BERHALA ZAMAN NOW
Oleh : Anis Purwanto
(Saudara pendengar Mimbar
Agama Islam Rokhimakumullah).
Di
hadapan para sahabatnya yang mulia, Rasulullah SAW tercinta menuturkan dauh
nubuwwat, sebuah sabda yang kontennya menjangkau peristiwa yang akan datang.
"Akan datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi
Tuhan-Tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka.
Dinar-dinar (uang) mereka menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak
pada kekayaan mereka."
Para sahabat menyimak penuh
khidmat. Lanjut Sang Nabi, "Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali
namanya saja. Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak
tersisa Alquran kecuali sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur,
tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah-Nya).
Apakah betul dauh nubuwat itu
sudah terjadi pda zaman sekarang ini, wllahu a’lam bishowab. Yang pasti, yang
kita rasakan sekarang ini telah terjadi fenomina dan perubahan yang luar biasa
terhadap sikap KEBERAGAMAN dan KEBERAGAMAAN kita. Maka apa yang terjadi pada zaman yang sering disebut zaman
now, bahkan yang sekarang disebut zaman digital, sungguh luar biasa. Semua
serba CEPAT,
MUDAH dan PRAKTIS.
Bahkan
ramalan para sesepuh : Besuk aka nada zaman dimana “wong sugih dadi buruh nutu
“Slep padi” bahkan sekarang ada yang killing “slep killing” ke kampong-kampung.
CEPET, MUDAH dan PRAKTIS. Besuk aka nada
zaman dimana “Wong sugih dadi buruh
umbah-umbah / mencuci”. Sekarang maraknaya loundre bahkan sudah sak setlikanya.
CEPAT, MUDAH dan PRAKTIS. Besuk aka nada
zaman dimana “Wong sugih dadi buruh mluku “. Dalam bidang pertanian diamana
bila dahulu mluku/nggaru bahkan macul ,
dengan di tarik kerbau/sapi tetapi sekarang dengan digantikan traktor, CEPAT,
MUDAH dan PRAKTIS. Apakah ini juga berhala di zaman Now itu ? wollohu a’lam.
Sekarang ini juga, sering disebut juga zaman
digital. Dimana kita sudah tidak dapat dipisahkan dengan apa yang bernama
androit, gijet, HP. Bahkan dengan perangkat elektronik canggih ini, seakan kita
mampu menggenggam dunia, “DUNIA ADA DI GENGGAMAN KITA”. Namun Gawai / androit, gijet, dan perangkat elektronik yang makin canggih saat ini jika
disalahgunakan dapat menjadi berhala zaman now. Makin tersedianya
segala hal di dunia maya yang berada dalam genggaman dapat menjadi ancaman
serius bagi generasi zaman now dan mendatang. Jika tidak memiliki
basis ilmu dan informasi yang benar maka dapat menjadi tersesat oleh terbukanya
arus informasi yang hampir tidak ada filter terkecuali praktis oleh diri kita
sendiri.
Misalnya :
-
Ada seorang ibu atau ayah yang
ketika di sapa anaknya , tidak ditanggapi dengan baik karena asyik dengan HP/
WA/FB nya, tidak memperdulikan anaknya.
-
Disaat kita sudah terdengar suara adzan maka yang kemudain kita
dahukukan aadalah memenuhi panggilan Allah SWT, meski hp kita sedang ada
panggilan.
-
Saking asyiknya juga terkadang kita sering tidak dapat menempatkan mana
yang lebih penting, disaat rapat, mendengarkan khutbah. Bahkan ketika berada di
sekitar Ka’bah pun sempat-sempatnya berselfi ria.
Jika
berhala zaman old berupa patung-patung dan semacamnya sangat boleh jadi secara
tidak sadar generasi zaman now menempatkan ilmu, teknologi, uang dan kekuasaan
sebagai berhala yang dengannya kemudian merasa dapat melakukan apapun dan
menjadi sangat risau jika kehilangan dan atau berjauhan dengannya.
Oleh
karenanya, yang menjadi misi kerasulan
Muhammad SAW. bukan hanya kerisauannya terhadap ratusan berhala yang tergantung
memenuhi pada dinding-dinding ka’bah , akan tetapi telah terjadinya perubahan
gaya hidup yang mencolok masyarakat Mekkah pada saat itu. Kemakmuran yang mereka capai
dengan menjadikan Mekkah sebagai pusat perdagangan yang ramai selama
tahun-tahun terakhir abad ke-6 telah menjadikan mereka kehilangan orientasi dan
makna hidup sejati; semangat komunal (kesukuan) dan egalitarianism (persamaaan)
yang selama itu menjadi kultur mereka, berganti menjadi pola-pola hidup yang
individualistis dan kecenderungan system ekonomi yang kapitalis, mereka lebih
mementingkan kepentingan sendiri di atas kepentingan sukunya, menumpuk harta
pribadi, tidak peduli lagi dengan nasib kaum yang miskin dan lemah.
Misi risalah tauhid yang
digaungkan Nabi Muhammad Saw kemudian bukan hanya untuk menegaskan akan
eksistensi Tuhan Esa sebagai realitas tunggal, akan tetapi yang lebih penting
dari itu, Nabi Saw datang sebagai pemberi peringatan dan mengingatkan akan
nilai-nilai kepercayaan kuno mereka yang sudah mereka tinggalkan.
Kaum
Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur,
Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Sebagaimana Allah
berfirman yang tercantun dalan surat Luqman ayat 25 :
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم
مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ
لِلَّهِۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu
mereka akan menjawab: “Allah.” , katakanlah “Segala puji bagi Allah”, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Mereka
percaya kepada Allah Tuhan yang Maha tinggi, yang mengatur alam raya, yang
memberi mereka segala macam kebutuhan. Persoalannya adalah mereka tidak
menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan; dari Allah lah mereka berangkat dan
kepada-Nyalah mereka akan dikembalikan. Keridhoan Allah lah yang menjadi
barometer segenap tindak tanduk mereka di dunia. Kesadaran semacam ini yang
tidak ada pada mereka. Hingga mereka
melampaui batas; kufur nikmat, melakukan berbagai pelanggaran dan penyelewengan,
merasa memiliki segalanya, egois dan sombong.
Ma’asyiral
Muslimin rokhimakumullah.
Berkaca pada problem sosial masarakat Mekkah di atas, maka apa yang
terjadi pada masyarakat kita dewasa ini relatif menemukan kesamaannya. Kemajuan
tekhnologi dan berbagai tren globalisasi telah mewarnai kultur masyarakat
modern saat ini, yang semakin menjauhkan
kita dari nilai-nilai sejati kehidupan dan orientasi hidup kita yang semakin
materialistis. Pola hidup yang hedonis, konsumtif dan pragmatis mewabah bukan
hanya pada level masyarakat kelas menengah atas, celakanya menjangkit pula pada
level-level masyarakat kelas bawah. Hidup sekarang bagai berpacu dengan nafsu,
berburu gengsi, tak peduli mampu atau tidak mampu yang penting bisa mengikuti tren
abad ini dan tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Inikah berhala pada abad
modern itu? Berbagai barang-barang skunder yang memenuhi isi rumah kita tak
ubahnya seperti berhala-berhala yang menggantung pada dinding-dinding ka’bah
pada masa Nabi dulu- yang semua itu menjauhkan kita dari nilai-nilai hidup sejati;
kesederhanaan, kebersahajaan, hemat dan kepedulian kita terhadap sesama.
Sungguh Allah swt menistakan orang-orang yang memperturutkan dan tunduk
terhadap hawa nafsunya sebagaimana firman Allah SWT, yang tercantum di
dalam Al-Qur’an Surah Al-Furqon ayat 43-44 :
أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ
أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً (٤٣) أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ
يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ بَلۡ هُمۡ
أَضَلُّ سَبِيلاً (٤٤)
Terangkanlah tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu).
.
Maka misi tauhid Nabi akan kembali menemukan relevansinya untuk terus kita
dakwahkan, untuk kita suluhkan. Tauhid yang artinya meng-Esakan Allah harusnya
berimplikasi pada totalitas perbuatan kita yang hanya mencari ridha Allah.
Ketika syahadat sudah kita ikrarkan, berarti kita siap menjadi saksi-saksi
kebenaran sejati ilahi dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai.
Merealisasikan kehendak ilahi lewat perilaku kita yang diridhai berarti kita
dapat menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Sebaliknya, ketika perilaku kita
jauh dari apa yang Dia kehendaki, berarti kita mengenyampingkan Tuhan dalam
kehidupan kita. Dan apabila ini terjadi, berarti syahadat kita hanya merupakan
pengakuan tanpa bukti, seperti halnya pengakuan masyarakat arab tempo dulu,
mengakui Allah sebagai pencipta tapi tidak mampu menghadirkan Allah dalam
perilaku mereka sehari-hari.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba yang mampu menjadi
saksi-saksi kebenaran sejati ilahi,
dengan menjadi pelaku-pelaku kebenaran yang diridhai Allah SWT, amin ya
rabbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar