BIMBINGAN
KEROHANIAN ISLAM MELALUI TERAPI DOA
DAN
PEMBERIAN MOTIVASIKEPADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH
SAKIT WIDODO NGAWI
OLEH
PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI
I .PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dimensi sehat menurut pandangan Islam bukan semata memberikan panduan
bagaimana secara fisik manusia mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan
kesehatan rohani juga, yang mana di
dalam Islam sudah terdapat ajaran dan praktik-praktik praktis yang dapat
membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam pandangan Islam adalah
keserasian antara aspek tubuh, aspek kejiwaan, aspek perasaan dan aspek akal
pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan segi kejiwaan dalam mengobati
dan menyembuhkan manusia untuk menjadi sehat lahir dan batin.
Dari pengalaman sehari-hari bahwa orang yang menderita sakit
hendaknya berobat dan berdoa. Doa merupakan sunnatullah yang bersifat alami
sebagai tempat kembali insan mukmin saat mengalami berbagai macam ujian dan
kondisi menakutkan, apalagi ketika menderita sakit yang begitu parah. Sudah
diketahui bahwa seringan-ringannya penderitaan yang dialami manusia barang kali
dapat pula mengurangi atau menghilangkan daya ingat, rasa tenang dan rasa tentram
sehingga penderitaan tersebut berubah-ubah menjadi malapetaka yang dahsyat dan
membutuhkan perantara khusus yang bisa menghilangkan apapun yang sedang
dialami, atau juga memerlukan sesuatu yang dapat membuat dirinya tabah
menanggung berbagai macam sakit dan beban beratnya (Tasmara, 1999: 30).
Penelitian yang dilansir majalah Time tentang pengaruh agama pada
umumnya dan doa pada khususnya terhadap pasien, ternyata 70% pasien percaya
kekuatan do’a untuk penyembuhan, lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa para
dokter hendaknya juga memberikan terapi psikoreligius dan doa (Hawari,1996:
479). Dipandang dari sudut kesehatan mental, psikoreligius tidak kalah
pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik, karena psikoreligius
mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri
dan optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self
confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan
suatu penyakit di samping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan (
Hawari, 2002: 115-116).
Para ahli bersepakat bahwa orang sehat jangan hanya dilihat dari
badannya saja, psikologisnya saja dan sosialnya saja. Tetapi harus juga dilihat
unsur sehat secara kerohanian atau agama. WHO pernah mendefinisikan bahwa orang
sehat adalah apabila ia sehat fisik, mental, sosial, dan bebas dari cacat atau
penyakit. Tetapi sejak 1984 definisi tersebut sudah berubah, yaitu memasukkan
unsur spiritual atau kerohanian atau keagamaan. Jadi, sekarang istilah sehat
ditinjau dari empat 5 dimensi : fisik, mental, sosial, bebas dari cacat atau
penyakit, dan spiritual atau kerohanian.
(Yafie, dkk, 2008: 49-50 ).
Dengan demikian untuk memotivasi kesembuhan pasien tidak hanya
memberikan perhatian pada aspek fisik atau medis saja. Tetapi juga memberikan
terapi dengan pendekatan psikis maupun rohani. Oleh karena itu, motivasi
kesembuhan sangat diperlukan dalam mengatasi jiwa pasien. Untuk pengobatan
terutama terhadap gangguan mental yang berakibat pada fisik dapat dilakukan
dengan pendekatan agama Islam melalui shalat, dzikir dan doa, khususnya untuk
menimbulkan kekuatan jiwa, pendorong diri dan juga proses penyembuhan penyakit
yang dideritanya.
Oleh karena itu, berawal dari pemikiran betapa urgennya terapi doa
dan motivasi bagi kesembuhan pasien, maka RS. Widodo Ngawi, bekerjasama dengan
penyuluh agama Islam Kankemenag Kab. Ngawi untuk memberikan layanan Bimbingan
Kerohanian Islam melalui terapi do’a dan motivasi bagi pasien rawat inap di RS.
Widodo.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
proses bimbingan kerohanian Islam melalui terapi do’a dan pemberian motivasi oleh
Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kab.
Ngawi kepada pasien rawat inap di RS. Widodo Ngawi?
2.
Bagaimana
implikasi bimbingan kerohanian Islam melalui terapi do’a dan pemberian motivasi
oleh Penyuluh Agama Islam Kankemenag Kab. Ngawi kepada pasien rawat inap di RS.
Widodo Ngawi?
II.
GAMBARAN UMUM
BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAMKEPADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT WIDODO NGAWIOLEH
PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI.
A.
LATAR BELAKANG
ADANYA PROGRAM BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM KEPADA PASIEN RAWAT INAP DI RS.
WIDODO NGAWIOLEH PENYULUH AGAMA ISLAM KANKEMENAG KAB. NGAWI.
Program bimbingan kerohanian islam kepada
pasien rawat inap di rumah sakit Widodo Ngawioleh Penyuluh Agama Islam Kankemenag
kab. Ngawi sesungguhnya telah sejak lama
dirintis dan dilaksanakan, yakni kurang lebih sudah mulai tahun 2000-an dimana
formasi Penyuluh Agama Islam di Departemen Agama kala itu baru ada. Hal itu
bermula dari hasil Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang)
Kabupaten Ngawi yang diikuti oleh Kasi Penamas mewakili Kepala Kantor
Departemen Agama kala itu. Beberapa peserta rapat lintas sektoral kedinasan di
lingkungan Kabupaten Ngawi melihat bahwa dimungkinkan diantara dampak dari
adanya tekanan krisis ekonomi tahun 1998, maka tampak adanya gejala gangguan
psikologis masyarakat semakin meningkat, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Ngawi dan Rumah Sakit Widodo. Sehingga kiranya dibutuhkanpenanganan
pasien Rumah Sakit itu tidak hanya pengobatan medik namun juga penanganan
non-medik.
Dari hasil Musrenbang Kabupaten
Ngawi tersebut maka Departemen Agama Kabupaten Ngawi – saat itu - melalui Seksi
Penamas menyusun SOP kepenyuluhan kepada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ngawi dan Rumah Sakit Widodo Ngawi dan mengirim para Penyuluh
Agama Islam dalam kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis).
Namun begitu, dalam tulisan ini,
penulis membatasi pembahasan hanya pada kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam
(Bimrohis) di Rumah Sakit Widodo.Hal itu tidak berarti mengecilkan arti
kegiatan Bimbingan Kerohanian Islam (Bimrohis) oleh para Penyuluh Agama Islam
Kankemenag Ngawi pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Ngawi, namun
selain hanya untuk pembatasan masalah juga dikarenakan Rumah Sakit Widodo
sebagai Rumah Sakit Swasta merasa perlu untuk meningkatkan kerja sama lebih
baik lagi dengan Kan Kemenag Kabupaten Ngawi untuk menangani Pelayanan Bimbingan
Kerohanian Khusus kepada Pasien Rawat Inap yang kritis atau tipis harapan
sembuh melalui MOU bersama antara Kementerian Agama dan Rumah Sakit Widodo.
1.
URGENSI,FUNGSI DAN TUJUANBIMBINGAN
ROHANI ISLAM
URGENSI
BIMBINGAN ROHANI ISLAM
Bimbingan rohani yang diberikan oleh rohaniwan sangat
diperlukan karena orang sakit atau pasien tidak hanya membutuhkan pelayanan
fisik, namun juga memerlukan suatu ketenangan jiwa dan motivasi kesembuhan.
FUNGSI
BIMBINGAN ROHANI ISLAM
1. Bimbingan rohani Islam sebagai salah
satu bentuk dakwah.
2. Bimbingan rohani Islam
berperan langsung menangani atau membantu orang sakit sekaligus
memberikan terapi keagamaan.
TUJUAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN
Tujuan dari
pelaksanaan bimbingan rohani pasien diantaranya yaitu:
1.Memberikan penyadaran pada pasien agar
dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya.
2. Memberikan pengertian dan bimbingan kepada pasien dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian
yang harus dikerjakan dalam
batas kemampuannya, seperti
sholat.
3. Melakukanpengobatan dengan tetap memegang tuntunan Islam
dalam kehidupan keseharian,seperti pasien makan dan minum termasuk minum obat
dibiasakandiawali dengan bacaan
basmalah dandiakhiri dengan doa hamdalah, dan terus mengisi hati dengan dzikir
4. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode
etik kedokteran dan tuntunan agama.[8]
2.
JADWAL PETUGAS
BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM
Petugas Bimbingan Kerohanian Islam
(Bimrohis) terdiri dari seluruh Penyuluh Agama Fungsional (PNS) dan sebagian
Penyuluh Agama Honorer (Non-PNS) Kankemenag Kabupaten Ngawi. (Jadual Terlampir)
3.
PETUNJUK
PELAKSANAAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM KEPADA PASIEN
Sebelum melaksanakan Bimbingan Kerohanian Islam
(Bimrohis) kepada pasien, petugas harus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit yakni
perawat di ruang perawat untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan
pasien seperti jenis penyakit dan agamanya. Setelah berkoordinasi selanjutnya petugas Bimrohis berkeliling ke
tiap-tiap bangsal atau kamar pasien, yang mana seorang petugas bimrohis mengawalinya
dengan memperkenalkan diri
kepada pasien dan keluarganya. Selanjutnya, petugas Bimrohis memulai
bimbingan. Tapi sebelumnya, petugas rohani terlebih dulu melakukan pendekatan
dengan pasien dengan mengetahui keadaan
psikologis pasien. Berbicara dari hati ke hati kepada pasien baik
tentang apa yang dirasakan saat
ini dan bagaimana kondisinya.
Dari situ, petugas Bimrohis bisa tahu gambaran sekilas tentang kondisi pasien
khususnya kondisi mental/psikologisnya. Kemudian petugas Bimrohis mengajak
keluarga untuk berdoa bersama memohon kepada Sang Penyembuh Allah Swt untuk
memberikan kesembuhan dan yang terbaik bagi pasien, menguatkan hati dan
keimanan pasien dan keluarganya serta meminta diberi kesabaran dan keihlasan
dalam menjalani ujian Allah Swt.
4.
MATERI YANG
DIBERIKAN KEPADA PASIEN
1.
Materi pokok
bidang agama meliputi
·
Aqidah/Keimanan/Tauhid
·
Syari’ah
·
Ibadah
·
Akhlaq bagi
orang sakit, yakni Sabar, Ikhlas, Ihtiyar, Memperbanyak dzikir, dan Tawakkal
kepada Allah Swt akan qudrah dan irodah-Nya khususnya kaitannya dengan hidup
dan mati.
2.
Pemberian
Motivasi kepada Pasien dan keluarganya
3.
Terapi do’a
B.
GAMBARAN UMUM
RUANG RAWAT INAP RS. WIDODO
Secara umum Ruang rawat inap Rumah Sakit Widodo Ngawi terdiri
antara lain : VIP, Sriwijaya, Majapahit, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Ruang
anak, Sal anak, Recovery Room, Ruang ICU, Isolasi, Cuvis, Kamar Bersalin, dan
Kamar Bersalin Sal.
III.
PELAKSANAAN
BIMROHIS MELALUI TERAPI DOA DAN PEMBERIAN MOTIVASI KEPADA PASIEN RAWAT INAP RS.
WIDODO
A.
PROSES TERAPI
DAN PEMBERIAN MOTIVASI
1.
IDENTIFIKASI
PASIEN
Setiap kali mengunjungi pasien Rumah
Sakit widodo kami tim Bimrohis berkoordinasi dengan petugas rumah sakit tentang
identitas pasien khususnya tentang agama yang dianut pasien. Hal ini untuk
memudahkan komunikasi dengan pasien dan keluarga yang menunggunya
2.
PENGENALAN
Saat memasuki kamar pasien petugas
Bimrohis selalu mengucapkan salam dan memperkenalkan diri sebagai Tim Bimbingan
Kerohanian Islam Rumah Sakit Widodo yang berasal dari unsur Penyuluh Agama pada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngawi hendak melaksanakan tugas kunjung
pasien di Rumah Sakit Widodo sebagai bagian dari kewajiban seorang muslim atas
muslim lainnya yakni saling menasehati, saling mendoakan, saling
bersilaturrahmi dan apabila ada yang sakit maka haknya adalah dijenguk.
3.
PRAKTEK
Bimbingan Kerohanian Islam dan terapi doa diberikan kepada
semua pasien rawat inap Rumah Sakit Widodo. Bagi pasien yang masih dalam
kondisi normal artinya bisa diajak komunikasi dengan baik maka,
pemberian bimbingan kerohanian islam dilakukan dengan cara:
1. Pasien dan keluarganya diajak
berdo’a bersama yang dibimbing oleh petugas bimrohis.Pasien dan
keluarganya dianjurkan untuk selalu sering berdo’a sendiri.
2. Pasien diberi pengertian agar dapat
memahami segala cobaan dan ujian yang sedang dihadapinya dengan sabar dan
ikhlas.
3. Pasien dan
keluarganya selalu diingatkan agar selalu
ingat kepada Allah dan tidak meninggalkan ibadah wajib khususnya sholat
dan ibadah-ibadah lain seperti membaca Al- Qur’an.
4. Pasien diberi
pengertian kalau penyakit yang sedang
dideritanya berasal dari Allah SWT dan Allah pula yang akan menyembuhkannya.
5. Pasien dan keluarganya diberi
pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat kepada
pengobatan yang dilarang oleh
agama seperti pengobatan kedukun, paranormal dan lain sebagainya.
6. Menumbuhkan sikap optimis
kepada pasien bahwa penyakitnya akan cepat sembuh.
7. Pasien
diarahkan untuk tidak banyak berfikir,
terutama bagi pasien yang ekonominya lemah diarahakan untuk tidak
memikirkan biaya pengobatan dulu. Serta bagi pasien yang sakit
karena banyaknya masalah maka dianjurkan untuk
bisa tidak memikirkan masalahnya dulu.
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar
pasien maupun keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai
mahluk Allah SWT.
Sedangkan pemberian bimbingan rohani bagi anak-anak, petugas
rohanilebih banyak bercerita, memotivasi dan selalu mengingatkan agar
makan dan minum secara
teratur, tidak boleh jajan di sembarang tempat, jangan lupa minum obat, dan lainnya. Disamping itu petugas rohani
memberikan bimbingan kepada keluarganya untuk tetap sabar dan selalu
memotivasi atau membesarkan hati sang anak.
Sedangkan untuk pasien berat seperti pasien kritis atau koma dan telah divonis
dokter sudah tidak bisa disembuhkan kecuali
atas mu’jizat dari
Sang Kuasa (pasien terminal), pasien tender last care (TCL) dan pasien yang
sedang sakarotul maut lebih ditekankan kepada do’a bersama keluarga pasien maupun
doa oleh petugas bimrohis khusus. Hal ini dilakukan baik saat jadwal bimrohis
mmaupun saat ada permintaan sewaktu-waktu dari keluarga pasien.Adapun bimbingan
yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atau sakarotul maut antara
lain sebagai berikut:
1. Pasien dido’akan sambil ditekan
jempol kaki kanannya
2. Pasien dituntun untuk mengucapkan
kalimat Allah semampunya
3. Pasien dibacakan ayat-ayat Al Qur’an
seperti Surat Yasin sesering mungkin
B.
HASIL YANG
DICAPAI
1.
PENGARUHNYA
DALAM PROSES PENYEMBUHAN
2.
PERUBAHAN YANG
DIALAMI PASIEN
·
Semakin
teguhnya keimanan Pasien dan keluarganya.
·
Perasaan lebih
tenang dan pasrah kepada kehendak Allah Swt.
·
Tekad untuk
hidup lebih baik secara mental, sosial maupun spiritual.
3.
KENDALA DALAM
MENANGANI PASIEN
·
Intensitas dan
waktu yang kurang memadai dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan kerohanian
Islam yakni hanya dua minggu sekali/ bulan,sehingga tidak bisa menjangkau
seluruh pasien Rumah Sakit Widodo.
·
Terbatasnya
personil Tim Bimbingan Kerohanian Islam, khususnya yang berdomisili dekat Rumah
Sakit Widodoatau di sekitaran Ngawi kota, sehingga pelayanan terhadap
permintaan terapi doa dari keluarga pasien, khususnya bagi pasien koma/kritis
kurang optimal.
IV. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit pada umumnya`lebih
ditekankan pada faktor fisik, kurang begitu memperhatikan faktor psikologis dan
spiritual. Padahal kedua faktor tersebut sangat berperan pada kondisi fisik
seseorang. Oleh karena itu, dalam usaha mempercepat penyembuhan pasien,
diperlukan penangananan yang sinergis dan integral yakni pengobatan secara
medis oleh dokter dan perawat, dan penangan dimensi psikis dan spiritual oleh
konselor dan atau Tim Bimbingan Kerohanian. Dari upaya ini, diharapkan pasien
Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit Widodo dan keluarganya mempunyai motivasi dan
sikap optimisme yang kuat untuk terus berobat dan mencari penyembuhan, berjiwa
lapang dada (sabar) dalam menerima segala ujian baik ujian nikmat maupun sakit
serta lebih dekat kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan sikap penuh keimanan
dan ketawakkalan.
Do’a bisa
memberikan ketenangan bagi orang yang sedang sakit, baik dibaca sendiri maupun
dibacakan oleh orang lain. Semakin tenang hati orang yang
sakit maka organ-organ tubuhnya akan mampu bekerja dengan baik,
termasuk dalam memproduksi zat-zat antibodi yang sangat berguna untuk memerangi
bibit penyakit yang ada dalam tubuh. Makin banyak zat antibodi yang ada dalam
tubuh maka semakin kuat dan dapat mempercepat kesembuhan pasien.
B.
SARAN-SARAN
Karena pentingnya penguatan aspek psikologis dan spiritual bagi proses
pecepatan penyembuhan pasien, maka kedepannya diharapkan kiranya :
1.
pelayanan
bimbingan kerohanian Islam di Rumah sakit Widodo dapat dilakukan setiap hari
dengan pengaturan jadwal petugas yang memadai
2. perlu terus ditingkatkan kualitas sumber daya manusia petugas
bimbingan kerohanian Islam yang meliputi antara lain :
a. Kemampuan Profesional (Keahlian).
b.
Sifat
Kepribadian yang Baik (akhlaqul-karimah).
c.
Kemampuan
Kemasyarakatan (Berukhuwah Islamiyah).
d.
Ketaqwaan
pada Allah.
3. kesiagaan Personil/Petugas Tim bimbingan
kerohanian Islam khusus, yakni kaitannya dengan pelayanan terapi doa bagi
pasien terminal/kritis perlu terus
ditingkatkan
C.
PENUTUP
Suatu
penelitian di Barat mengungkap
bahwa penyebab sakit 70% adalah masalah psikologis. Ini menunjukkan bahwa sakit
fisik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan psikologis penderita. Tidak
terlalu penting untuk mengatakan bahwa masalah psikologis menjadi penyebab rasa
sakit atau sebaliknya sakit fisik yang kemudian menyebabkan masalah psikologis,
akan tetapi dalam pandangan kami keduanya mempunyai kemungkinan yang sama.
Seperti yang telah kami uraikan dalam bagian-bagian sebelumnya sangat jelas
bahwa bimbingan rohani pasien mutlak dibituhkan oleh pasien dan itu merupakan hak pasien. Dengan
demikian maka suatu Rumah Sakit sudah semestinya memiliki petugas khusus
bimbingan kerohanian bagi pasien.
Bimbingan kerohanian bagi pasien akan
sangat membantu dokter dalam melakukan pengobatan medis dalam kaitan percepatan proses
penyembuhan pasien. Jadi dalam upaya memberikan layanan pengobatan kepada
pasien bisa dilakukan dari dua sisi yaitu secara medis oleh dokter dan sisi
rohani atau psikologis oleh seorang petugas Bimroh.
LAMPIRAN –LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
AlQarni, Aidh.,La-Tahzan (TerjemahSamsonRahman),Jakarta:Qitsiperss, 2004.
Bukhori,Baedi.,Upaya Optimalisasi
Sistem PelayananKerohanianbagi
PasienRawat Inap,Semarang: Walisongo,2005.
Jaya,Yahya.,SpiritualisasiIslam,Jakarta:Ruhama, 1994.
Arifin,H.M.,PedomanPelaksanaan BimbinganDanPenyuluhanAgama, Jakarta:GoldenTayaranPress, 1982.
Samsudin, Salim.,BimbinganRohaniPasienUpayaMensinergisitaskan Layanan
Medis dan Spiritual di Rumah Sakit, Semarang:
2005.
Pratikna, Ahmad Watikan
dan Sofro,
Abdussalam.,
Islam Etika Dan Kesehatan,Jakarta:CVRajawali, 1996.
Faqih, Aenurrohim.,BimbinganKonselingDalamIslam,Yogyakarta: UII Perss, 2001.
MusfirbinSaid Azzahrani,KonselingTerapi,Jakarta:GemaInsani, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar