KHUTBAH JUM’AT
MENGAKHIRI PUASA RAMADHAN
Oleh : Anis Purwanto
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ
تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin
jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah SWT yang tak pernah
habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur
kita, marilah kita perbaiki hubungan
kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan
setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata. Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah
SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam
kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan bernegara.
Ma’asyiral
Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Perputaran
hari ternyata bergerak begitu cepat, bahkan terasa lebih cepat dari pada kilat,
hari-hari dimana kita memiliki kesempatan untuk mengisinya dengan ketaatan
kepada Allah SWT,. ternyata Ramadhan ini tinggal beberapa hari lagi, insya
Allah Ahad depan kita sudah memasuki Idul Fitri 1 syawal 1438 H. Namun kita
masih terasa banyak berkubang dengan rutinitas pribadi yang ujungnya hanya
berorientasi pada kepentingan duniawiyah. Malah terkadang kita begitu gampang
terlena dengan madu-madu kenikmatan duniawi, kita juga mudah lupa bahwa
sebenarnya sekarang ini kita berada dalam sebuah perjuangan yang sangat berat,
yakni upaya meningkatkan kualitas ibadah guna menggapai predikat muslim sejati.
Bahkan jiwa kitapun terkadang masih belum bisa merasakan nikmatnya Ramadhan,
belum bisa merasakan kegembiraan Ramadhan. Pertanyaan kita adalah sudahkah
dengan Ramadhan ini kita telah mendapat apa yang seperti Allah SWT kehendaki ?
Untuk itu
marilah kita coba merenungi sabda Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh
keimanan dan dengan mengharap pahala, maka dosa-dosa sebelumnya akan diampuni”
Inilah titik awal yang
diperingatkan oleh Rasulullah kepada kita, beliau telah meletakkan dasar yang
paling penting, yang menjadi koidah untuk setiap amalan yang kita lakukan,
sebab setiap amalan itu dengan niatnya, dan setiap yang didapati orang muslim
sesuai dengan apa yang diniatkan.
Bulan Ramadhan dengan
segala kebaikan didalamnya alhamdulillah masih bersama kita, meskipun dalam
kenyataannya Ramadhan ini terasa begitu cepat berakhir. Karenanya sebelum
Ramadhan benar-benar berakhir, keistimewaaan bulan ini mari kita raih dengan
penuh kesadaran akan dahsyatnya nilai yang terkandung dalam ibadah puasa. Sebab
banyak dari kita yang bertanya, kenapa setelah masuk bulan Ramadhan dan setelah
keluarnya dari Ramadhan, kondisi kami biasa-biasa saja, iman kami sama dengan
sebelum mengerjakan puasa Ramadhan. Padahal dengan jelas Allah berfirman :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ
عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Setelah
melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan, maka tugas seorang mukmin yang
paling berat adalah memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam
kehidupan sehari-hari. Setelah puasa selesai nampaknya kita harus tetap puasa.
Sebab tugas memelihara ini justru lebih berat ketimbang melaksanakan perintah
puasa itu sendiri. Sebab selama bulan suci Ramadhan, ada banyak faktor
pendukung yang sangat menguntungkan, sehingga kita kuat menghadapi godaaan dan
ujian iman. Karena seluruh kaum muslimin serentak melaksanakan ibadah puasa,
taraweh rame-reme, tadarus bersama, begitu pula lingkungan sekitar kita, ikut
menghormati bulan suci Ramadhan, misalnya warung makan tidak semata-mata buka
di siang hari, dan lain-lain, bahkan seluruh tayangan TV sangat sarat dengan muatan dakwah, berbagai
paket acara yang bernuansa Ramadhan pun disajikan. Seakan tiada hari tanpa
dakwah. Sehingga selama Ramadhan kita merasakan suasana yang sangat Islami,
jauh dari aroma mungkarot yang kerap mewarnai kehidupan kita.
Selama
Ramadhan dorongan hawa nafsu kita pasung, irama dzikir selalu mengiringi
langkah kita, kemanapun kaki melangkah akan kita temukan nuansa Ramadhan yang
sangat semarak, anak-anak bermain riang menanti saat berbuka puasa. Telinga
kita tak hentinya selalu diperdengarkan lantunan
ayat-ayat Al-Qur’an. Mulut kita tak hentinya mengagungkan asma Allah, kita
sucikan asma Allah. Seakan kita dalam belaian mesra tangan Allah, tidur
kitapun akan nyenyak bersama mimpi akan
keindahan dan kenikmatan surgawi.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Sayangnya
situasi itu hanya terjadi dibulan Ramadhan, setelah Ramadhan usai, semuanya
kembali kepada posisinya masing-masing. Seakan tidak pernah dilalui Ramadhan.
Ibadah puasa dan qiyamul lail tidak nampakkan bekasnya. Sehingga benarlah
sinyalemen Rasulullah SAW bahwa : “Sesungguhnya kita baru pulang dari perang
kecil menuju perang yang lebih sahsyat, yaitu perang melawan hawa nafsu”,
menjadi kenyataan.
Kita
memang masih harus puasa lagi setelah puasa usai. Buah nilai puasa yang satu
bulan sebetulnya sudah mampu mewarnai corak kehidupan kita selanjutnya. Dengan catatan puasa yang
kita lakukan itu puasa yang “imanan wah tisyaban” dan “ghufirollahu mataqodam
min dambih”. Sebab ada bayak model puasa yang juga banyak dilakukan, dimana dia
melaksanakan puasa akan tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya
lapar dan haus. Kasihan tentunya orang yang model puasanya seperti ini, laksana
orang yang jatuh ketimpa tangga.
Oleh
karenanya, dalam rangka memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam
mencapai predikat mukmin sejati, ada baiknya selalu kita sandarkan harapan itu
kepada Allah SWT. Kita yakin seyakin-yakinnnya, bahwa puasa kita akan membawa
hikmah, buah dari Ramadhan akan kita rasakan, tidak hanya nanti di akhirat,
akan tetapi pengaruh yang positif itu bisa kita rasakan di dunia. Irama
peribadatan kita seyogyanya juga semakin indah dan mempesona menurut pandangan
Allah. Bila hal itu kita laksanakan secara rutin dan berkesinambungan sampai
datangan bulan Ramadhan berikutnya, insya Allah buah dari ibadah kita akan
memberikan pengaruh yang positip terhadap jiwa dan kepribadian kita sebagai
hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga ibadah puasa yang kita lakukan pada tahun ini
dapat diterima oleh Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar