BERKAH 1000 BULAN
Oleh : Anis Purwanto
Ramadhan
adalah bulan agung. Bulan keberkahan. Segala kebaikan Allah akan tercurah dibulan
Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan baik manusia dicatat oleh Allah sebagai
amal yang berlipat ganda, dimana hari-hari Ramadhan adalah kemuliaan dan
malam-malamnya penuh keberkahan. Bahkan setiap tarikan nafas muslimin yang
berpuasa karena Allah akan langsung dikirimi ribuan pahala. “Telah datang
kepadamu Ramadhan. Bulan yang dipenuhi berkah. Allah Azza Wajalla mewajibkan
kamu berpuasa kepadanya. Pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka
ditutup, dan selama Ramadhan itu para setan dibelenggu. Allah memiliki satu
malam dalam bulan Ramadhan yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan. Siapa yang
dihalangi kebaikannya, sunnguh ia tidak akan mendapatkan apa-apa”. (HR Imam
Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Karenanya, di bulan Ramadhan
Allah SWT menurunkan satu malam yang sangat mulai yaitu “Lailatul Qadar”. Malam dimana nilainya lebih baik dari seribu
bulan. Bukan sekedar sama dengan seribu bulan. Melainkan lebih baik dari pada
seribu bulan.
لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ
خَيۡرٌ۬ مِّنۡ أَلۡفِ شَہۡرٍ۬ (٣)
“Malam Qadar (itu) lebih baik dari pada seribu
builan”. (QS Al Qadar:3) .
Kalau
kita jumlahkan semua keberkahan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
itu, maka kita akan mendapat nilai totalnya sama dengan kebaikan dunia dan
akhirat. Bila mana puasa yang kita lakukan selama sebulan setiap tahun itu bisa
menjadi latihan pengendalian nafsu syahwat kita, pasti kita akan mendapatkan
kebaikan yang banyak di dunia dan terhindar dari banyak masalah. Kalau saja
kita mendapat kesempatan untuk menghidupkan satu malam dengan berbagai ibadah ,
yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan, maka satu malam itu bernilai lebih
dari keseluruhan umur kita. Sebagai
ilustrasi dapat kita hitung 1000 bulan = 83,3 tahun. Jika selama hidup ini kita
mendapat 10 kali malam lailatul qadar maka masilnya : 10 X 83,3 = 833 tahun. Dan begitu
seterusnya, berlipat-lipat.
Di
bulan ini pula, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat
manusia, dan terutama bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang
hidupnya ingin meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki, baik di dunia ini
maupun di akhirat nanti.
شَہۡرُ رَمَضَانَ
ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ
ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
“Bebarapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS Al-Baqarah:185).
Menyadari kehebatan bulan yang penuh
berkah inilah Ramadhan berfungsi sebagai titik tolak kembalinya diri kepada
fitrah sejati. Sehingga dari Ramadhan ini lah dibangun komitmen kontiunitas
kesadaran berkeimanan dan berketaqwaan dalam berketuhanan, bukan hanya untuk
satu bulan dalam satu tahun ini saja, akan tetapi untuk tahun-tahun berikutnya
selama hayat masih dikandung badan.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن
قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al Baqarah;183).
Sungguh kenikmatan yang luar biasa karena umat
Islam diberi Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Saking banyaknya , kita sering
menandai dengan angka 1000 an, karena keberkahan itu tak lagi dapat terbilang. Karena berkah adalah
kebaikan dan manfaat yang berlimpah yang datang dari Allah untuk penghuni bumi
sejak awal bulan hingga akhir, “dan Allah menjadikanku diberkahi dimanapun aku
berada”. Keberkahan Ramadhan akan
meliputi segala sesuatu. Kaum fakir miskin mendapat banyak santunan
(solidaritas sosial), Kerabat bertemu dibawah naungan kemurahan dan kasih
sayang (silaturrahhim). Kaum dewasa menghormati kawula muda. Orang yang
melaksanakan perintah puasa Ramadhan ini dengan penuh rasa iman dan hanya
mengharap pahala dari Allah, maka ia akan mendapat ampunan terhadap dosa-dosa
yang ia lakukan pada masa yang telah lalu. Ampunan yang ia terima inilah yang
sesungguhnya menjadi keberkahan yang sungguh teramat tinggi nilainya. Sebab
seseorang akan sangat beruntung dalam
hidupnya manakala di akhir hayat nanti ia termasuk orang yang mendapat ampunan
dari segala dosanya. Yang pasti keberkahan itu adalah kebaikan ilahi.
Sehingga
Ramadhan adalan bulan perjuangan menjauhi dosa-doa. Dan setidak-tidaknya selama
satu bulan dalam satu tahun inilah kita akan membuktikan komitmen itu. Kita
akan membuktikan selama Ramadhan mampukan untuk meninggalkan segala bentuk dosa
dan kemaksiatan. Bahkan kita akan berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan
yang sia-sia. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang
kita lewati memberikan makna dan menjadikan ibadah kepada Allah SWT. Bahkan
satu bulan ini pula lidah kita akan lelalu basah dengan dzikrullah, jauh dari
pembicaraan dusta dan bohong. Pandanga kita akan tertuju kepada ayat-ayat Allah
dan terjaga dari segala yang diharamkan. Telingan kita akan dipergunakan untuk
mendengarkan kultum dan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang disuarakan pengeras
suara masjid . Langkah kaki kita akan selalu melangkah menuju masjid dan tangan
kita akan kita julurkan untuk meminta
maaf dan banyak memberikan sedekah.
Selama
Ramadhan kita akan mengendalikan nafsu dari maksiat. Meski kita sadar bahwa
nafsu itu sebenarnya sangat lemah. Manusia bukan mahkluk yang dikendalikan oleh
nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Namun kenyataannya upaya
untuk mengendalikan nafsu itu sangat berat dan sering menemui kegagalan. Maka
sepantasnya bila kemudian setiap muslim menyambut Ramadhan ini dengan semangat jihadun
nafs. Rasulullah SAW bersabda : “Roja’na min jihadil ashghar ilaa
jihadil akbar ”, peperangan fisik yang begitu dahsyat dengan mempertaruhkan
nyawa di waktu perang Badar dianggap sebagai perang kecil,jika diskalakan
dengan jidadun nafs. Sebab jihat melawan nafsu sendiri itu lebih besar dan
lebih berat.
Selama
Ramadhan ia tidak boleh makan dan minum, kendati ia mampu untuk melakukannya,
ia juga idak boleh makan apa saja tanpa
membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Tidak boleh berbuat apa saja
tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebab didalam kehidupan
sehari-hari, kita saksikan ditengah masyarakat yang prilaku yang dikendalikan
oleh hawa nafsu, menyebar makanan dan minuman yang haram, bahkan dianggap lumrah,
tidak ada ewuh pekewuh, perzinaan terjadi dimana-mana tanpa merasa
berdosa sedikitpun. Dan masih banyak lagi jenis penyakit sosial yang
akhir-akhir ini terjadi di masyarakat. Inilah kondisi masyarakat yang rapuh.
Meski Allah telah menggambarkan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena
mereka hidup diatas kebebasan nafsunya.
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا
لِجَهَنَّمَ ڪَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٌ۬ لَّا
يَفۡقَهُونَ بِہَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٌ۬ لَّا يُبۡصِرُونَ بِہَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٌ۬
لَّا يَسۡمَعُونَ بِہَآۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡغَـٰفِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk ini neraka
Jahanam kebanyakan dari Jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakan untuk memehami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempynyai mata (tetai)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS Al A’raf :179).
Ini menunjukkan bahwa dalam diri
manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik, kekuatan nafsu dan kekuatan
iaman dan taqwa. Bila iman dan taqwanya lebih kuat, maka terkendalilah hawa
nafsunya. Sebailknya bila iman dan taqwa kepada Allah lebih lemah, maka nafsu
akan lebih dominan. Bila nafsu lebih dominan, maka ia utamakan dunia diatas
akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia.
وَأَمَّا مَنۡ خَافَ
مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ (٤٠) فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ
هِىَ ٱلۡمَأۡوَىٰ (٤١)
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”. QS An Nazi’at:40-41).
Sehingga
inilah mengapa kemudian Allah berkenan mengembalikan fitrah umat manusia, sebab
tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup didalam gelimangan noda dan dosa,
akan melahirkan pribadi dan masyarakat
yang baik . karena itu jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang
bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali
bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan
masjid, menghidupkan nuasa islami ditenga-tengah keluarga, mempelajar
Al-Qur’an, membacanya dan memahaminya., mengendalikan nafsu dari dosa-dosa,
menundukkan syetan, menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail. Sehingga
Ramadhan menjadi contoh kehidupan dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati.
Dan inilah rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai
tangga menuju taqwa “La’allakum tattaquun”.
Keistimewaan Ramadhan
menjadi perhatian khusus Rasulullah, dimana beliau memberi motivasi kepada
seluruh sahabatnya agar menyambutnya dengan hati yang gembira. Sebab betapa
hebatnya bulan yang agung itu. Bulan yang penuh rahmat, bulan pengampunan,
bulan pembebasan dari siksa api neraka, bulan Al-Qur’an, bulan dilipatgandakan
pahala, bulan Lailatul Qadar, bulan do’a dikabulkan. Sampai-sampai Rasulullah
SAW menggambarkan, andaikata umat manusia mengetahui kehebatan bulan Ramadhan,
ia pasti akan memohon kepada Allah agar seluruh bulan dalam setahun itu
semuanya Ramadhan. Ia akan rela berlapar-lapar, menahan dahaga, mengendalikan
nafsu, menahan amarah, dan tentunya akan memperbanyak amal ibadah. Yang
penting, bisa meraih kehebatan bulan suci, bulan 1000 berkah, “Kalau manusia
tahu apa yang terdapat pada bulan Ramadhan, pastilah mereka berharap Ramadhan
itu (berjalan) selama satu tahun”. HR. Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi).
Begitu hebatnya bulan
suci Ramadhan, yang disediakan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman. Tujuannya, untuk mengembalikan jati diri manusia sebagai mahkluq
paling mulia. Maka sudah seharusnya bila mana umat Islam menjadikan Ramadhan
itu sebagai momentum untuk “berfastabikhul khairah”, memperbanyak amal
ibadah, untuk meraih berkahnya 1000
bulan. Wallahu a’lam. (Disarikan dari
beberapa tulisan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar