Rabu, 11 April 2012

BILA TAUHID SUDAH MANTAP


BILA TAUHID SUDAH MANTAP
Oleh : Drs.Anis Purwanto
(Penyuluh Agama Fungsional Kec. Kedunggalar)

Bisa saja, kita beranggapan bahwa masalah tauhid itu penting dan pokok dalam agama Islam, bahkan wijib. Malah persoalan tauhid menjadi topik wajib dalam setiap ceramah para mubaligh/penyuluh Agama Islam. Tindakan itu seratus persen benar. Tetapi, karena didalam kacamata sebagian orang tauhid itu telah ada dalam diri kita, malah mendarah daging, maka tauhid pada diri masyarakat sudah dianggap beres semuanya. Sehingga banyak diantara mereka yang meremehkan profesi Penyuluh Agama Islam  yang selalu mendengung-dengungkan tauhid.
Terkadang muncul celetukan diantara mereka, “Kalian ini ketinggalan jaman, hari gini masih bicara tauhid?. Atau yang lebih halus lagi berkata, “Agenda kita sekarang bukan lagi masalah TBC - ‘takhayul, bid’ah dan churafat’, sekarang kita harus lebih perhatian terhadap agenda kemanusiaan”. Atau yang lebih cerdik lagi berkata “ Kalau kita meributkan masalah aqidah umat itu artinya kita su’udzan kepada sesame muslim, padahal su’udzan itu dosa! Jangan kalian usik mereka, yang penting kita bersatu dalam satu barisan demi tegaknya khilafah”. (Rustamaji, PAH 2011) Wheleh-wheleh.
Memang tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan umat manusia, sebab tauhid menjadi landasan bagi setiap amal. Sehingga tauhid merupakan agenda terbesar umat Islam sepanjang jaman. Jadi tauhid adalah hikmah penciptaan, tujuan hidup setiap insan, misi dakwah para Nabi dan Rasul, dan muatan kitab-kitab suci yang Allah turunkan, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyat:56). Karena itu hakekat tauhid pada intinya adalah pemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT.
Tauhid sebetulnya telah tercermin dari adanya pengakuan seorang hamba bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW utusan Allah, namun pengakuan tersebut harus direalisasikan dalam tindakan nyata, yaitu kerelaan didalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dan pemurnian aqidah - yang tidak dicampuri “takhayul, bid’ah dan churafat”, menjadi wajib bagi seorang yang berkopenten dalam kegiatan kepenyuluhan agama Islam. Bahkan tugas ini menjadi sangat orgen dan tetep actual untuk disampaikan dalam setiap kegiatan dakwah. Sebab, senyatanya dizaman yang serba modern seperti sekarang ini masih banyak yang mempunyai sifat gampang “menyekutukan “ Allah dalam bentuk lain.
Kita telah dengan ihklas mengucapkan dua kalimah syahadat, bahkan ucapan “laa ilaaha illallah” menjadi ucapan wajib didalam dzikir, maka tauhid seperti ini yang akan menjadikan penyebab bagi kebahagiaan diri dan terhapusnya segala dosa, “Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya dan kalimat yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya maka Allah pasti akan memasukkan ke dalam surga, apapun amal yang diperbuatnya’. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Sehingga sebagai kaum muslimin yang setiap hari selalu “sumanding ing kitab wahyu ilahi rabii”, yang setiap saat digembleng agar mejadi mukmin sejati, mukmin yang aqidahnya “seperti yang telah dinyatakan sempurna tadi”, betul-betul salimah “sehat betul” bahkan murni, tidak akan mempunyai rasa kuwatir bahkan terbebas dari rasa takut, didalam menghadapi segala persoalan hidupnya. Sebab dia mempunyai becking yang Maha, yakni Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”. (QS.Al Ahqaaf:13).
Sebab, didalam menghadapi keadaan “apapun yang terjadi” , sikapnya menggambarkan adanya kepribadian muslim yang sejati. Mempunyai kepribadian yang sangat mulia, ibadahnya muhlis karena Allah. Disaat menerima kenikmatan ndari Allah SWT dia tidak lupa memperbanyak syukur kepada Allah dan apabila dia baru menerima musibah, kekawatiran dan kesulitan, terlihat betapa besarnya sifat sabar. Tidak putus asa tetapi tetap berusaha menghadapi semua persoalan yang dihadapi dengan penuh mengharap pertolongan Allah SWT.
Sifat istiqomah didalam beraqidah yakni sifat yang kokoh didalam aqidahnya, lurus dan tegak tanpa ragu-ragu, apapun yang terjadi atas kepercayaannya itu akan dipertahankan sampai titik darah penghabisan. Malah, demikianlah sifat seseorang yang telah merasakan manisnya aqidah. “Orang yang bisa merasakan manisnya iman yaitu orang yang telah bisa merasakan puas kepada Allah sebagai Tuhannya, puas Islam menjadi agamanya , dan puas terhadap Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya”.
Tumbuhnya rasa puas serta rela tersebut berinplikasi terhadap kesempurnaan pelaksanaan peribadatan kita kepada Allah SWT.  Tetap berupaya semaksimal mungkin melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, menjadi kenyataan.Tujuan pokoknya adalah agar selamat hidup di dunia sampai di akhirat. “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”. (QS. Al-Baqarah:257).
Penghayatan dan pengamalan ajaran Islam yang berdasarkan akidah yang kuat, yang akan menggerakkan seseorang ihklas dan senang menjalankan semua kewajiban dan kebaikan, baik yang berkenaan dengan urusan dunia terlebih lagi urusan akhirat. Kuat menghadapi segala bentuk halangan dan rintangan hidup, tidak diliputi rasa kawatir. Sehingga penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam menjadi sifat kepribadiannya. Keberadaannya merasa diawasi dan dijaga oleh Allah SWT. Selamat dari godaan syaitan , yang selalu mengajak kepada manusia supaya melakukan segala macam kejahatan dan kemungkaran. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah Kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan yang mungkar”. (QS. An-Nur:21).
Tentu saja, semua orang ingin menjadi pribadi mukmin yang paripurna,  yang kuat akidahnya, istiqomah ibadahnya dan kuat menghadapi semua cobaan hidup. Keinginan seperti itu insya Allah bisa terwujud manakala kita mau perupaya sekuat kemampuan kita masing-masing, dengan tetap memohon hidayah Allah SWT, melaksanakan semua perintahNya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar