikasi sungguh demikian canggihnya. Seakan dunia ada didalam
genggaman kita, sekat-sekat antar Negara seperti terbuka lebar. Sehingga satu
peristiwa atau informasi yang terjadi pada hari ini di satu Negara terjauh
sekalipun, hari ini pula dapat kita ketahui. Demikian pula kemajuan-kemajuan di
bidang lain, telah dapat mempermudah kegiatan manusia dalam memenuhi hajatnya.
Kemajuan tersebut sekaligus menjadi tantangan umat Islam,
paling tidak mestinya umat Islam bisa memanfaatkan kemajuan ini demi
perkembangannya dan menjadikan Islam sebagai wahana untuk rahmatan lil alamin.
Meskipun kita sadar bahwa adanya kemajuan di segala bidang sekarang ini di sisi
lain membawa dampak yang sangat luas. Sebagian dari kita umat Islam nyatanya
belum mampu menerima ini semua, bahkan diantara kita yang terpengaruh begiitu
jauh dan bahkan tergila-gita dengan kemajuan tersebut, sehingga banyak yang
lupa akan jati diri, kebutuhan rohani terabaikan, meremehkan peranan agama,
bahkan meninggalkan sama sekali akan perintah agama, msekipun di bajunya masih
ada atribut Islam. Mereka terbuai dengan kenikmatan dan kemudahan yang
diperoleh dari adanya kemajuan zaman yang serba indah.
Keadaan seperti ini terjadi disebabkan oleh karena
pertahanan iman yang sangat rapuh. Keimanan yang sangat rapuh ini menjadikan
kita sangat mudah tertipu oleh gemerlapnya dunia, sehingga makin lama iman kita
menjadi luntur dan terkubur. Maka bila iman kita telah luntur dan terkubur,
tentu agama akan tertinggalkan. Agama
hanya dijadikan identitas semata, “Kamu hari ini jmlahnya banyak, akan tetapi
kamu bagaikan buih diatas permukaan air, dicabut rasa takut musuhmu terhadapmu,
dan menjadikan dalam hatimu al wahn, cinta dunia dan takut mati”. (HR.Ahmad).
Begitu pula bagi sebagian dari kita ada yang beranggapan
bahwa beribadah tidak akan menjadi kaya, tentu sangat merugikan bagi keutuhan
iman. Hal itu lama-kelamaan akan mengikis motivasi keagamaan umat Islam, sebab
dipandang bahwa agama menjadi tidak penting, tidak ada gunanya bagi hidupnya.
Bahkan agama dianggap menjadi penhambat kemajuan, menghambat kegiatan
duniawiyahnya, sehingga waktu yang digunakan untuk melaksanakan perintah agama,
menjadi terbuang sia-sia. Kecenderungan yang berlebihan terhadap urusan keduniaan
menjadikan kita melecehkan agama, seolah-olah agama sudah tidak dibutuhkan
lagi, yang menjadikan kita malas berfikir akan hakekat hidup yang sebenarnya.
Kita telah diperhamba oleh dunia dan permainannya, “Sesungguhnya hidup dunia
hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertqwa, Allah
akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”. (QS.
Muhammad:36).
Keadaan seperti ini menjadi tantangan yang sungguh berat
bagi pelaksana kegiatan dakwah. Didalam menghadapi perkembangan zaman yang
sangat modern ini, seseorang da’I dituntut mempunyai inovasi dalam berdakwah,
dengan cara mencoba yang baru didalam kegiatan dakwahnya. Meskipun jalan yang
ditempuh terlihat kontroversi, atau mungkin bagi kebanyakan orang kegiatan itu
sangat sederhana. Langkah awal menuju dakwah inovatif ini adalah adanya
keberanian untuk mau mengambil resiko sekecil apapun. Sebab berbicara masalah
dakwah adalah berbicara masalah umat dengan segala problematika kehidupannya,
untuk dicarikan solusi pemecahan. Sehingga apa yang ia lakukan merupakan media
jihad dan media hijrah menuju kesempurnaan tatanan hidup dalam kehidupan
manusia.
Keberhasilan langkah-langkah dakwah yang kita lakukan juga
banyak ditentukan adanya pengalaman pelaksana dakwah. Sebab pengalaman
merupakan guru yang sangat bijaksana. Orang yang mempunyai pengalaman banyak,
didalam tindakannya banyak pilihan-pilihan. Apabila satu langkah dirasa kurang
tepat ia akan mengambil langkah lain yang lebih sesuai. Di sisi lain ia tak
segan-segan belajar dari pengalaman orang lain. Dengan demikian ia akan mudah
menghadapi perkara-perkara yang ruwet sekalipun. Dengan pengalaman-pengalaman
yang dimulai dengan mencoba lalu salah akan timbul penalaran yang luas, matang
jiwanya. Sehingga mempunyai sikap yanga rif dan bijaksana. Sebab banyak orang
yang hidupnya secara duniawiyah berhasil dimulai dari mencoba perkara-perkara
atau usaha baru yang sebelumnya belum dimengerti.
Mencoba yang baru merupakan tindakan yang banyak
mengandung resiko. Namun yang namanya resiko, sebetulnya merupakan hal yang
lumrah dalam setiap kegiatan. Da’I dan mubalighpun menghadapi resiko yang
sangat berat, ia sering mendapat tantangan dari orang yang senang berbuat
kerusakan. Seorang da’i/muballigh sering dicaci, dikritik dan tindakannya
selalu dievaluasi orang lain. Kerenanya ia merupakan agent of change dan
central figure yang berupaya menempatkan diri sebagai pembaharu moralitas umat,
menuju kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat. Maka inovasi dakwah merupakan
modal dasar akan keberhasilan dalam kegiatan mengajak. Disisi lain seorang da’i/muballigh
harus juga beerani menjadi contoh bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus
berani juga memulai dari diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang
lain. Karena jangan sampai kegagalan diri ditulrkan kepada obyek dakwah. Sebab konsep
“mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk” sangat relevan sebagai slogan
dakwah. Meskipun slogan itu sering diartikan oleh obyek dakwah dengan arti yang
bersifat kebendaan (sandal-sepatu).
Masalahnya adalah mau atau tidak mencoba perkara-perkara
yang baru, yang disesuaikan dengan pola pemikiran masyarakat di zaman modern
sekarang ini. Sebab apabila kita mengandalkan pada pola-pola konvensional,
dikhawatirkan masyarakat merasa jenuh. Sehingga hasil yang akan kita capai
tidak akan terlaksana. Di sisi lain menggunakan media canggih, sebagian
masyarakat kita belum mampu. Ini justru yang menarik dari ilmu dawah. Ilmu yang
sangat kompleks permasalahannya, karena langsung bersinggungan dengan pemenuhan
hajat hidup umat diseluruh alam, yang
mencakup dunia akhirat. Meskipun dakwah sangat erat dengan persoalan iman dan
taqwa kepada Allah SWT, akan tetapi
karena cakupannya yang sangat luas itu, maka dakwah selalu menarik untuk
dibicarakan. Sebagai ilmu terapan, dakwah dibutuhkan adanya tangan-tangan yang
inovatif.
Puncak dari inovasi yang dimaksud adalah seorang da’I dan
muballigh harus pandai-pandai memilih materi dan mediayang tepat dalam
menghadapi satu obyek dakwah. Sebab bagi masyarakat modern, yang saban hari
dihadapkan dengan rutinitas pekerjaan yang sibuk, belum tentu cocok menggunakan
media dakwah yang canggih. Sebab ada kalanya mereka menginginkan nuansa baru
yang lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, misalnya dengan menggunakan media
yasinan dan tahlin, membaca asma’ul khusbna bersama-sama, mungkin lebih efektif
dan mengena sasaran. Di lain fihak untuk kalangan masyarakat pedesaan yang
tradisionalis, mungkin saja lebih tertaruk dengan cara dan media dakwah yang
modern, misalnya dakwah (menerangkan satu persoalan agama) menggunakan laktop, yang
dilengkapi dengan keterangan berbentu tulisan gambar-gambar ataupun vedio
menarik justru lebih mengena.
Tetapi meskipun demikian kita harus tetap menggunakan
cara yang hikmah, sebab dengan cara yang Allah pilihkan ini insya Allah dakwah
akan tetap menarik dan banyak diminati, baik oleh pelaku maupun obyek dakwah. Dengan
cara yang hikmah, Islam akan selalu hadir di hati umat. Islam dapat dirasakan
akan kebenarannya, serta merasakanmakna yang sesungguhnya atas ajaran yang
dikandungnya. Disini kita menemukan ketenangan hakiki. Mereka merasakan bahwa
ajaran Islam telah memberikan terapi yang paling mujarab untuk mengatasi
berbagai konflik kejiwaan, “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang
menjadi penawar (obat) dan rahmatbagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. (QS.
Al-Isra’:82). Demikian pula kita merasakan bahwa Islam menjadi sangat penting
hadir ditengah-tengah kemajuan industry, bahkan kemajuan yang secanggih apapun
tetap sangat dibutuhkan. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar