KHUTBAH JUM’AT
MEMILIH WAKIL RAKYAT YANG
ISLAMI
Ed. : ANIS
PURWANTO
Ma’asyiral
Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Sebuah dinamika kehidupan hanya dapat kita nilai manakala
kita mau merenungkan langkah-langkah kita dimasa lalu dan kemudian memikirkan
apa langkah kita dimasa-masa yang akan datang. Maka alangkah baiknya pada
kesempatan mulia ini kita merenung dan menghitung diri kemudian berusaha untuk
terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, melaksanakan segala
perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, sehingga kualitas
kehidupan kita di masa datang akan lebih baik dari masa lalu. Shalawat dan
salam kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta,
panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam
bermasyarakat dan bernegara.
Disinilah sebenarnya
letak hakekat taqwa yang merupakan kunci sukses bagi seorang hamba Allah untuk
mendapatkan tempat tertinggi disisiNya. Semoga kita termasuk diantara
hamba-hamba Allah yang muttaqin.
Kaum Muslimin Rakhimakumullah.
Sebagai
agama yang menurut Allah menjadi “rahmatan lil ‘alamin, atau rahmat bagi alam semesta,
Islam memiliki ajaran yang sempurna dimana ia tidak hanya mengatur hubungan
ubudiyah semata, tetapi ia juga mengatur hubungan muamalah.
Kebahagiaan
hidup sejati hanya dapat diperoleh manusia manakala ia mampu menjaga kedua
jenis hubungan ini. Dalam hal ini Allah telah berfirman :
ضُرِبَتۡ
عَلَيۡہِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيۡنَ مَا ثُقِفُوٓاْ إِلَّا بِحَبۡلٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ
وَحَبۡلٍ۬ مِّنَ ٱلنَّاسِ
“Mereka akan ditimpa kehinaan hidup dimanapun
mereka berada, kecuali mereka mampu menjaga hubungan baik dengan Allah dan
menjaga hubungan baik dengan sesama manusia”. (QS Ali Imran : 112).
Dalam
konteks ini tidak berarti bahwa ubudiyah harus diletakkan dalam posisi
berlawanan dengan muamalah seperti yang terjadi di negara-negara sekuler,
tetapi keduanya harus berjalan serasi dan seimbang dalam sebuah kesatuan
langkah. Artinya, sejauh apapun polarisasi dan dinamisasi kegiatan muamalah
kita, kita harus tetap berada dalam lingkaran ubudiyah kepada Allah, sehingga
selonggar apapun pengawasan manusia terhadap aspek-aspek sosial kita, kita
tetap berada pada rel kebenaran, sebab kita merasa bahwa mata Allah tidak
pernah tidur dan berpaling dari kita sedikitpun.
Prinsip
ini harus menjiwai setiap elemen bangsa kita, termasuk para pemimpin kita, baik
dalam level nasional ataupun regional sekalipun. Dan al hamdulillah kita telah mengadakan
Pemilu Legeslataif, yang memilih wakil-wakil kita yang duduk di parlemen,
kemarin Rabu Pon tanggal 9 April 2014.
Namun disini kita tidak akan menghitung siapa yang menang, siapa yang
unggul atas siapa, tetapi lebih kepada melihat kembali bahwa event pemilu
kemarin seharusnya kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk memilih wakil
kita, yang mestinya setiap tindak
langkahnya selalu dijiwai oleh semangat niat ubudiyah kepada Allah SWT. Dan
sebagai masyarakat awam, kita menganggap wakil kita diparlemen itu juga sebagai
pemimpin kita, yang akan memberikan arah perjalanan bangsa dan negara pada
jenjang lima tahun kedepan. Pemimpin semacam ini dalam Islam diberi lebel
dengan sebutan “al imaamul aadilu” atau imam yang adil.
Kata
kunci dari pemimpin ideal menurut Islam adalah “Adil”. Maka pemimpin yang adil
adalah pemimpin yang mampu memandang setiap permasalahan dari berbagai sudut
yang tepat, mampu berpikir secara obyektif rasional dan mampu meletakkan setiap
permasalahan bangsa secara proposional.
Untuk
menjadi seorang yang yang bertitel wakil rakyat tentu harus memiliki berbagai
persyaratan yang tidak mudah. Kepintaran saja tidak cukup untuk menjadi bekal
bagi seorang anggota dewan, sebab bisa jadi karena kepintaran yang tidak
dilandasi keimanan yang cukup lantas ia menjadi apa yang disebut dalam bahasa
jawa “minteri” orang-orang yang berada di bawahnya.
Dalam
Islam seorang pemimpin harus memiliki ciri-ciri khusus antara lain yang pertama
adalah jujur. Dan yang kedua adalah amanah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS An Nisa’
:58 :
إِنَّ ٱللَّهَ
يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya”.
Bagi
seorang anggota dewan, apa yang menjadi harapan dari rakyat yang memilihnya
adalah sebuah amanah yang harus dilaksanakan, sehingga setiap kebijakan yang
keluar dari pikirannya harus berpihak kepada kepentingan rakyat yang telah
memilihnya, bukan sebaliknya dimana kedudukan yang diraihnya hanya digunakan
untuk mencari sebesar-besar kepentingan pribadinya.
Ciri
berikutnya adalah cerdas, atau fatonah yang
juga merupakan salah satu sifat Nabi SAW. Cerdas disini tidak bisa hanya
diartikan “pintar” saja sebab pintar saja tidak cukup bagi seorang anggota
dewan, tetapi cerdas merupakan gabungan antara “kepintaran” dan
“kebijaksanaan”, sehingga setiap gagasan yang cerdas akan mampu mengatasi
setiap permasalahan secara proposional.
Jamaah Jumah Rakhimakumullah.
Demokratis
adalah merupakan ciri berikutnya. Disamping itu seorang anggota dewan juga
harus mempunyai ciri bertanggung jawab atas apa yang diembannya. Dalam istilah
sekarang sering kita dengar kata-kata public accaountability, atau sering
disebut juga akuntabilitas publik, dimana seorang harus mampu mempertanggungjawabkan
hasil kepemimpinannya pada masyarakat umum. Dalam konsep Islam permintaan
pertanggungjawaban tidak hanya dilakukan dalam kehidupan di dunia saja tetapi
di akhirat kelak, seorang wakil rakyat juga harus mempertanggungjawabkan perwakilannya
di hadapan Allah SWT.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rakhimakumullah.
Mendasar
ciri-ciri diatas, insya Allah berbagai bentuk krisis dan berbagai bentuk persoalan
yang dihadapi bangsa ini akan dapat kita atasi. Oleh karenanya, siapapun yang
menjadi wakil kita yang duduk sebagai anggota dewan nanti, merupakan pemimpin masa depan, yang nanti akan kita
serahi kemudi kapal bangsa dan negara ini. Semoga siapapun pilihan kita di
pemilu kemarin adalah merupakan pilihan terbaik. Sehingga kita tidak
menyerahkan kemudi kapal kita kepada nahkoda yang yang keliru, yang tidak mampu
membawa kapal kita menuju arah dan tujuan yang benar. Tetapi sebaliknya malah membawa kapal kita
menuju ombak yang lebih besar yang akan menghancurkan kapal kita, sehingga kita
akan tenggelam bersamanaya. Bila demikian kejadiannya, maka kedamaian,
kesejahteraan dan kemakmuran yang kita idam-idamkan hanyalah akan menjadi mimpi
di siang bolong. Marilah kita ingat sebuah sabda Rasulullah : “Apabila sebuah
permasalahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancurannya”.
Mengakhiri
khubah kali ini, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, semoga Allah senantiasa
memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita sekalian. Semoga Pemilu kemarin
dapat menghasilkan wakil-wakil kita yang mampu membawa negara yang baldatun toyyibatun
wa robbun ghofuur. Amin ya rabbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar