KHUTBAH JUM’AT
EVALUASI DAN
INSTROSPEKSI AKHIR TAHUN
oleh : Anis Purwanto
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Sejenak marilah kita menghubungkan segenap jiwa dan
raga kita dengan Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita.
Sebagai wujud rasa syukur itu marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT agar kehidupan kita mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Shalawat dan salam senantisa kita aturkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW.
Alhamdulillah , hari ini kita telah
memasuki Tahun Baru 2015. Panjang jalan telah
kita lalui, banyak pengalaman yang kita alami, suka dan duka telah kita jalani.
Kini, perjalanan kehidupan panjang terbentang didepan. Banyak harapan kita
gantungkan, setinggi langit cita akan kita raih. Tapi, apapun harapan dan cita
yang akan kita raih nanti, dalam situasi memasuki tahun baru seperti sekarang
ini, yang kita harapkan adalah adanya perubahan kearah kebaikan dan keutamaan.
Paling tidak peristiwa pergantian tahun baru dapat kita jadikan
sarana untuk evaluasi dan instrospeksi.
Apabila dapat kita umpamakan, amal kita yang telah
lalu bagaikan sebuah buku yang berisi catatan-catatan , kini telah kita tutup
dengan sempurna dan siap membuka buku baru dengan catatatan-catatan baru.
Dengan buku lama itu, maka dalam mengisi
lembar-lembar buku baru nanti diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman
yang dapat dijadikan guru yang paling baik , sehingga didalam catatan buku baru
nanti hanya akan tercatat warna sejarah kehidupan yang baik saja.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ
إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al Hasyr:18).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Malah,
layaknya orang yang “bebakulan”, waktu-waktu akhir atau setelah menutup
warungnya, biasanya lantas dipergunakan untuk menghitung-hitung lagi
dagangannya, satu hari tadi jualannya untung apa rugi. Apabila rugi apa
sebabnya, dan bila untung, untung berapa dan bagaimana caranya meningkatkan
keuntungannya dihari-hari berikutnya. Demikian juga, didalam kehidupan ini,
mestinya kita juga bisa menghitung -hitung amal kita salama satu tahun yang
lalu, iman dan taqwa kita bertambah atau malah berkurang, kesadaran dan
semangat beribadah kita meningkat atau malah melemah, banyak baiknya apa
salahnya. “Barang siapa hari ini
kehidupan dan amalnya lebih baik dari pada hari kemarin maka dia termasuk orang
yang beruntung. Barang siapa yang hari ini kehidupan dan amalnya sama dengan
yang kemirin, maka dia termsuk orang yang merugi (tertipu). Dan barang siapa
yang kehidupan dan amalnya hari ini lebih jelek dari pada hari kemarin, maka
dia termasuk orang yang dilaknati oleh Allah SWT”.
Karenanya,
menghitung-hitung amal sangat besar manfaatnya, terutama bagi kita yang
mempunyai niat adanya peningkatan
disegala bidang, baik urusan dunia apalagi dalam urusan keakhiratan.
وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ كَأَن لَّمۡ
يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةً۬ مِّنَ ٱلنَّہَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيۡنَہُمۡۚ قَدۡ خَسِرَ
ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ
“Dan (
ingatlah ) akan hari ( yang di waktu itu ) Allah mengumpulkan mereka, (mereka
merasa di hari itu ) seakan-akan meraka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali
hanya sesaat saja di siang hari ( di waktu itu) meraka saling berkenalan.
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah
dan meraka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus:45).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rokhimakumullah.
Ayat
tersebut kemudian bisa kita jadikan pedoman untuk mengukur dan menghitung
bagaimana iman, ilmu dan amal kita. Sebab hidup ini menurut perhitungan Allah
hanya “sesaat saja di siang hari” (illa
ngatam minan nahari). Hidup di dunia
ini apabila dibandingkan dengan hidup kita di akhirat kelak, hanya “sekejab”
waktu yang hanya cukup untuk saling berkenalan di waktu itu. Oleh karena itu
setelah mengetahui bahwa hidup ini hanya “sakkeclapan” saja, maka semestinya
kemudian kita segera bergegas memikirkan amal yang dapat membawa kebaikan dan
keselamatan di dunia dan di akhirat.
Sebetulnya
semua kita sudah sama-sama mengerti bahwa semua amal kebaikan itu baik, baik
menurut pandangan manusia maupun menurut pandangan Allah. Namun terkadang
karena kurangnya kesadaran, kebaikan itu menjadi terlewatkan, sebab dianggap
tidak penting, tidak ada manfaatnya, apalagi bia di ukur secara materi, waktu
yang dipergunakan untuk beribadah merasa terbuang sia-sia. Akan tetapi meski
bagaimanapun juga, bila kita mau jujur,
kita ini masih mempunyai iman, mempunyai keinginan agar ibadah kita
khusuk, shalat kita tidak “gothang”. Pendek kata, kita ingin melaksanakan semua
perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Mestinya
kita telah bisa menilai diri sendiri, juga terhadap semua amal, baik yang
berkaitan dengan urusan dunia ataupun keakhiratan, sudah berhasil apa belum,
sudah membawa manfaat apa belum. Hasil dari perhitungan itulah yang akan kita
jadikan modal utama di dalam melangkah ke depan. Sebab, meski sedikit kita
yakin bahwa kita telah berbuat kebaikan dan itu pasti ada manfaatnya bagi hidup
dan kehidupan kita. Semua itu mesti disyukuri, karena kita masih diberi
kesempatan oleh Allah untuk menapaki tahun 2015 ini.
Inilah
pentingnya mengapa kita melakukan evaluasi dan instrospeksi kepada apa yang
telah kita lakukan, tentunya evaluasi tersebut kita tujukan kepada diri kita
sendiri. Artinya, amal usaha kita yang lalu itu kita evaluasi terus sepanjang
masa, agar supaya amal usaha kita diwaktu-waktu yang akan datang menjadi lebih
baik dan lebih sempurna dibandingkan amal usaha diwaktu yang lalu. Sebab kita
hanya berkewajiban berusaha dan berdoa, perkara berhasil atau belum, amal kita
diterima oleh Allah apa ditolak, itu adalah hak Allah.
Sekali
lagi, mumpung kita masih dipertemukan kembali dengan tahun baru 2015, mulai
sekarang kita lantas “segera” merubah
kekurangan kearah kebaikan, demi kesempurnaan
diwaktu-waktu yang akan datang. Evaluasi dan istrospeksi ini menjadi sarana
untuk memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan yang telah baik. Sehingga diharapkan kita menjadi orang-orang
yang beruntung.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ
وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ
وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Jika
seandainya penduduk negeri itu sama beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi jika mareka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa meraka disebabkan perbuatannya”.
(QS.Al A’raf : 96).
Dan akhirnya kita meyakini dengan sesungguhnya bahwa
agama mempunyai peran penting yang mampu mempengaruhi individu, masyarakat,
bangsa dan Negara dalam mencapai cita-citanya, bahagia di dunia dan di akhirat.
Amin ya rabbal ‘alamin.