KHUTBAH JUM’AT MENJELANG IDUL ADHA
REVOLOSI
KEYAKINAN DALAM PERISTISWA KORBAN
Oleh : ANIS PURWANTO
Ma’asyiral Muslimin jamaah
jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah SWT. yang tak
pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur
kita, marilah kita perbaiki hubungan
kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan
setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada
baginda Rasulullah SAW.
Hari raya Idul Adha tahun ini saudara, nampaknya memang
akan ada dua fersi pelaksanaan, sebagian kaum muslimin yang dengan kemantapan
dan keyakinan hatinya akan melaksanakan shalat Id pada hari Sabtu besok, hal
ini didasarkan bahwa pada hari ini
adalah pelaksanaa wukuf di Arofah, namun sebagian yang lainnya, sesuai dengan ketetapan pemerintah RI akan
melaksanakan sholat Id pada hari Ahad.
Inilah saudara kenyataannya, karenanya jika kita
mempunyai hati yang lapang didalam memandang persoalan itu, persoalan itu tidak
akan diulang-ulang dipertentangkan. Semua akan baik-baik saja, ibadah sesuai dengan
kemantapan dan ketetapan hatinya. Bagi yang tak sepahampun mestinya tidak usah
memperuncing dengan dalih dan alasan yang justru memperbesar perbedaan.
Didalam kehidupan
sehari-hari ataupun didalam pelaksanaan ibadah sekalipun perbedaan sudah
menjadi hal yang sangat biasa dan sering ditemui. Tapi memperpanjang perbedaan
sungguh hal yang sangat merugikan umat Islam sendiri. Sebab dihadapan umat
Islam masih terbentang persoalan yang lebih besar dan lebih dibutuhkan
kebersamaan. Kita tidak akan mampu untuk memikul seorang diri, kita butuh orang
lain, meskipun dia tidak sepaham dan sealiran dengan kita. Kita butuh kawan
yang benar-benar mau memandang bersama ditengah-tengah perbedaan. Berkeyakinan,
berucap dan bertindak dengan kejernihan hati akan lebih menguntungkan dari pada
mempertahankan keyakinan dan tindakan yang dapat mempertajam persoalan umat.
Kita sadar bahwa perbedaan adalah rahmat yang diberikan oleh Allah SWT, yang
pengejawantahannya sungguh dibutuhkan kearifan dan hati yang jernih.
Sebab landasan
fundamental kita adalah iman kepada Allah SWT. Sebagai manusia beriman,
mestinya tidak akan membiarkan diri kita karam, karena iman yang terhujam dalam
hatinya menjadi pegangan rohani “yang kuat”, yang mesti lembut namun teramat
kokoh. Dalam Islam, iman adalah
kebutuhan jiwa yang teramat mendasar, melebihi segala-galanya. Iman yang
dipilih secara sadar dan sengaja, akan
menjadikan pemiliknya menjadi manusia tangguh, ketika berhadapan dengan segala
corak situasi, betapaun berat dan sulit, betapapun rumit dan dilematis. Sebab,
dengan mutiara iman yang mahal itu, akan dapat terpancarkan dalam setiap
pikiran, dan perbuatannya.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ
ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ
زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu ialah, mereka yang apabila nama Allah disebut, gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat Allah kepada mereka, bertambahlah iman
mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.(QS Al Anfal:2)
Ma’asyiral Muslimin jamaah
jum’ah rokhimakumullah.
Sebab jujur kita harus berani mengatakan, bahwa sebagian kehidupan
kita masih terlalu banyak diarahkan oleh hawa nafsu. Karenanya menjadi
keharusan bagi semua umat Islam untuk kembali mengenang dan mengambil iktibar
tentang adanya peristiwa dramatik yang terurai pada sejarah Nabi Ibrahim as dan
Nabi Ismail as. Dalam peristiwa itu dilukiskan betapa iman yang dipilih secara
sadar dan sengaja dapat mengalahkan segala-galanya, sekalipun itu pertimbangan
logis. Dalam kasus sejarah kenabian, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim as dan
putra beliau “Nabi Ismail as” merupakan
peristiwa dilematis, tetapi keduanya sepakat menempuh karena pencaran iman.
Dari sejarah kita mengetahui bahwa Ismail di mata Nabi
Ibrahim as, bukanlah semata-mata anak bagi seorang ayah, namun Ismail adalah
buah hati bersulam kasih sayang, yang telah didambakan Nabi Ibrahim as sangat
lama, dan merupakan hadiah yang diterimanya sebagai imbalan karena ia telah
memenuhi hidupnya dengan perjuangan. Tetapi tanpa di duga, Allah SWT
memerintahkan Nabi Ibrahim as agar menyembelih buah hati yang sangat disayanginya
itu.
Betapa guncangnya jiwa Nabi Ibrahim as menerima perintah
itu, tidaklah dapat dibayangkan. Nabi Ibrahim as sebagai hamba Allah SWT yang
paling muhklis dan patuhpun bisa gemetar dan goyah. Hatinya bergolak. Hati
kecilnya diliputi tanda Tanya. Siapakah yang lebih dicintai, Allah ataukah
Ismail. Inilah pilihan yang sangat dilematis itu.
Namun getaran jiwa yang dikendalikan oleh iman, akhirnya
memenangkan Nabi Ibrahim as dalam pergolakan batin itu. Langkahnya berpihak
kepada Allah SWT, dan pasrah mengorbankan Ismail yang sangat dicintainya.
Sejarah manapun belum pernah mencatat adanya peristiwa antara ayah-anak seperti
ini, yang didahului dialog yang sangat bersahabat namun mencekam adanya.
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ
أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ
سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Ibrahim berkata, Hai anakku, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi
bahwa aku akan meyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?. Dia
(Ismail) menjawab; Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada
engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS.Ash Shaffat:102).
Dari peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim as, telah
memberikan gambaran tentang adanya revolosi keyakinan yang sangat besar untuk
memantapkan keyakinan dan patuh hanya kepada Allah SWT. Dan tidak sepantasnya
manusia diperbudak oleh harta benda duniawiyah, betapapun sepintas nampak hebat
dan mengagumkan. Maka ketundukan dan pasrah diri hanya kepada Allah SWT.
Disilah letak konsep tauhid, dimana dengan tauhid manusia akan terangkat
derajatnya dan mampu menghadapi berbagai problem hidupnya.
Keteladanan Nabi Ibrahim as hendaklah juga dijadikan contoh
bagi keluarga masa kini. Kecintaan kepada sesuatu yang sangat dicintai,
termasuk kecintaan kepada harta benda secara berlebihan dapat berakibat
memudarnya keutuhan tauhid kita. Disamping dapat berakibat lahirnya sifat
egoistis dan takabur,juga akan menimbulkan sikap kapitalis, sebuah sikap yang
dibenci oleh Islam. Begitu pula dalam mencintai agama ini, manakala dilakukan
dengan fanatic buta akan melahirkan sifat anti pati terhadap orang yang tidak
sepaham dengan dirinya, sehingga ketenteraman yang merupakan inti dari ajaran
agama, tidak akan sampai pada tujuannya.
Jika diperbandingkan, ajaran Islam sebagaimana yang telah
diperagakan dengan bagus oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, dengan
praktek-praktek kehidupan sekarang ini, maka secara jujur harus diakui bahwa
masih terlalu banyak jarak antara cita-cita Islam dengan kenyataan riil
perilaku umatnya. Banyak diantara kita “yang sudah mampu”, namun enggan
mengorbankan sesuatu yang dicintainya, untuk sekedar turut dirasakan oleh
saudara se iman. Bahkan masih banyak
yang telah membuat saudara-saudara se iman menjerit, merintih dan menangis,
lantaran mereka menjadi korban perbuatan kita, hanya demi memperoleh dan
memenuhi kepuasan pribadi, kelompok atau golongan. Yang lebih menyedihkan lagi
adalah, bila ada diantara kita yang sudi mengorbankan agama atau akidahnya demi kesenengan dan kenikmatan
sesaat.
Inilah sebagian kecil dari butir-butir hikmah idul kurban
yang dapat kita sampaikan. Tentu semuanya berpulang kepada kita masing-masing,
sejauh mana kepedulian kita memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalam
pelaksanaan idul adha nanti. Dan sisi lain semoga saudara-saudara kita yang
saat ini sedang berkumpul melaksanakan wukuf dipadang arofah, benar-benar
mendapat haji mabrur.
Akhirul kalam, mari kita berharap semoga kita semua, selalu
mendapat hidayah, ma’unah dari Allah SWT, bahagia di dunia dan di akhirat, amin
ya rabbal ‘alamin.
Alhamdulillah semoga semua ilmu ini menjadi berkah bagi yang membaca dan lebih khusus bagi yang memposting melalui medya on line ini. terima kasih
BalasHapusAlhamdulillah,khutbahnya sangat menyentuh insya Allah sy share ya
BalasHapusijin copas bwat khutbah njih
BalasHapusizin Copas
BalasHapus