KHUTBAH
JUM’AT
TAHUN BARU : 1 MUHARAM 1439 HIJRIYAH
Oleh : Anis Purwanto
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ
قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Sejenak marilah kita menghubungkan segenap jiwa dan raga
kita dengan Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita.
Sebagai wujud rasa syukur itu marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT agar kehidupan kita mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Alhamdulillah , Kemarin kita telah memasuki Tahun Baru Hijriyah
1 Muharan 1439. Panjang jalan yang
kita lalui, banyak pengalaman yang kita alami, suka dan duka telah kita jalani.
Kini, perjalanan kehidupan panjang terbentang didepan. Banyak harapan kita
gantungkan, setinggi langit cita akan kita raih. Tapi, apapun harapan dan cita
yang akan kita raih nanti, dalam situasi memasuki tahun baru seperti sekarang
ini, yang kita harapkan adalah adanya perubahan kearah kebaikan dan keutamaan.
Paling tidak peristiwa pergantian tahun baru dapat kita jadikan
sarana untuk evaluasi dan instrospeksi.
Sebab, peristiwa hijriyah ini mengandung
banyak nilai yang perlu kita kenang dan kita kembangkan dalam rangka pembinaan
diri dan pembangunan umat, sekarang dan yang akan datang. Sebab Hijrah yang berarti meninggalkan,
berpindah atau berubah, adalah perbendaharaan umat yang paling bersinar. Hijrah
adalah semanat perubahan yang tak kenal henti. Ia bagaikan ombak samodra yang
terus menerus menggempur pantai. Hijriyah adalah etos kerja untuk meraih
cita-cita dan kedudukan mulia (maqomam mahmudah). Hijrah adalah pedang kelewang
yang akan menebas segala kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan kebatilan. Dengan
semangat hijriyah itu pula, kita akan mengubah nasib dan melepaskan topeng
buruk yang menutupi keindahan wajah dan jati diri.
Akan tetapi, hijrah tidaklah berdiri sendiri. Hijrah adalah
senyawa iman dan kesungguhan :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ فِى
سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٲلِهِمۡ وَأَنفُسِہِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ
وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَآٮِٕزُونَ
“Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya disisi Allah, dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan”. (QS At Taubah:20).
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Iman,
hijrah dan jihad adalah rumus sukses untuk meraih tujuan. Kini, peristiwa hijrah yang didalamnya
tersimpan suatu kebijaksanaan sejarah atau sunatullah, agar membuka tutup mata
kita untuk senantiasa mengambil hikmah, meneladani dan mentransformasikan
nilai-nilai dan ajaran Rasulullah SAW dalam konteks kekinian.
Pertama, adalah transformasi keummatan. Bahwa nilai penting
atau missi utama hijrah Rasulullah beserta kaum muslimin adalah untuk
menyelamatkan nasib kemanusiaa. Betapa serangkaian peristiwa hijrah itu, selalu
didahului oleh fenomena penindasan dan kekejaman. Dan tujuan dari hijrah, dalam
visi Al-Qur’an itu, agar manusia dapat mengenyam kebebasan. Jadi tidak
semata-mata perpindahan fisik, melainkan lebih dari melibatkan hijrah
mental-spiritual, sehingga mereka memperoleh kesadaran baru bagi keutuhan
martabatnya. Maka halangan, hadangan, tipu daya bahkan ancaman pembunuhan dapat
dihadapi, demi terwujudnya tatanan masyarakat berdasarkan moral utama
(makarimal akhlaq), suasana tenteram penuh persaudaraan dalam pluralitas
(ukhuwah) dan mengedepankan misi penyejahteraan rakyat (al-maslahatul
al-ra’iyah), dan mengharap rahmat Allah
SWT :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَـٰهَدُواْ
فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalah
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS Al-Baqarah:218).
Kedua, adalah transformasi kebudayaan. Hijrah dalam konteks
ini telah mengentaskan masyarakat dari kebudayaan jahili menuju kebudayaan
Islami, yakni mengembalikan keutuhan moral dan martabat kemanusiaan secara
universal (rahmatan lil alamin). Sebab martabat atau hak-hak asasi, yang
merupakan pundamen utama suatu kebudayaan .
Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah,
yang didalam konteks hijrah, dapat dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan
dakwah rasulullah. Dimana Rasulullah selalu mengedepankan ukhuwah.
Demikianlah
Islam, mengajarkan kepada kita prinsip hijrah yang pada dasarnya bertujuan
untuk kebaikan dunia dan akhirat kita, yakni hijrah yang terkait dengan
situasi, kondisi dan keadaan, seperti hijrah dari situasi jahiliyah yang
mendominasi system dan gaya kehidupan (life style) kita, kondisi dimana
kemungkaran dan kemaksiatan merajalela, sebagai akibat system jahiliyah yang
diterapkan, dan dalam kondisi penjajahan modern dan dominasi asing dalam
berbagai lapangan kehidupan.
Hijrah
adalah solusi dari berbagai kondisi pahit. Hijrah adalah jalan kemerdekaan dari
belenggu dan penjajah system jahili. Karena hijrah adalah system nilai yang
datang dari Allah, maka hijrah tersebut akan bernilai di mata Allah dan
menghasilkan berbagai manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
Ma’asyiral Muslimin rokhimakumullah.
Karenanya,
ditengah laju jaman yang melesat cepat ini , nilai hijrah tetap relevan bagi
umat Islam, sampai kapanpun dan dimanapun.
وَمَن يُہَاجِرۡ فِى
سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُرَٲغَمً۬ا كَثِيرً۬ا وَسَعَةً۬ۚ وَمَن
يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ
ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُ ۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ
غَفُورً۬ا رَّحِيمً۬ا
“Dan barang siapa
berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat
hijrah yang luas dan (rizki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudia kematian menimpanya
, maka sungguhpahalanya telah ditetapkan disisi Allah. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang”. (QS An-Nisa’ ayat 100).
Semoga
kita ditetapkan sebagai seseorang yang selalu berkeinginan untuk berhijrah
dijalan Allah SWT, demi meraih sukses dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar