Kamis, 27 Juni 2013

MEWUJUDKAN KEBERKAHAN HIDUP



KHUTBAH JUM’AT
MEWUJUDKAN KEBERKAHAN HIDUP
Oleh : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan rasa syukur kita,  marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata.  Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan bernegara.
Dari mimbar Jum’at ini, kita mengajak kepada kita sekalian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus dilakukan dengan peningkatan amal shaleh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya.
إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa”. (QS. Al Hujarat: 13).

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak lagi produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya ada kebaikan. Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Qur’an. Sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan. Sebagaimana firman Allah SWT yang termaktup dalam Surat Al A’rof :96 :

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ
 “Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. 

            Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsusr-unsur pendorong dan pengekangnya, dengan bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan diri dan tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah keridhoaan Allah, maka sudah tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan kebahagiaan.
            Berkah yang diperoleh bersama iman dan taqwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu. Bahkan yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga berkah yang mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu.
            Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat diatas adalah merealisasikan keimanan dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya, hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan agama Allah, kemudian terperosok ke dalam kubangan kemaksiatan.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Ada beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan, yang antara lain adal;ah :
Pertama, adalah dosa dapat memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati. Seseorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagii bersungguh-sungguh mengagungkan Allah. Kaki akan terasa malas dan berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebi keras dari pada itu. Maka ia hilangkan rasa sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan asma Allah disebut. Allah berfirman sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah :74 :

ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٲلِكَ فَهِىَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةً۬

 “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”.
Yang kedua, dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu. Seseorang yang terbiasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa didepan siapapun. Bila rasa malu hilang akan hilanglah kebaikan. Kebalikannya bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang maka akan semakin menyebar dirinya pada kebaikan.
Dan yang ketiga, adalah dosa akan menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggatikannya dengan bencana. Hal ini  dikisahkan oleh Allah dalam surat Al-Ankabut :40.

فَكُلاًّ أَخَذۡنَا بِذَنۢبِهِۦ‌ۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ أَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِ حَاصِبً۬ا وَمِنۡهُم مَّنۡ أَخَذَتۡهُ ٱلصَّيۡحَةُ وَمِنۡهُم مَّنۡ خَسَفۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ وَمِنۡهُم مَّنۡ أَغۡرَقۡنَا‌ۚ وَمَا ڪَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَـٰكِن ڪَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara ada yang ditimpa suara kera yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merelah yang menganiaya diri mereka sendiri”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari keterangan singkat ini adalah, bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh karena itu, jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerja sama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali kepada dasar tuntunan agama Islam, yakni Al-Qur’an dan As Sunah, dengan berupaya mengerjakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling mengingatkan sesama.
            Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapat keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat Rasulullah yang terbaik dan terjauh dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin ya rabbal ‘alamin.


           

Minggu, 09 Juni 2013

KHOTBAH JUM’AT BAHASA JAWA : “NGEDEGAKEN SHALAT”



KHOTBAH JUM’AT BAHASA JAWA :
“NGEDEGAKEN SHALAT”

Dening : Anis Purwanto



Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Minangka pambukaning khotbah ing siang punika, sumangga sesarengan kita ngeningaken cipta saha manah kita, kanthi nyaosaken puja puji syukur ing ngarso dalem Allah SWT, kanthi karunianipun Allah SWT, kita taksih kabimbing iman lan Islam sarta kesadaran kagem nindakaken kewajiban ibadah Jumat ing siyang punika. Mugia shalawat lan salam atur dumateng junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sahabat lan sedaya penderekipun, kalebet kita sedaya. Amin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Nurut etangan hijriyah, Jum’at punika sampun tanggal 5 wulan sya’ban tahun 1434 H, ateges sampun setunggal minggu kita ninggalaken wulan rejeb. Pramila saking punika, kagem ngengetaken dhumateng kita sedaya, keparengan ing kesempatan jum’at punika kita aturaken keterangan ingkang wonten hubunganipun kaliyan penting saha hikmahipun shalat. senaosa ing wulan rejeb kala wingi sampun dipun aturaken ngenani sholat ingkang minangka inti saking isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW, sebab, shalat minangka jagakipun agami Islam. Sahingga shalat minangka pokok ibadah, malah shalat kaanggep minangka ciri saking umat Islam.
            Dene hikmah lan tujuanipun shalat punika sampun kabeberaken wonten ing Al-Qur’an kanthi jelas lan gambling sanget. ing antawisipun kasebat wanten ing surat Taha ayat 14 :
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ (١٤)
 “Setemene Ingsun, Ingsun iku Allah kang ora ana pengeran kejaba mung Panjenenganingsun. Mula saka iku sira nyembaha marang Ingsun lan sira ngedegna shalat, supaya eling marang Ingsun”.
            Intinipun ayat 14 surat taha ing nginggil punika dhawuh nyembah namung dhumateng Allah SWT lan ngedegaken shalat. Dados caranipun supados tansah enget dhumateng Allah, lan alat komonikasi antawisipun kawula dhumateng Penciptanipun, ingkang paling praktis menggahipun agamai Islam inggih punika shalat.
            Salajengipun wanten ing Surat Al Ankabut ayat 45, Allah paring dhawuh makaten :
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ (٤٥)
 “Lan sira ngedekna shalat, awit satemene shalat iku nyegah saka tumindak jahat lan mungkar. Lan setemene eling marang Allah iku gedhe banget pigunane. Lan Allah iku Maha mirsani marang apa bae kang kok tindakake”.
            Ayat punika negesaken bilih shalat punika anggadhahi fungsi nyegah utawi ngreksa saking tumindak kejahatan lan kemungkaran. dhawuh pangandikanipun Allah punika wajib kita yakini sayakin-yakinipun. lan keyakinan kita ingkang makaten punika adedhasar ilmi, inggih punika ilmi ingkang kahimpun wanten salebetipun pelaksanaan shalat. Bilih wiwit takbiratul ihrom ngantos dumuginipun salam, sedaya ucapanipun shalat punika awujud pangalembana lan pernyataan setia tuhu saha panyuwunan dhumateng Allah SWT. Pramila yen anggenipun shalat punika kanthi estu-estu, lan konjem ngantos dumugi salebeting manah, sarta khusyuk, sayektos Allah badhe ngabulaken sedaya panyuwunanipun, kados ingkang kasebat wonten ing ucapan-ucapan shalat. Allah ngendika, kados kasebat wanten ing Surat Al Mukminun ayat 1 lan 2 :
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢)
 “Temen-temen begja wong-wong mukmin iku. Yaiku wong-wong mukmin kang khusyuk anggone shalat”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Wandene tuntunanipun shalat ingkang saget kita hubungaken kaliyan masalah pembangunan fisik, umpaminipun ingkang saged kita pendhet saking inti sarinipun Surat An Nisa’ ayat 103 :
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَـٰبً۬ا مَّوۡقُوتً۬ا (١٠٣)

“Setemene shalat iku diwajibake tumrape wong-wong mukmin kanthi wektu-
wektu kang wus ditemtokake”.

            Dawuh pangandikanipun Allah punika isi pemut, bilih nindakaken shalat punika boten kenging sakajengipun piyambak, samangsa-mangsa manut seleranipun piyambak, utawi sawekdal-wekdal kober lan sela. boten makaten. nanging shalat sampun dipun temtokaken wekdalipun. Tiyang mukmin ingkang estu -estu imanipun, temtu purun  dipun iket aturan punika. yen sampun dumugi wekdalipun, boten badhe wanton ngendhe-ngendhe wekdal. punapa malih saestu Allah sampung ngatur wekdal kangge nindakaken shalat punika jelas mboten badhe ngganggu anggen kita nyambut damel. Umpaminipun wekdal shalat subuh, kita tindakeken ing wanci enjang sak sampunipun wungu sare, sakderengipun bidhal nyambut damel enjang. shalat dhuhur, kita tindakaken ing wanci istirahat siyang, saksampunipun nyambut damel. Shalat asar, kita tindakaken ing wanci sonten, sakderengipun nyambut damel sonten, utawi malah saksampunipun nyambut damel sonten. Shalat maghrib, kita tindakaken ing wanci istirahat sonten, sakderengipun dahar dalu. Shalat isyak, kita tindakaken ing wanci longgar, sakderengipun istirahat dalu.
            Sikep makaten punika manawi dipun lestatunaken, temtu saged mahanani dhateng amalan-amalan sanesipun, satemah dados tiyang engkang disiplin anggenipun ngginakaken wekdal. lan, para sederek, mugi ndadosna ing kawuningan, bilih suksesipun gesangipun manungsa punika yektosipun namung dumunung eonten ing bab saged utawi mbotenipun anggenipun ngginakaken wekdal.
            Kanthi makaten para sederek, shalat saestu mboten badhe ngrugekaken tiyang ingkang nindakeken, kapara salat badhe nguntungaken lan mbekta hikmah saha manfaat ingkang kathah. Mila saking punika , sumangga sesarengan kita sami ningkataken kawigatosan kita dhateng bab shalat punika, sampun ngantos kita nglirwakaken kewajiban pokok punika, namung lantaran saking anggen  kita repot. liripun, kita usahakaken utawi kita ihtiyaraken terus supados shalat kita punika saya dangu saya sae, rutin, lan khusyuk, satemah saged mahanani sedaya kawontenan kita dados sae, saged migunani kangge badan pribadhi kita piyambak, keluarganipun dalah masyarakatipun, bangsanipun lan agamanipun.
            Insya Allah gesang makaten punika gesang ingkang dipun ridhani dening Allah SWT, bekja mulya ing ndonya lan ing akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.



Senin, 03 Juni 2013

KHUTBAH JUM'AT BAHASA JAWA : RENUNGAN ISRO' DAN MI'ROJ NABI MUHAMMAD SAW, SHOLAT MINANGKA KAPRIBADEN MUSLIM



KHUTBAH JUM’AT

RENUNGAN ISRO’ DAN MI’ROJ NABI MUHAMMAD SAW
SHOLAT MINANGKA KAPRIBADEN MUSLIM

Dening : Anis Purwanto


Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Minangka pambukaning khotbah ing siang punika, sumangga sesarengan kita ngeningaken cipta saha manah kita, kanthi nyaosaken puja puji syukur ing ngarso dalem Allah SWT, kanthi karunianipun Allah SWT, kita taksih kabimbing iman lan Islam sarta kesadaran kagem nindakaken kewajiban ibadah Jumat ing siyang punika. Mugia shalawat lan salam atur dumateng junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sahabat lan sedaya penderekipun, kalebet kita sedaya. Amin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
            Miturut kalender hijraiyah, dinten Kamis Legi kala wingi tanggal 27 Rejeb warsa 1434, sesarengan kaliyan tanggal 6 Juni 2013, kita kaum muslimin sesarengan mrengeti satunggalipun prastowo ageng, inggih punika Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, senaoso mbok bilih masalah punika sampun natos kita bahas, khususipun wanten ing mimbar Jum’at, namung krarana pentingipun masalah punika, pramila keparenga ing kesempatan siang punika kita aturaken malih. mugi-mugi kita saget mendhet hikmah saking sedaya atur punika.
“Pitu likur Rejeb Nabi Muhammad SAW Isro”. Saka Masjidil Haram menyang Masjidil aqsho. Gusti ndudohake tanda-tanda keagungan mau marang umat Islam sak ndonya. Menyang angkasa kanggo nampa dawuh sholat. Sholat fardhu kanggo umat Islam. Ping lima ndalem sedina sa wengi. He sedulur muslim sing percoyo. Dekno sholat sing lima wektu iku. Aja dilirwakake. Aja disembranakake. Cagake agama. Sing mbela wakmu”

            Syair ingkang kula aturaken kasebat, salah satunggalipun rupi panaliten lan asil saking pengajian dhumateng firman Allah, Surat Al-Isro” ayat 1, ingkang dados dasar wantenipun prastawa Isro’ lan mi’roj Nabi Muhammad SAW :

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ  

 “Maha Suci Allah, sing wus nglakokake kawulane ana ing sawijine wengi saka Masjidil Haram menyang Masjidil Aqsha. Sing wus engsun berkahi sak kupenge. Supaya engsun ndudahake sebagian tandha-tandha kekuasaningsin. Satemene piyambake iku Maha Midhanget lan Maha mriksani”.
            Ayat kasebat, saget dipun pendhet pinten-pinten pangertosanipun, ing antawiisipun :
1.    Tembung “سُبۡحَـٰنَ” , ingkang artosipun “Maha Suci”, ingkang ngandhung maksud bilih Isro’ Mi’roj menika sampun dipun kersakaken dening Gusti ingkang Maha Leres lan Maha wicaksana, minangka tugas ingkang saget dipun ginakaken kagem cecepengan lan pedoman pemimpin ageng sedaya umat manungsa, inggih punika Nabi Muhammad SAW, nuju margi pagesangan ingkang mbekta keselamatan lan kebahagiaan ing ndonya lan ing akhirat.
2.    Bilih Nabi Muhammad SAW bidal saking Masjidil Haram dhateng Masjidil Aqsha. Ngandung makna bilih Nabi Muhammad SAW bidal saking panggenan ingkang suci lan mulia nuju panggenan ingkang suci lan mulia ugi, inggih punika masjid, lan mbekta tujuan lan printah ingkang suci lan mulia, inggih punika shalat gangsal wekdal.
3.    Kanthi ayat kasebat dipun tegasaken ugi, kannthi tembung “wus ingsung berkahi sak kupenge”. Hal punika ngandung pangertosan bilih prastawa Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW kasebat ngandhung pinten-pinten hikmah/pelajaran ingkang kathah manfaatipun kagem pagesangan umat manungsa. Kangge keslametan lan kesejahteraan manungsa piyambak.
4.    Saking sedaya ayat kasebat ngandhung makna bilih prastawa Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, minangka mukjizat ingkang paling ageng saking Allah SWT, Gusti ingkang Maha kawasa lan Maha Prakosa. Anglangkungi prakosanipun lan hebatipun manungsa. Kadas dene kita sedaya priksani kemajengan ilmu pengetahuan lan tehnologi, sak punika sampun ngambah tatanan angkasa. Punapa malih ing tahun-tahun badhe dateng kula kinten perkembangan ngalam ndonya badhe dipun tujoaken dhumateng kemampuan lan pengusaan ilmu pengetahuan lan tehnologi canggih. Kalebet panaliten ngengingi ruang angkasa.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Malah sampun dhek rikala tahun 1996, dipun kabareken bilih para ahli ruang angkasa As NASA, mratelakaken bilih ing lintang Mars wanten tandha-tandha pagesangan. Kita dereng saget ngaturaken, punapa kanthi penemuan punika mangke lintang Mars punapa saget dipun panggeni manungsa, Wallahu a’lam. Allah SWT ingkang Maha Suci lan Maha Mriksani dhateng sedaya kedadasan.
ing Indonesia ugi sampun dipun kembangaken industri kedergantaraan, malah siswa SMK ugi sampun wasis ngrakin pesawat terbang, meskipun namung saget ngrakit, anaging menika nedahaken bilih bangsa Indonesia sampun saget dipun wastani majeng ing babagan tehnologi canggih. sebab nyatanipun, kanthi perkembangan ilmu pengetahuan lan tehnologi canggih punika, hubungan setunggal nagari kalian satunggalipun, langkung gampil lan langkung cepet. kadas perjalanan jamaah haji Indonesia dhateng kitho mekah lan Madinah, sampun saget dipun tempuh namung kirang langkung 10 jam terbang. Ananging, Nabi Muhammad SAW, tindak saking Masjidil Haram dhateng Sidratil Muntaha, langit sap pitu wangsul malih dhateng Masjidil Haram, namung dipun tempuh ndalem wekdal mbaten ngantas setengah dalu. sampun kita aturaken, bilih kanthi ilmu pengetahuan lan tehnologi, manungsa saget nguasani luar angkasa, ananging lampahipun Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW sampun dumugi Sidrotul Muntaha. Marak langsung, ngadhep ing Ngarsanipun Gusti Allag SWT, nampi printah nindakaken shalat.
taksih wanten hubunganipun kaliyan keterangan ing nginggil, bilih Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, nampi dhawuh shalat gangsal wekdal. kewajiban sedaya kaum muslimin, jaler istri. shalat ingkang dipun tindakaken kanthi kesadaran lan keihklasan, selaras kaliyan syarat lan rukunipun, minangka wujud saking iman lan taqwa ingkang mendalam, dhumateng keagunganipun Gusti. minangka Gustinipun sedaya manungsa, sedaya Malaikat lan Gusti ingkang nguwaosi jagat raya punika. pramila shalat mengku hikmah ingkang ageng tumrap kita sedaya, ingkang sampun saget nindakaken, kanthi ihklas lan kanthi kesadaran manah.
Sawatawis hikmah ingkang saget kita aturaken, ing keterangan punika, ing antawisipun :
1.    Shalat minangka mbusek sedaya dosa lan kalepatan ingkang alit, kados nyeleweng, duraka, sifat sombong, sifat ngrisak saha kalepatan sanesipun. ingkang wanten hubunganipun kaliyan Allah SWT, kaliyan alam sekeliling lan diri pribadi kita piyambak. salah satunggalipun sarana kangge mbusek kalepaten punika, kanthi nindakaken shalat. Dipun aturaken dening kanjeng Nabi Muhammad SAW, ingkang artosipun : “Shalat limang wektu iku ibarat banyu kali sing mili ing sangarepe lawang, dheweke adus ing kali iku sedina sawengi ping lima, mula ing awake wus ora ana rereget maneh”.
2.    Nentremaken manah. gesang ingkang ayem tentrem dados dambaan sedaya manungsa. kangge mujudaken tentremipun manah mbaten namung kanthi cekapipun kebetahan lahir, bandha donya ingkang kathah, kacekapan sandhang dalah pangan , pangkat ingkang inggil, ananging ugi kedah kanthi sarana cekapipun kebetahan batos, kebetahan rohani. sahingga kanthi makaten kita mboten gampil ketaman raos gelisah lan keluh kesah, bilih ketaman musibah ugi kegagalan, sebab gelisah lan keluh kesah badhe ngicalaken kesabaran. kados dipun sebadaken wanten ing Al-Qur’an Surat Al-Ma’arif ayat 19-12, ingkang artosipun :
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعً۬ا (٢٠)
 “Satemene manungsa didadekake kanthi sifat keluh kesah lan kikir. Manawa ketaman musibah lan kesusahan dheweke keluh kesah. lan Manawa nampa kanikmatan dheweke banget ale kikir, kejaba wong kang nindakake shalat”.
3.    Minangka tanda syukur dhumateng Allah SWT. manungsa minangka mahkluk ingkang paling mulia, dipun wajibaken nyaosaken raos syukur dhumateng Allah SWT, dhumateng sedaya nikmat ingkang sampun dipun paringaken dhumateng kita sedaya. Kados  nikmat al khoiqoh utawi nikmat rupi ingkang sampurna lan endah.  Kados dipun sebadaken wanten ing Al-Qur’an Surat At-Tin ayat 4 :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬
 “Satemene ingsung wus ndadekake manungsa kanthi sak apik-apike kedadehan”.
4.    Nyegah tumindak keji lan mungkar. Nurut  ilmu jiwa perkembangan, manugsa bilih dipun priksani saking tingkah lakunipun, remen lan gampil nindakaken kalepatan. Meskipun bilih dipun priksani bleger lahiriyah kacipta kanthi sampurna. pramila kangge nebihaken sifat awan punika, kita sedaya kadhawuhan nindakaken shalat “ inna shalat tanha ‘anil fah sa’I wal mungkar”.
Pramila kanthi semangat lan hikmah Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW nampi prentah shalat gangsal wekdal langsung saking Allah SWT, sumangga kita estokaken dhawuh shalat punika, ing tengah-tengahipun kerepotan nyambet damel kita, punapa malih ing saat kita kagungan wekdal ingkang longgar, kanthi ihklas krana Allah SWT lan ngupadi ridhonipun. Supados kacipta pagesangan ingang serasi lan seimbang antawisipun kepentingan ndonya lan akhirat. Sahengga kita dadas manungsa ingkang anggadhahi kapribadhen ingkang minulya, bekja ing ndonya lan ing akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.