Selasa, 26 Juni 2012

BULAN SYA'BAN


Bulan Sya’ban
Oleh : Anis Purwanto

Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan Ramadhan. Padahal ia adalah bulan diangkatnya amal manusia, maka aku suka ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa, (HR Imam An Nisa’I dari Usamah bin Zaid). Itu salah satu rahasia mengapa bulan Sya’ban menjadi sangat penting dari beberapa bulan bagi umat Islam. Sebab , senyatanya kita memang sering melupakan bahwa ada tatanan yang sangat indah dalam ajaran Islam, yakni memperbanyak puasa selama bulan Sya’ban.(HR Imam Bukhari).
Mengapa bulan Sya’ban begitu sangat istimewa dan perlu mendapat perhatian umat Islam ?. ada beberapa alasan diantaranya : Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan hamba-hambaNya berpuasa, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berouasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS Al-Baqarah:183).  Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Ditinjau dari ilmu apapun puasa sangat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa.
Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Jadi pengertian ayat : “kutiba alaikumush shiyaam” itu maksudnya untuk bulan Ramadhan. Karena itu dalam sebuah hadits Nabi menegaskan bahwa di bulan Ramadhan diwajibkan atas orang-orang beriman berpuasa. Adalah suatu persiapan yang sangat strategis ketika Rasulullah selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Ibarat sebuat pertandingan, bulan Ramadhan adalah ajang perlombaan beramal shaleh, “fastabiqul khairaat” (berlomba-lomba dalam kebaikan). (QS. Al-Baqarah :148). Karena itu sebelum masuk Ramadhan hendaklah melakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Kita semua tahu para peserta turnamen pasti melakukan persiapan sebulan dua bulan sebelumnya. Itulah rahasia mengapa Rasulullah SAW memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Agar tidak loyo selama bulan Ramadhan. Agar lebih maksimal melaksanakan ibadah-ibadah Ramadhan yang semuanya saling melengkapi untuk mengantarkan kepada ketaqwaan.
Ketiga, ibadah puasa ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa harus dilakukan oleh orang-orang beriman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” (QS An Nazi’aat:40). Karenanya Allah SWT menjelaskan bahwa jalan ke surge adalah dengan upaya terus menerus membangun rasa takut kepada Allah dan menahan hawa nafsu. Sebab, setan bekerja terus menerus, siang dan malam untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja keras setan ini tidak bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna mengimbanginya. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat, tentu akan selalu waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin sering berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab , ”setan seringkali masuk melaui makanan” . Maka semakin banyak makan, semakin mudah digoda setan. Karena orang yang kekenyangan akan selalu malas beribadah.


Keempat, Rasulullah SAW adalah contoh pribadi berakhlak mulia, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlaq yang agung”. (QS Al Qalam:4). Maka setiap yang dicontohkan Rasulullah SAW pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW kecuali membawa manfaat bagi kehidupan manusia jika diikuti. Dan bila kita teliti secara seksama, manajemen modern yang mengantarkan munculnya Negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan bisnis kelas dunia, di dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal yang pada dasarnya itu adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu sungguh sangat baik dan manfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat. Wallahu a’lam bish shawab.
           




TAUHID


T A U  H I D
Catatan : Anis Purwanto

Hal : Uluhiyah, Ubudiyah, Rububiyah dan Mulkiyah.
1. ULUHIYAH :
·         Yang dimaksud dengan uluhiyah adalah hal keberadaan Allah yang hanya satu. Allah itu ada dan hanya satu atau esa. Sebelum manusia ada, Allah telah ada. Sebelum dunia seisinya ada, Allah telah ada. Allah telah ada sebelum manusia dan alam seisinya ada, sebab Allah yang mengadakan manusia dan dunia seisinya. Yang mengadakan sesuatu pasti ada. Tanpa ada yang mengadakan, sesuatu tidak akan ada. Yang mengadakan alam seisinya hanya satu, sebab kalau lebih dari satu pasti timbul selisih pendapat. Yang mengadakan Allah, berarti yang selain Allah adalah barang yang diadakan, barang baru.
·         Maka uluhiyah pengertiannya : Allah itu ada dan esa, tanpa sekutu keberadaan-Nya, “qul huwallohu akhad”. Allah menyuruh berkata : “Katakanlah bahwa Allah itu hanya satu”. (Quran Surat Al Ihlas, : 1).
2. UBUDIYAH :
·         Yang dimaksud dengan ubudiyah adalah hal penyembahan atau pemujaan kepada Allah. Hanya Allah yang wajib disembah, sendirian. Tidak ada yang lain yang berhak disembah kecuali hanya Allah. Allah yang berhak disembah, berarti manusia wajib menyembah Allah. Hak Allah adalah kewajiban manusia, kewajiban manusia adalah hak Allah. Contoh lain, Pegawai Negeri berhak menerima gaji dari Pemerintah, berarti Pemerintah wajib memberi gaji pegawai negeri, yang berhak menerima gaji dari Pemerintah hanya pegawai negeri selain pegawai negeri tidak berhak menerima gaji dari Pemerintah. Hak seseorang adalah kewajiban orang lain, Kewajiban orang lain adalah hak seseorang. Allah berhak disembah, berarti manusia wajib menyembah Allah dan selain Allah tidak berhak disembah.
·         Maka Ubudiyah pengertiannya : hanya Allah yang wajib disembah (dipuja), tanpa sekutu dalam pemujaan-Nya, “iyyaka nakbudu”. Allah mengajarkan bahwa hanya Allah yang wajib disembah, hanya Engkau (Allah) yang disembah (Quran, Surat Al Fatihah, ayat : 5 ).
3. RUBUBIYAH :
·         Yang dimasud dengan rububiyah adalah hal pemeliharaan dan penguasaan alam seisinya. Allah yang menciptakan alam dan Allah sendiri yang memelihara sekaligus menguasai-Nya dengan tidak memerlukan bantuan fihak lain. Ternyata alam seisinya berjalan teratur rapi. Bumi, matahari, bulan dan bintang beredar pada garis edarnya masing-masing dengan teratur. “Wasysyamsu tajri limustaqorrillaha” dan matahari berjalan ditempat peredarannya (Quran Surat Yasin, ayat : 38). Mahkluk hidup mulai dari yang terkecil sampai yang besar, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia semua dapat makan sesuai dengan kebutuhannya. Allah mampu menciptakan alam seisinya dan mampu pula memeliharanya, dan atas kekuasaan-Nya alam seisinya dalam genggaman-Nya, akan digelar terus atau dihancurkannya alam ini, itu semua Allah sendiri yang menentukan.
·         Maka rububiyah pengertiannya : hanya Allah yang memelihara dan menguasai apa yang ada di alam ini, tanpa campur tangan orang lain.
4. MULKIYAH :
“Malikinnas” (raja manusia), “ma- liki yaumiddin” (yang menguasai hari pembalasan). Mulkiyah berarti Allah menguasai dunia dan akhirat.




DO'A HUT BHAYANGKARA KE 66 TAHUN 2012


DOA HUT BHAYANGKARA KE 66 TAHUN 2012
TANGGAL 1 JULI 2012


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، حمد الشاكرين حمد الناعمين ، حمدا يوافي نعمه ويكافئ مزيده، يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan segala kerendahan hati, kami menghadap kehadirat-Mu, untuk memanjatkan do’a, dalam rangka HUT Bhayangkara ke 66 tahun 2012 yang pada hari ini telah berlangsung dalam suasana yang penuh kebahagiaan. Semoga peristiwa ini akan merupakan isyarat yang melambangkan suksesnya perjuangan POLRI dalam memberikan amal bhaktinya kepada masyarakat dan Negara.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih.
Limpahkan rohmat dan kasih sayang-Mu, semoga HUT Bhayangkara ke 66 tahun 2012 pada hari ini, menjadi momentum kebangkitan perjuangan dan kebangkitan semangat para anggota Bhayangkara Negara , untuk lebih sukses dan bersemangat, dalam menjalankan tugas Negara dan tugas pengabdian bagi masyarakat.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana.
Limpahkan kemampuan dari sisi-Mu, semoga segenap pimpinan dan seluruh anggota dan keluarga besar POLRI senantiasa dikaruniai kekuatan lahir batin, dalam membimbing dan membina masyarakat, demi suksesnya pembangunan manusia seutuhnya.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung.
Kabulkanlah do’a dan pinta kami, sesungguhnya Engkaulah tempat berlindung dari segala rongrongan dan gangguan terhadap keutuhan Negara dan bangsa kami.

ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم، وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار، وأدخلنا الجنة مع الأبرار ياعزيز ياغفار يارب العالمين، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم، والحمد لله رب العالمين.


Minggu, 24 Juni 2012

DUNIA SEBAGAI JALAN MENUJU AKHIRAT


                                                  DUNIA SEBAGAI  JALAN MENUJU AKHERAT
Oleh  : Anis Purwanto

Sebagai agama universal, seluruh ajaran Islam tidak hanya diperuntukkan sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat manusia saja, akan tetapi meliputi  seluruh mahkluk Allah SWT yang ada di jagat raya ini. Akan tetapi secama umum cita-cita untuk mencapai kebahagiaan  di dunia  dan akherat telah menjadi tujuan utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia . Namun secara garis besar,  arah visi kehidupan manusia sebetulnya justru mengarah kepada akhirat, dengan tidak melupakan segi-segi duniawi yang memang harus kita cari, dan merupakan suatu yang tidak bisa kita hindari.  Dengan demikian , berarti bahwa ajaran Islam tselah mengajarkan adanya keterkaitan yang utuh, keterkaitan yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Bahkan kehidupan dunia dapat juga kita anggap sebagai jalan menuju akhirat. 

            Prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam, sebetulnya telah mewajibkan kita untuk memanfaatkan secara maksimal segala isi dunia, secara baik dengan tidak menimbulkan kerusakan, guna memperoleh kesuksesan duniawi secara baik dan benar. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa segala bentuk kesuksesan duniawi tersebut haruslah dipertaruhkan untuk kepentingan akhirat. Bagi umat Islam, dunia dianggap sebagai ladang akhirat. Subur atau gersangnya ladang tergantung kepada petani yang menggarap. Sebab semakin subur ladangnya maka hasil yang di panen semakin banyak. Dan sebaliknya apabila “cengkar” maka tidak akan menghasilkan. Karenanya bagaimana cara pemeliharaan ladang tersebut tergantung bagaimana cara pengolahan tanah.

Akhirat adalah segala-galanya, karena akhirat merupakan tempat keabadian terakhir untuk selama-lamanya. Dan ini sudah menjadi ketetapan Allah dan menjadi salah satu unsur dari rukun iman, yakni percaya pada hari akhir. Maka sebagai konsekuensi dari pengakuan kita terhadap kesatuan antara dunia dan akhirat, juga berarti bahwa dalam ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan, tidak mengenal pemisahan antara agama dan semua sektor kehidupan manusia. Pendek kata, apa yang kita perjuangkan di dunia ini, hanyalah sebagai batu loncatan menuju akhirat. Jalan yang harus dilalaui untuk mencapai kampung akherat

            Dengan demikian semua kegiatan yang kita lakukan didunia selamanya tidak akan mempunyai nilai  atau ruh  selama ajaran agama tidak dilibatkan secara maksimal. Karena itu sudah menjadi keharusan bagi umat Islam, untuk menyadari akan nilai-nilai keagamaan. Umat Islam harus berusaha untuk memberikan peluang seluas-luasnya terhadap peran agama untuk bisa semakin memiliki arti bagi kehidupan duniawi. Bukan hanya sekedar kekuatan moral yang terus menerus dibenturkan pada aturan-aturan duniawi yang justru tidak Islami. Selain itu kita harus bisa memahami, bahwa perkembangan sarana informasi yang semakin pesat akhir-akhir ini nampaknya semakin memberi peluang bagi bergulirnya ide-ide pemisahan antara urusan dunia dan urusan akherat, yang dalam prakteknya selalu menuntut dihilangkannya sama sekali peranan agama dalam berbagai bidang kehidupan.   

Secara lebih halus dikatakan, bahwa agama terlalu suci untuk dicampuradukkan kedalam aturan-aturan duniawi. Pernyataan ini jelas merupakan cemoohan halus, bahwa agama telah identik dengan suatu sistem aturan yang sudah kolot dan usang serta ketinggalan jaman. Anehnya, masih banyak umat Islam yang terjebak dengan pola pikir yang demikian ini. Sebagian umat Islam masih menganggap pemikiran seperti itulah yang tepat untuk membawa kemajuan umat Islam. Yang berarti di satu sisi percaya kepada Allah, tetapi disisi lain tidak percaya kepada hukum-hukum Allah dalam mengatur kehidupan mahkluknya.

            Gagasan-gagasan yang berupaya untuk memersempit ajaran Islam menjadi ajaran akhirat semata-mata adalah suatu yang sangat membahayakan kepada kebesaran agama Islam itu sendiri. Akibat yang paling ringan adalah akan terjadi desakralisasi Islam, dimana ajaran Islam hanya semata-mata berfungsi sebagai hiburan. Hanya akan dibutuhkan disaat seseorang mengalami kebingungan. Sehingga seorang muslim akan bisa dilihat kemuslimannya saat berada didalam masjid, sedangkan di saat berada diluar masjid sudah mengalami kesulitan untuk dilihat ciri-ciri kemuslimannya. Bahkan ada sementara umat Islam yang lebih bangga manakala memakai aturan-aturan moral yang diambil dari budaya luar yang kering akan ajaran Islam , yang memang menghendaki pemisahan ajaran dunia dan ajaran akhirat. Jika demikian, maka berhasillah golongan jahiliyah modern dalam berupaya menaklukkan umat Islam  dengan keberhasilannya dalam menggembosi ajaran Islam menjadi ajaran spiritual semata. Bukan lagi sebagai pedoman hidup umat Islam yang harus menjadi pegangan kuat. Agama Islam bulan lagi sebagai tuntunan, melainkan hanya sebatas tontonan, yang hanya diperlukan saat merasa haus terhadap hiburan.

            Menurut Islam, bahwa tegaknya kehidupan dunia haruslah diatas keyakinan yang kuat terhadap dampak positif bagi kelangsungan hidup di akhirat. Sehebat apapun kesuksesan duniawi, tidak akan ada artinya jika tidak ada dampok positipnya bagi kehidupan akhirat. Karena itulah menjadi tanggung jawab umat Islam untuk membangun kehidupan dunia ini menjadi suatu sistem yang memuluskan jalan untuk menuju akhirat, bukan lagi menjadi suatu sistem yang justru menyulitkan ummat Islam dalam meraih kebahagiaan akhirat. Barang kali perlu kita ingat, bahwa tegaknya Islam secara sempurna dan cepat pada masa Rasulullah, adalah setelah dibangunnya sistem aturan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Maka bagi kita umat Islam,  tidak ada yang lebih layak untuk dipakai sebagai kiblat hidup, kecuali dari masyarakat yang berada dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW secara langsung. Sebagai umat Islam seharusnya hanya ajaran Islam yang djadikan tolak ukur kebenaran. Sebab, yang mengatur hidup kita hanyalah Allah, yang menentukan tinggi rendahnya derajat hidup kita di dunia dan diakhirat hanya Allah, maka tidak ada aturan yang lebih hebat selain aturan Allah SWT. Sehebat apapun karya seseorang, tetap tidak akan bisa dianggap positip bila bertentangan dengan hukum-hukum Allah SWT.           

            Jika kita mau mencermati universalitas agama Islam, maka kita akan dengan mudah untuk menangkap suatu mutiara pelajaran tentang hakekat hidup manusia, yang  diantara lain :
Pertama: Bahwa hakekat hidup didunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pada setiap jengkal hidupnya, seluruh bentuk aktifitas hidup manusia haruslah berorientasi dan bernilai ibadah. Karena sesungguhnya itulah tujuan Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini. :          
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦)
                                                                                                                                               ”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Nya”. (QS. Ad-Dzariyat : 56 )

            Namun demikian, hakekat hidup manusia agar ia selalu beribadah kepada Allah SWT, pada saat sekarang ini nampaknya mulai tidak dipandang penting oleh sebagian dari umat manusia, karena sebagian dari kita mulai menitik beratkan dan  mementingkan aktifitas yang berkenaan dengan duniawiyah, dan mengesampingkan bahkan memandang enteng urusan yang bersifat ukhrawiyah. Pelaksanaan ibadah hanya apabila benar-benar “longgar” tidak ada  pekerjaan, akan tetapi bila ia sibuk bekerja ibadahpun ditinggalkan. Mencari “pangupo jiwo” lebih penting, dari pada berlama-lama di Masjid. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kepada kita sekalian agar jangan sampai terlena terhadap buaian duniawiyah, yang dapat melupakan tugas-tugas keakhiratan.        

            Kedua :  Bahwa hakekat hidup didunia ini ini adalah untuk mengembangkan potensi dirinya. Agar mereka dapat mengemban amanat kekhalifahan di muka bumi yang dipercayakan Allah kepada kita. Demi mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia, sesuai peran kita masing-masing.    

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬‌ۖ
                                                                                                                                                       “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aku akan menjadikan seseorang khalifah di muka bumi”. (QS Al Baqarah : 30 )

            Pesan-pesan Al-Qur’an, mengandung suatu makna bahwa hendaknya kita mampu memanfaatkan potensi diri serta potensi kekayaan alam untuk tujuan-tujuan kemaslahatan dan kemakmuran manusia seluruhnya. Khususnya didalam mengeksploitasi kekayaan alam, Allah sangat membenci segala bentuk eksploitasi kekayaan alam yang hanya dimanfaatkan oleh sekelompok tertentu atau untuk golongan tertentu. Apalagi dengan dalih menjalankan fungsi kekalifahan, mereka mengekploitasi potensi alam dengan sangat rakus, mengeruk kekayaan alam dengan semena-mena dan sangat dholim, sehingga akhirnya potensi alam kita menjadi hancur, yang pada gilirannya sangat murugikan kemaslahatan hidup, mendatangkan bencana dan musibah yang melanda umat manusia . Kita masih ingat, bagaimana eksploitasi hutan kita yang sangat berlebihan, penebangan liar dan lain-lain, yang  menyebabkan banjir, tanah longsor diberbagai daerah di Indonesia. Selain itu sebagian saudara kita juga masih di hadapkan dengan banjir lumpur di daerah Sidoarjo, akibat eksploitasi yang salah terhadap kekayaan alam kita. Yang akibatnya sangat merugikan terhadap kemaslahatan umat manusia.

            Sesungguhnya umat manusia saat ini perlu instrospeksi dan  bercermin diri , bahwa banyaknya musibah dan bencana alam, banyaknya peristiwa alam yang memakan banyak korban, pada hakekatnya adalah akibat ulah tangan manusia yang kelewat batas dalam mengelola kekayaan alam ini : 
  
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)
                                                                                                                                                     “Telah nampak kerusakan didaratan dan dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Maka Allah menimpakan azab kepada mereka sebagai akibat dari perbuatannya, agar mereka mau kembali ke jalan yang benar”.  (QS. Ar-Rum : 41 )

            Ketiga : Bahwa hakekat hidup manusia didunia ini adalah untuk berjuang demi tegaknya sendi-sendi amar makruf nahi mungkar, dalam komunitas kehidupan manusia, sesuai dengan kemampuan dan potensi diri kita msing-masing. Karena berjuang demi tegaknya amar makruf nahi mungkar, merupakan prasyarat tegaknya nilai-nilai kebajikan , kebenaran, serta nilai keadilan dan terjaminnya rasa aman serta damai dalam kehidupan umat manusia, yang pada gilirannya akan dapat  mengurangi  terjadinya bentuk-bentuk kemungkaran. Berjuang demi tegaknya amar makruf nahi mungkar, memang merupakan misi pokok yang harus diemban oleh segenap kita umat manusia. Karena hakekatnya kita tidak akan mampu  meraih sesuatu martabat dan prestasi yang mulia sebagai khaira ummah, apabila potensi amar makruf nahi mungkar yang kita miliki tidak dilaksanakan dengan baik. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.

            Disamping itu keberuntungan dan kemuliaan hidup kita baru akan dapat diraih , manakala kita mampu mengaktualisasikan secara baik misi amar makruf nahi mungkar ditengah-tengah kehidupan, sehingga kehidupan kita lebih bermanfaat, lebih bermartabat karena diwarnai oleh nilai-nilai kebajikan, serta terhindar dari bentuk-bentuk kemungkaran dan kedzaliman.

Semoga kita terhindar dari segala bencana dan kerugian akibat dari eksploitasi diri dan kekayaan alam kita yang berelebihan, hanya berdalih memenuhi kehidupan duniawiyah semata, dan sengaja meninggalkan kehidupan yang bersifat ukhrawiyah. Karena sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat, jalan menuju kampung akhirat. Kebahagiaan di dunia memang perlu dan harus kita capai akan tetapi keselamatan di akhirat bagi umat Islam adalah segala-galanya. Sehingga kedua-duanya bisa tercapai “bahagia di dunia dan akhirat”. Wallahu A’lam.




DUNIA DAN AKHIRAT SEBAGAI SATU KESATUAN


KHUTBAH JUM’AT
 DUNIA DAN AKHIRAT SEBAGAI SATU KESATUAN
Oleh : ANIS PURWANTO

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah. 

Marilah kita panjatkankan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita sekalian, sehingga sampai saat ini pengakuan kita senantiasa menggerakkakan hati kita untuk selalu mengakui kebenaran yang datang dari Allah SWT. Dengan mengakui kebenaran dari Allah SWT secara istiqomah, insya Allah akan menjadikan kita tetap teguh untuk selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, secara konsisten dan konsekuwen. Dengan demikian diharapkan kita dapat memperoleh seluruh keuntungan dari Allah SWT, baik dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah. 

            Sebagai agama universal, rahmat Islam tidak hanya diperuntukkan sebagai pedoman hidup dan kehidupan umat manusia saja, akan tetapi meliputi seluruh mahkluk Allah SWT yang ada di jagat raya ini. Dan , secara umum cita-cita untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat telah menjadi tujuan utama dalam hidup dan kehidupan umat manusia. Namun secara garis besar, arah visi kehidupan manusia sebetulnya justru mengarah kepada akhirat.
            Dengan demikian, berarti bahwa ajaran Islam telah mengajarkan adanya keterkaitan yang utuh, keterkaitan yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara dunia dan urusan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qosos ayat 77 :

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَٮٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَ‌ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَأَحۡسِن ڪَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَ‌ۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ (٧٧)

 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) dunia. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

            Secara garis besar ayat tersebut merupakan suatu perintah untuk mengarahkan pola fikir kita kepada akhirat, dengan tidak melupakan segi-segi duniawi yang memang harus kita cari, dan merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Tetapi bagi umat Islam, akhirat adalah segala-galanya.
وَلَلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ (٤)

 “Dan sesungguhnya akhir itu telah baik bagimu dari permulaan”.

            Akan tetapi, prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam, sebetulnya telah mewajibkan kita untuk memanfaatkan secara maksimal segala isi dunia,  secara baik dengan tidak menimbulkan kerusakan, guna memperoleh kesuksesan duniawi, secara baik dan benar. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa segala bentuk kesuksesan duniawi tersebut haruslah dipertaruhkan untuk kepentingan akhirat. Bagi umat Islam, dunia dianggap ladang akhirat. Subur atau gersangnya ladang tergantung kepada petani yang menggarap. Sebab semakin subur ladangnya maka hasil yang di panen semakin banyak. Dan sebaliknya apabila cengkar maka tidak akan menghasilkan.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Akhirat adalah segala-galanya, karena akhirat merupakan tempat keabadian terakhir untuk selama-lamanya. Dan ini sudah menjadi ketetapan Allah dan menjadi salah satu unsur dari rukun iman, yakni percaya kepada hari akhir. Sebagai konsekuensi dari pengakuan kita terhadap adanya kehidupan akhirat,  maka berarti adanya kesatuan erat antara dunia dan akhirat, juga berarti bahwa ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan, tidak mengenal pemisahan antara agama dan semua sektor kehidupan manusia. Pendek kata, apa yang kita perjuangkan di dunia ini, hanyalah sebagai batu loncatan menuju akhirat. Jalan yang harus dilalui untuk mencapai kampung akhirat. 

Dengan demikian semua kegiatan yang kita lakukan didunia selamanya tidak akan mempunyai nilai atau ruh selama ajaran agama tidak dilibatkan. Karena itu sudah menjadi keharusan bagi umat Islam, untuk menyadari akan nilai-nilai keagamaan. Umat Islam harus berusaha untuk memberikan peluang seluas-luasnya terhadap peran agama,  untuk bisa semakin memiliki arti bagi kehidupan duniawi.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Bahwa tegaknya kehidupan dunia diatas keyakinan yang kuat terhadap dampak positip bagi kelangsungan hidup di akhirat. Sehebat apapun kesuksesan duniawi, tidak akan ada artinya jika tidak ada dampak positipnya bagi kehidupan akhirat. Karena itulah menjadi tanggung jawab umat Islam untuk membangun kehidupan dunia ini menjadi suatu system yang memuluskan jalan untuk menuju akhirat, bukan lagi menjadi system yang justru menyulitkan umat Islam dalam meraih kebahagiaan akhirat. Barang kali perlu kita ingat, bahwa tegaknya Islam secara sempurna pada masa Rasulullah, adalah setelah dibangunnya sistem aturan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Maka bagi umat Islam, tidak ada yang lebih layak untuk dipakai sebagai kiblat hidup, kecuali model masyarakat yang berada dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW secara langsung.

            Karena itu, untuk lebih memudahkan jalan kita menuju akhirat, maka perlu kita cermati pesan-pesan suci yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang hakekat hidup manusia, yang antara lain :
Pertama, bahwa hakekat manusia didunia ini adalah beribadah kepada Allah.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦)

 “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Nya”.

            Hal ini mengandung arti bahwa pada setiap jengkal hidupnya, seluruh bentuk aktifitas hidup manusia haruslah berorientasi dan bernilai ibadah. Namun demikian, hakekat hidup manusia agar ia selalu beribadah kepada Allah SWT, pada saat sekarang ini nampaknya mulai tidak dipandang penting oleh sebagian dari umat manusia, karena sebagian dari kita mulai menitik beratkan dan mementingkan aktifitas yang berkenaan dengan kemewahan duniawiyah, dan mulai menomerduakan urusan yang bersifat uhkrawiyah.

Kedua, bahwa hakekat hidup didunia ini adalah untuk mengembangkan potensi diri. Agar dapat mengemban amanat kekalifahan di muka bumi yang dipercayakan Allah kepada kita. Demi mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia, sesuai peran kita masing-masing. Hal ini seperti yang ditegaskan dalam Qur’an Surat Al Baqarah ayat 30 :

ø وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬‌ۖ  

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; Sesungguhnya Aku akan menjadikan seseorang khalifah di muka bumi”.

            Hal ini mengandung makna bahwa hendaknya kita mampu memanfaatkan potensi diri serta potensi kekayaan alam untuk tujuan kemaslahatan dan kemakmuran manusia seluruhnya. Khusus didalam mengeksploitasi kekayaan alam, Allah sangat membenci segala bentuk eksploitasi kekayaan alam yang hanya dimanfaatkan oleh sekelompok tertentu  atau untuk golongan tertentu. Apalagi dengan dalih menjalankan fungsi kekalifahan, mereka mengeksploitas potensi alam dengan sangat rakus, mengeruk kekayaan alam dengan semena-mena dan sangat dholim, sehingga akhirnya potensi alam kita menjadi hancur, yang pada gilirannya sangat merugikan kemaslahatan hidup, mendatangkan bencana dan musibah dimana-mana.
            Sesungguhnya umat manusia sekarang ini perlu instrospeksi dan bercermin diri, bahwa banyaknya musibah dan bencana alam seperti sekarang ini, yang memakan banyak korban, pada hakekatnya adalah akibat ulah tangan manusia yang kelewat batas dalam mengelola kekayaan alam ini. Allah telah mengingatkan kita dalam firmannya yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 41 :

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٤١)

“Telah nampak kerusakan didarat dan dilautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Maka Allah menimpakan azab mereka sebagai akibat dari perbuatannya, agar mereka mau kembali ke jalan yang benar”.

            Ketiga, bahwa hakekat hidup manusia didunia ini adalah untuk berjuang demi tegaknya sendi-sendi amar makruf nahi mungkar. Sesuai dengan kemampuan dan potensi diri kita masing-masing. Karena berjuang demi  tegaknya amar makruf nahi mungkar, merupakan prasyarat tegaknya nilai-nilai kebajikan serta terjaminnya rasa aman dalam kehidupan umat manusia,  yang pada gilirannya akan dapat mengurangi terjadinya bentuk-bentuk kemungkaran. Berjuang demi tegaknya amar makruf nahi mungkar, memang merupakan misi pokok yang harus diemban oleh umat manusia. Karena hakekatnya kita tidak akan mampu meraih sesuatu martabat dan prestasi yang mulia, apabila potensi amar makruf nahi mungkar yang kita miliki tidak dilaksanakan dengan baik.

            Demikian khotbah siang hari ini, sekali lagi semoga kita terhindar dari segala bencana dan kerugian akibat eksploitasi diri dan kekayaan alam kita yang berlebihan, hanya berdalih memenuhi kehidupan duniawiyah semata, dan sengaja meninggalkan kehidupan yang bersifat uhkrawiyah. Karena sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat, jalan menuju kampung akhirat. Kebahagiaan di dunia memang perlu dan harus kita capai, akan tetapi keselamatan di akhirat bagi umat Islam adalah segala-galanya. Sehingga kedua-duanya bisa tercapai bahagia di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Jumat, 22 Juni 2012

SHALAT MINANGKA JAGAKE AGAMA


KHOTBAH JUM’AT BAHASA JAWA
SHALAT MINANGKA JAGAKE AGAMA
Ed : Anis Purwanto

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

Minangka pambukaning khotbah ing siang punika, sumangga sesarengan kita ngeningaken cipta saha manah kita, kanthi nyaosaken puja puji syukur ing ngarso dalem Allah SWT, kanthi karunianipun Allah SWT, kita taksih kabimbing iman lan Islam sarta kesadaran kagem nindakaken kewajiban ibadah Jumat ing siyang punika. Mugia shalawat lan salam atur dumateng junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sahabat lan sedaya penderekipun, kalebet kita sedaya. Amin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Nurut etangan hijriyah, jum’at punika sampun tanggal 2 wulan sya’ban tahun 1433 H, ateges sampun kalih dinten kita ninggalaken wulan rejeb. Pramila saking punika, kagem ngengetaken dhumateng kita sedaya, keparengan ing kesempatan jum’at punika kita aturaken malih keterangan ingkang wonten hubunganipun kaliyan penting saha hikmahipun shalat. senaosa ing wulan rejeb kala wingi sampun dipun aturaken ngenani sholat ingkang minangka inti saking isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW, sebab, shalat minangka jagakipun agami Islam. Sahingga shalat minangka pokok ibadah, malah shalat kaanggep minangka ciri saking umat Islam.

            Dene hikmah lan tujuanipun shalat punika sampun kabeberaken wonten ing Al-Qur’an kanthi jelas lan gambling sanget. ing antawisipun kasebat wanten ing surat Taha ayat 14 :


إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ (١٤)

 “Setemene Ingsun, Ingsun iku Allah kang ora ana pengeran kejaba mung Panjenenganingsun. Mula saka iku sira nyembaha marang Ingsun lan sira ngedegna shalat, supaya eling marang Ingsun”.

            Intinipun ayat 14 surat taha ing nginggil punika dhawuh nyembah namung dhumateng Allah SWT lan ngedegaken shalat. Dados caranipun supados tansah enget dhumateng Allah, lan alat komonikasi antawisipun kawula dhumateng Penciptanipun, ingkang paling praktis menggahipun agamai Islam inggih punika shalat.

            Salajengipun wanten ing Surat Al Ankabut ayat 45, Allah paring dhawuh makaten :


وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ (٤٥)

 “Lan sira ngedekna shalat, awit satemene shalat iku nyegah saka tumindak jahat lan mungkar. Lan setemene eling marang Allah iku gedhe banget pigunane. Lan Allah iku Maha mirsani marang apa bae kang kok tindakake”.

            Ayat punika negesaken bilih shalat punika anggadhahi fungsi nyegah utawi ngreksa saking tumindak kejahatan lan kemungkaran. dhawuh pangandikanipun Allah punika wajib kita yakini sayakin-yakinipun. lan keyakinan kita ingkang makaten punika adedhasar ilmi, inggih punika ilmi ingkang kahimpun wanten salebetipun pelaksanaan shalat. Bilih wiwit takbiratul ihrom ngantos dumuginipun salam, sedaya ucapanipun shalat punika awujud pangalembana lan pernyataan setia tuhu saha panyuwunan dhumateng Allah SWT. Pramila yen anggenipun shalat punika kanthi estu-estu, lan konjem ngantos dumugi salebeting manah, sarta khusyuk, sayektos Allah badhe ngabulaken sedaya panyuwunanipun, kados ingkang kasebat wonten ing ucapan-ucapan shalat. Allah ngendika, kados kasebat wanten ing Surat Al Mukminun ayat 1 lan 2 :

قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢)

 “Temen-temen begja wong-wong mukmin iku. Yaiku wong-wong mukmin kang khusyuk anggone shalat”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.

            Wandene tuntunanipun shalat ingkang saget kita hubungaken kaliyan masalah pembangunan fisik, umpaminipun ingkang saged kita pendhet saking inti sarinipun Surat An Nisa’ ayat 103 :

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَـٰبً۬ا مَّوۡقُوتً۬ا (١٠٣)

Setemene shalat iku diwajibake tumrape wong-wong mukmin kanthi wektu-wektu kang wusditemtokake”
           
Dawuh pangandikanipun Allah punika isi pemut, bilih nindakaken shalat punika boten kenging sakajengipun piyambak, samangsa-mangsa manut seleranipun piyambak, utawi sawekdal-wekdal kober lan sela. boten makaten. nanging shalat sampun dipun temtokaken wekdalipun. Tiyang mukmin ingkang estu -estu imanipun, temtu purun  dipun iket aturan punika. yen sampun dumugi wekdalipun, boten badhe wanton ngendhe-ngendhe wekdal. punapa malih saestu Allah sampung ngatur wekdal kangge nindakaken shalat punika jelas mboten badhe ngganggu anggen kita nyambut damel. Umpaminipun wekdal shalat subuh, kita tindakeken ing wanci enjang sak sampunipun wungu sare, sakderengipun bidhal nyambut damel enjang. shalat dhuhur, kita tindakaken ing wanci istirahat siyang, saksampunipun nyambut damel. Shalat asar, kita tindakaken ing wanci sonten, sakderengipun nyambut damel sonten, utawi malah saksampunipun nyambut damel sonten. Shalat maghrib, kita tindakaken ing wanci istirahat sonten, sakderengipun dahar dalu. Shalat isyak, kita tindakaken ing wanci longgar, sakderengipun istirahat dalu.

            Sikep makaten punika manawi dipun lestatunaken, temtu saged mahanani dhateng amalan-amalan sanesipun, satemah dados tiyang engkang disiplin anggenipun ngginakaken wekdal. lan, para sederek, mugi ndadosna ing kawuningan, bilih suksesipun gesangipun manungsa punika yektosipun namung dumunung eonten ing bab saged utawi mbotenipun anggenipun ngginakaken wekdal.

            Kanthi makaten para sederek, shalat saestu mboten badhe ngrugekaken tiyang ingkang nindakeken, kapara salat badhe nguntungaken lan mbekta hikmah saha manfaat ingkang kathah. Mila saking punika , sumangga sesarengan kita sami ningkataken kawigatosan kita dhateng bab shalat punika, sampun ngantos kita nglirwakaken kewajiban pokok punika, namung lantaran saking anggen  kita repot. liripun, kita usahakaken utawi kita ihtiyaraken terus supados shalat kita punika saya dangu saya sae, rutin, lan khusyuk, satemah saged mahanani sedaya kawontenan kita dados sae, saged migunani kangge badan pribadhi kita piyambak, keluarganipun dalah masyarakatipun, bangsanipun lan agamanipun.

            Insya Allah gesang makaten punika gesang ingkang dipun ridhani dening Allah SWT, bekja mulya ing ndonya lan ing akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.